Nilai-Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan

Mar 21, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan ajaran Tri Semaya, yaitu: atita, nagata, dan wartamana. Apapun yang dilakukan saat ini hendaknya berpedoman dengan nilai-nilai masa lalu (atita) dan ber-orientasi ke masa depan (wartamana). Dengan demikian apa yang kita lakukan pada saat ini tidak meninggalkan akar budaya masa lampau dan juga tidak kehilangan kreatifitas untuk masa yang akan datang (Asnawa, 2004 : 82).

1)  Nilai Religius

Gamelan Semar Pagulingan memiliki ciri-ciri sebagai bentuk seni  ritual sesuai dengan konsep desa, kala, patra (tempat, waktu, dan keadaan) masyarakat setempat. Pada prinsipnya eksistensi Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan telah menunjukan ciri-ciri sebagai seni ritual, penyajiannya difungsikan sebagai pendukung suasana yang dapat dijadikan salah satu ciri (cihna) bahwa ada upacara yang sedang berlangsung. Semar Pagulingan memiliki nuansa musikal yang lirih dan lembut, sehingga dapat menambah ketenangan dan suasana khusuk untuk melengkapi serta memeriahkan rangkaian ritual dalam rutinitas keseharian masyarakat Teges Kanginan.

Para penabuh Semara Pagulingan ketika terlibat dalam kegiatan ritual, mereka menyerahkan diri secara tulus demi suatu kepercayaan yang mereka yakini. Berpatisipasi megambel, selain untuk mengekpresikan naluri berkesenian pada intinya merupakan yadnya bagi kehidupannya dibawah perlindungan dari kekuatan Yang Maha Kuasa.

Penyajian Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan dalam kaitannya dengan aktivitas keagamaan, dapat dikatakan bahwa eksistensinya banyak terkondisi oleh tradisi ngayah. Sebagai seorang penabuh akan merasa bahagia bila dapat menyumbangkan ketrampilannya dengan menyajikan tabuh-tabuh yang dimiliki. Gamelan Semara Pagulingan dalam fungsinya mengiringi dan melengkapi aktivitas ritual adalah sebagai wujud ungkapan rasa bhakti yang bernilai ”relegius”. Penabuh Semara Pagulingan oleh puluhan partisipan mengikuti serta mengiringi ritual sesuai rangkaian acara dari awal sampai akhir. Kendatipun para penabuh tidak disakralkan, akan tetapi saat keterlibatan mereka ketika ngayah, baik sebelum memulai atau seusai menyajikan tabuh-tabuh Semara Pagulingan, para penabuh mendapatkan percikan air suci, mendapatkan berkah atau pembersihan diri secara niskala.

2)  Nilai Solidaritas

Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan dalam aktivitas berkesenian selalu dapat mengukuhkan nilai-nilai solidaritas bagi masyarakat pendukungnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibentuklah organisasi yang mengelola barungan gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan yang diberi nama Sekaa Gunung Jati. Adanya rasa kebersamaan antara sesama anggota sekaa, secara implisit tercermin pada tatanan orkestrasi dalam memainkan gamelan. Dalam barungan gamelan Semara Pagulingan terdapat berjenis-jenis alat dengan bentuk serta fungsinya masing-masing yang saling ketergantungan. Hubungan yang spesifik ini mengandung nilai-nilai  solidaritas sebagai tuntunan perilaku untuk melahirkan rasa kebersamaan, keterbukaan, kemandirian dan  tanggung jawab.

3)  Nilai Estetis

Pada umumnya di Bali, seni tidak dapat dipisahkan keberadaannya dengan masyarakat, seni dan masyarakat adalah satu. Oleh karena itu nilai estetis sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Bali. Kesadaran dan kehidupannya di bidang seni sangat tinggi, dan boleh dikatakan antara seniman dan masyarakat penontonnya terdapat komunikasi yang hidup (Mantra, 1993 : 32). Eksistensi seni tidak dapat dilepaskan dari fungsinya sebagai sarana interaksi dan komunikasi yang didalamnya mengandung keselarasan untuk melahirkan nilai-nilai estetis.

Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan bernilai artistik bertumpu kepada masalah rasa, selalu mengacu kepada dua sisi yang terkait, yaitu objektivitas dan subjektivitas. Sisi yang pertama menyangkut realita atau kenyataan dari bentuk fisik Semara Pagulingan, sedangkan sisi yang kedua menyangkut kesan penyajian yang ditimbulkan oleh Semara Pagulingan tersebut. Oleh sebab itu, hasil penilaian estetis yang optimal dapat dicapai dengan memadukan kedua sisi, yaitu objektif dan subjektif.

Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...