Kontinyuitas Tari Rejang Renteng Di Desa Kesiman Petilan

Mar 23, 2010 | Artikel, Berita

Oleh: I Nyoman Sura, S.Sn. Jurusan Tari ,FSP, DIPA 2008

Abstrak Penelitian

Penelitian berjudul Kontinyuitas Tari Rejang di Desa Kesiman Petilan merupakan hasil kajian terhadap pertunjukan Tari Rejang Renteng di Pura Dangka Desa Kesiman. Desa Kesiman Petilan merupakan salah satu desa yang berada di tengah Kota Denpasar yang notabena masyarakatnya mengikuti perkembangan teknologi dan termasuk masyarakat moderen. Akan tetapi sampai saat ini mereka masih menjalankan adat dan budayanya yang telah mereka warisi. Salah satunya yaitu mereka tetap mementaskan tari Rejang setiap upacara piodalan di Pura Dangka. Kondisi tersebut menjadikan alasan ketertarikan untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat iiga masalah yaitu bagaimana asal mula terwujudnya tari rejang Renteng di Desa Kesiman Petilan, bagaimana pula bentuk sajiannya serta upaya apa yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kesiman Petilan dalam mempertahankan keberadaan tari Rejang Renteng.

Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui latar belakang munculnya tari Rejang Renteng, bentuk sajiannya serta usahauntuk menyelamatkan keberadaannya di tengah arus global skarang ini. Dan dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan wawasan ilmu pengetahuan di bidang seni (pertunjukan) dan peningkatkan kualitas belajar mengajar pada mata kuliah teori dan praktek tari. Sebagaimana diketahui bersma bahwa hal ini sangat menunjang mata kuliah teori ataupun praktek khususnya tari Bali. Selain tersebut diatas hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan prakis. Manfaat akademis adalah untuk menambah khasah pengetahuan tentang tari yang dikelompokan dalam jenis Wali, sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutny, serta bahan bacaan untuk matakuliah teori pengetahuan tari. Manfaat praktis adalah dari temuan di lapangan dapat dipakai sebagai sumbangan pemikiran bagi para penentu kebijakan.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dalam menggali data dan mengolah data serta menganalisis data penelitian ini menggunakan empat tahap yaitu persiapan yang meliputi menentukan lokasi penelitian, menentukan jenis dan sumber data, sera instrumen apa yang tepat digunakan. Tahap pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi di lapangan, wawancara langsung dengan nar sumber, dan menggali sumberbuku. Tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan data dan menyajikan hasil analisis data dengan dipaparkan dalam enam bab. Buku-buku yang dipilih dan digunakan sebagai pijakan dalam penelitian ini adalah Kaja dan Kelod Tarian dalam Tradisi (Made Bandem dan Fredrik Eugene de Boer, 2004) dalam salah satu bab yang berjudul Tarian Halaman Pura paling dalam menjelaskan tentang tari rejang. Dalam ulasannya membahas tentang apa dan bagaimana tari rejang serta kapan tari rejang dipentaskan. Bandem (1985) dalam bukunya Perkembangan Tari Bali menjelaskan tari rejang termasuk dalam kelompok tari wali, sebagai tari tradisional yang gerak tarinya sangat sederhana, dan dalam menariknya dengan berbagai posisi. Evolusi tari Bali (Bandem), 1996) pada bagian pertama menjelaskan tentang pentingnya tari bagi masyarakat Hidu Bali, dan kapan kehidupan tari Bali mulai muncul. Dijelaskan pula bagaimana masyarakat Bali dala memaknai tari yaitu dari dua sudut pandang sehingga tari Bali dapat difungsikan untuk mendekatkan umat dengan sang pencipta dan sebagai tali pengikat atau mempererat kehidupan bermasyarakat.

Bahan Penyuluhan Parisada Hindu Dharma yang berjudul Tari-tarian Bali Dalam Upacara Agama Hindu (1991) oleh I Madebandem menjelaskan tentang Keterkaitan agama Hindu dengan kesnian bahwa menurutnya agama Hindu merupakan sebuah agama yang mempunyai unsur ritual, emosional, kepercayaan dan rasional. Dari unsur tersaebut: menyebabkan hampir tidak ada suatu upacara keagamaan yang sempurna tanpa ikut serta pertunjukan kesenian khususnya tari Bali. R.M. Soedarsono dalam bukunya Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi (2002) menurutnya fungsi tari bagi masyarakat di negara berkembang yang ada kehidupannya mengacu pada budaya agraris. Fungsi tari dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu fungsi primer dan skunder. Fungsi Yang tergolong dalam kelompok primer, salah satu fungsinya adalah sebagai sarana ritual. Dijelaskan pula tentang sarana yang terkait untuk ritual, serta berbagai tari yang berfungsi sebagai sarana ritual. Direktori Seni Pertunjukan Tradisional (1996) pada bagain tari Bali dijelaskan tentang tari rejang yang merupakan tari ritual bersama dengan geraknya yang halus dan perlahan sebagai lambang penyerahan diri kepada Tuhan.

Hasil penelitian saat ini menunjukan bahwa tidak diketahui secara pasti kapan tari Rejang Renteng itu ada, dan siapa penciptanya. Tari Rejang mempunyai arti penting bagi masyarakat penyusung Pura Dangka, serta Tari Rejang Renteng sebagaimana tari rejang lainnya atau tari wali pada umumnya bahwa bentuk sajian yang merupakan perpaduan dari elemen-elemen yang ada sangat sederhana karena yang dituntut bukan keindahan dalam sajiannya tetapi ketulusan dan keihklasan dalam mempersembahkan kepadaNya. Sebagai tari wali tari Rejang Renteng ini ditarikan oleh anak-anak (yang belum akil balik) pemaksaan atau pengempon pura dengan tujuan untuk mendapatkan kesucian. Tari ini disajikan sebagai pelengkap dalam upacara pengider buana.

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...