Krawang Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Trompong

May 4, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Putu Juliartha, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Dalam membuat trompong, pande bersama dengan pemesan atau pembeli gamelan tentu terlebih dahulu memikirkan dan memperhitungkan secara matang tentang jenis bahan yang akan dipakai dalam membuat trompong. Pande merupakan orang yang terlibat langsung pada suatu proses kreativitas dalam menghasilkan benda-benda yang berupa alat musik atau gamelan, senjata tradisional maupun seni rupa yang berupa ukiran. Seorang pande sangat pintar menggunakan berbagai kesempatan apa pun, asal tidak berlawanan dengan hati nuraninya akan dia kerjakan dengan sepenuh hati tanpa menoleh walaupun orang sekitarnya menganggapnya pekerjaan itu ’nista’ ia tak akan peduli asal tujuan mulianya dapat dicapai.

Di Desa Tihingan orang yang membuat gamelan disebut dengan pande gamelan atau tukang gambelan. Pande gamelan tersebut terdiri dari dua jenis yaitu orang yang memang merupakan keturunan warga pande (salah satu jenis kasta atau komunitas tertentu dalam wangsa tri wangsa di Bali) dan orang diluar warga pande seperti orang dari warga pasek dan arya tetapi memiliki kemampuan dalam hal pembuatan gamelan. Mereka menggeluti pekerjaan membuat gamelan berdasarkan pengaruh-pengaruh dari keturunan atau keterampilan yang dimiliki oleh leluhur mereka yang berkembang secara turun temurun sampai ke generasi berikutnya. Seperti keahlian seorang bapak membuat gamelan akan diikuti oleh anaknya, selain itu keahlian ini tidak terlepas dari bakat, kecerdasan serta kemampuan mereka, keterampilan ini dipergunakan sebagai sumber penghidupan bagi mereka, dan atas keterampilan dan kebiasaan mereka membuat gamelan maka mereka disebut dengan pande gambelan/pande gamelan.

Pande gamelan dalam menghasilkan kerajinan yang berupa Trompong Gong Kebyar tentu membutuhkan bahan-bahan maupun alat-alat sebagai unsur terpenting dalam proses pembuatannya. Di Bali pada umumnya gamelan yang sudah ada biasanya dibuat dengan bahan-bahan tersebut seperti besi, krawang, bamboo, kayu, kulit, dan kerang

Jenis-jenis bahan di atas menghasilkan karakteristik gamelan yang berbeda, serta masing-masing memiliki kualitas suara atau warna suara(colorite) yang berbeda dan tergantung dari bahan pembuatannya tersebut, maka dari itu dalam membuat gamelan terlebih dahulu harus mempertimbangkan jenis bahan yang cocok dipakai demi tercapainya keinginan yang sesuai dengan selera pemesan dan pembuatnya.

Trompong Gong Kebyar bisa saja dibuat dengan menggunakan bahan dari besi, namun mengingat penelitian ini dilakukan di Desa Tihingan dimana di daerah tersebut merupakan komunitas pengrajin gamelan yang membuat gamelan dengan memakai bahan dari krawang atau perunggu. Maka dari itu bahan yang menjadi obyek dalam pembahasan ini adalah bahan pembuatan Trompong Gong Kebyar dari bahan krawang.

Krawang telah diketahui oleh masyarakat Bali sebagai bahan pembuatan gamelan yang dapat menghasilkan gamelan dengan karakteristik yang berbeda dengan gamelan yang memakai bahan di luar krawang. Gamelan yang dibuat dari bahan krawang memiliki penampilan dan suara yang khas. Meskipun Trompong Gong Kebyar dan instrumen-instrumen lain yang dibuat oleh pande gamelan bisa dibuat mempergunakan bahan di luar krawang yaitu menggunakan bahan besi, tetapi lebih banyak orang pemesan atau pembeli maupun pande gamelan memilih bahan krawang sebagai bahan baku pembuatannya, karena gamelan yang terbuat dari bahan krawang menghasilkan suara yang lebih nyaring dan getaran suara yang lebih panjang dari pada gamelan memakai bahan besi.

Krawang sebagai bahan pembuatan gamelan telah disebut dalam tulisan R.Goris dalam buku sekelumit cara-cara pembuatan gamelan Bali oleh I Nyoman Rembang, yaitu:

Tentang memakai dan mengerjakan logam-logam, yang kemudian masuk ke Indonesia yaitu berasal dari India belakang teristimewa dari propinsi : tongkin. Kira-kira tiga ratus tahun sebelum masehi, orang-orang mulai memperdagangkan perkakas-perkakas perunggu dan juga alat-alat besi ke Indonesia. Dengan cepat orang Indonesia sendiri bisa menuangkan perunggu. Masa itu dinamai zaman perunggu ataupun juga kebudayaan Dongsen, yang berasal dari India belakang.

Dari kutipan di atas memberi gambaran bahwa pada mulanya barang-barang atau perkakas yang ada di Indonesia merupakan barang-barang dari hasil perdagangan negara luar yang memberikan pengaruh pada perkembangan keterampilan orang Indonesia yang sebelumnya tidak bisa melakukan pengolahan terhadap bahan logam yaitu khususnya krawang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, orang Indonesia telah memiliki teknik-teknik yang matang dalam mengolah bahan-bahan perunggu atau krawang hingga mampu menghasilkan barang-barang kerajinan yang berupa perabotan, perkakas, senjata tradisional, dan gamelan.

Beberapa pande gamelan di Desa Tihingan yang memiliki pengalaman dalam pengolahan dan membeli atau mencari krawang sebagai bahan pembuatan gamelan menceritakan bagaimana asal-usul krawang dijadikan bahan baku dalam pembuatan gamelan Bali. Menurut informasi dari I Wayan Redana. seorang penjual gamelan Bali menuturkan bahwa konon krawang didatangkan dari Negara Thailand melalui jalur perdagangan masuk ke Indonesia melewati perairan Sumatera ke Jawa. Melalui pulau Jawa didatangkan ke Bali hingga ke Desa Tihingan Klungkung oleh pedagang-pedagang logam dari Jawa yang dinamai pedagang rosoan. Bahan baku tersebut dinamakan lakar Siam atau krawang Siam. Disebut krawang Siam karena berasal dari daerahnya yaitu Thailand yang dikenal dengan sebutan Negara Siam.

Krawang Siam dianggap memiliki kualitas yang sangat bagus terutama memiliki kelebihan dalam keawetannya setelah menjadi gamelan, dikatakan “gambelan ane melakar aji lakar Siam kar mekelo tuwuhne keweh lakar lung”, maksudnya gamelan yang bahannya memakai krawang Siam memiliki kekuatan yang tahan lama dan susah patah atau pecah dan akan memiliki umur yang sangat lama.

Krawang Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Trompong, selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...