Analisis Tekstual Gending Kethuk Bagian II

Jan 27, 2011 | Artikel, Berita

Analisis Tekstual Gending Kethuk 2 Kerep Minggah 4 Laras Slendro Pathet Sanga, Bagian II

Kiriman I Nyoman Kariasa, Dosen PS Seni MKarawitan

Perangkat Gamelan

Dalam menyajikan gending Gambir Sawit, menggunakan perangkat gamelan ageng. Dalam satu kesatuan perangkat gamelan ageng terdiri dari dua kelompok. Satu kelompok berlaras pelog dan satu lagi berlaras slendro. Setiap kelompok tadi dalam karawitan Jawa disebut dengan Pangkon. Jadi dalam menyajikan gending Gambir Sawit memakai gamelan ageng pangkon slendro lengkap. Adapun ricikan-nya adalah ; rebab plonthang, gender barung, gender penerus, bonang barung, bonang penerus, slenthem, demung, saron barung, saron penerus, gambang,  clempung, siter, kenong, kempul, kethuk kempyang, engkuk (kemong dua pencon), sepasang kemanak, suling, gong suwukan, gong ageng, seperangkat kendang. Gending Gambir Sawit tidak hanya dimainkan dalam gemelan pangkon slendro pathet sanga, terkadang juga dimainkan dalam pangkon pelog pathet nem. Dimainkanya dalam pelog nem gending Gambir Sawit kurang memiliki gereget. Karena dalam pelog nem terkesan lebih girang dan riang. Hal ini tentu tidak sesuai dengan esensi gending yang diinginkan. Namun dalam slendro pathet sanga-lah kecocokan rasa didapat dengan nuansa hening, agung  dan wingit.

Beberapa pakar karawitan Jawa menyatakan bahwa dalam penggarapan gendhing, pengrawit diberikan kebebasan untuk menterjemahkan, memberi makna, serta menafsirkan garap sesuai dengan rasa estetik musikalnya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Rahayu Supanggah menyatakan bahwa karawitan bersifat fleksible dan multi interpretable. Artinya para pemain ricikan terutama ricikan garap bebas menafsirkan kemungkinan-kemungkinan garap sebuah gendhing. Hal ini kemungkinan ‘salah’ atau ‘benar’ tidak terjadi. Yang terjadi hanyalah penak dan ora kepenak atau munggah dan ora munggah. Ricikan-ricikan yang melakukan interpretasi tersebut antara lain ; rebab, gender, kendang,dan bonang. Dalam gending Gambir Sawit menurut pengamatan dan rasa musikal kami, peranan rebab dan sinden sangat dominan dalam melakukan cengkokan. Dengan tuntunan rebab, pesinden mampu membuat cengkokan mengalun sangat indah. Hal ini juga didukung oleh pola tabuhan gender dengan pola tabuhannya mampu membuat cengkokan yang enak didengar. Ricikan gambang dan siter bertugas memainkan tempo dan membuat pola tabuhan mengisi ruang-ruang balungan dengan lincah dan enerjik. Tak kalah penting adalah ricikan bonang dengan teknik permainan atau pola tabuhan imbal dan sekaran memberikan warna garap sangat kaya. Kendang dalam hal ini selain sebagai pemurba irama, juga membuat variasi pukulan terutama dalam permainan kendang ciblon yang masuk menjelang inggah. Selain ricikan-ricikan tadi peranan gerong juga tak kalah pentingnya. Selain melantumkan syair-syair gerongan, juga melakukan senggaan dan keplokan untuk meramaikan dan mendukung suasana. Sistem garap inilah letak estetika, keunikan gending ini, yang didukung oleh  keahlian para pemain ricikaan garap dalam menafsirkan balungan gending dengan variasi-variasi cengkokan-nya. Sehingga para penikmat hanyut dalam keasyikan menikmati cengkok dan tabuhan. Mungkin tidak hanya penikmat yang hanyut dalam menikmati gendhing, melainkan pemain juga hanyut dalam menikmati tabuhan-nya sendiri.

Analisis Tekstual Gending Kethuk 2 Kerep Minggah 4 Laras Slendro Pathet Sanga, Bagian II, Selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...