Oleg Tamulilingan, Tari Cinta Kasih Bali

Jan 10, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman Kadek Suartaya, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Dua istilah dalam bahasa Bali, oleg (goyang) dan tamulilingan (kumbang), digabungkan untuk menyebut sebuah cipta seni tari yang lahir pada tahun 1952. Tak disangka, tari yang bertutur tentang sepasang kumbang, jantan dan betina, yang sedang menjalin asmara di sebuah taman bunga itu, masih mempesona hingga hari ini. Oleg Tamulilingan, tari duet buah kreasi dan inovasi I Ketut Marya tersebut, dalam perjalanannya, menjadi karya seni pertunjukan monumental yang belum tertandingi hingga kini. Masyarakat Bali seakan tak pernah bosan mengaguminya. Pun, tidak sedikit para gadis Bali yang dengan bangga membawakan gemulai anggun, lenggok  si kumbang betina nan ayu ini.

Tengoklah pada Kamis (25/11) malam lalu di Gedung Mario, Tabanan. Beberapa pasang penari Oleg Tamulilingan, sarat antusias adu keperigelan dalam sebuah kompetisi. Luh Kade Pebria Satyani (18 tahun), misalnya, tampak menunjukkan totalitasnya mensinergikan wiraga-wirama-wirasa, bersama pasangannya (kumbang jantan),  tampil dengan aura dan gairah berbinar. Begitu juga para penari Oleg yang lainnya, semuanya pentas dengan semangat membuncah. Gereget tersebut, selain digedor oleh motivasi lomba, tampaknya juga digelorakan oleh stimulasi cinta seni budaya luhur bangsa sendiri. Lebih-lebih bagi masyarakat Tabanan, tari Oleg Tamulilingan dan Ketut Marya diusung sebagai salah satu ikon dearahnya. Patung Oleg Tamulilingan dipajang di depan Gedung Mario (diabadikan dari nama Marya yang oleh orang barat disebut Mario).

Tari Oleg Tamulilingan dan Mario telah menyatu dan melegenda. Sejatinya,  tari Oleg diciptakan melalui proses berliku oleh pribadi seorang Ketut Marya yang unik. Ekspresi artistik  yang terakumulasi dalam tari Oleg, memang sepenuhnya merupakan formulasi estetik Ketut Marya. Tetapi  iringannya yang merupakan kerangka konseptual dalam sebuah koreografi, Marya disokong pengerawit tangguh yaitu Wayan Sukra asal Marga, Tabanan dan disempurnakan oleh Anak Agung Gde Mandera, Gusti Kompyang, dan Wayan Lebah dari Peliatan, Gianyar. Sedangkan dari aspek gagasan, tari Oleg terinspirasi oleh foto-foto ballet klasik duet “Sleeping Beauty” yaitu tentang kisah percintaan putri Aurora dengan kekasihnya Pangeran Charming, yang ditunjukkan kepada Marya oleh seorang budayawan Barat yang menetap di Kaliungu, Denpasar, John Coast.

Tari Oleg Tamulilingan diciptakan Marya ketika usianya menapak lebih dari 50 tahun. Di usia senjanya, Marya  asyik memanjakan kegemarannya berjudi sabungan ayam. Ketika ada ajakan kepadanya untuk bergabung dengan sekaa gong Peliatan, Ubud, Gianyar, Marya  tak menggubrisnya dengan alasan dirinya sudah tua. Baru ketika salah satu muridnya, I Sampih, yang memintanya dengan segala bujuk rayu menciptakan sebuah tari baru untuk sekaa gong Peliatan yang akan melawat ke luar negeri, ia tertarik. Sebagai seorang seniman tulen, ketika berkesempatan melawat ke Eropa, Kanada, dan Amerika serikat pada tahun 1957 dan 1962, Marya tampil dengan taksu berbinar memukau penonton dengan membawakan tari ciptaannya, Kebyar Terompong.

Oleg Tamulilingan, Tari Cinta Kasih Bali, selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...