Sajian Komposisi Karawitan Dalam Wacana Estetika Postmodern

Mar 12, 2011 | Artikel, Berita

Sajian Komposisi Karawitan Sebuah Kategori Contoh Dalam Wacana Estetika Postmodern.

Kiriman Saptono, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

1.Latar Belakang

Pengertian estetika sebagai filsafat, hakekatnya telah menempatkan pada satu titik dikotomis antara realitas dan abstraksi, dan juga antara keindahan dan makana. Estetika tidak lagi menyimak keindahan dalam pengertian konfensional, melainkan telah bergeser kesebuah wacana dan fenomena. Estetika karya seni modern jika dipahami melalui pemahaman filsafat seni yang merujuk pada konsep-konsep keindahan jaman Yunani (abad pertengahan), akan mengalami penciutan atau pembunuhan preseptual, karena estetika bukan hanya simbolisai dan makna, melainkan juga daya.  Setiap ungkapan atau ekspresi kesenian apapun bentuk dan media pengungkapannya pada dasarnya adalah ungkapan estetik seniman. Dalam dimensi estetis Noel Carroll (1999), pengalaman seni mencakup kepuasan rasa yang muncul tatkala menyaksikan suatu sajian karya atau obyek seni (merasa senang, dan puas menyaksikan sebuah ply) (Khanisar, 2004:65-78).

Seni pertunjukan pada dasarnya adalah presentasi ide, gagasan, atau pesan pada penonton oleh pelakunya melalui peragaan. Sebagai sebuah karya seni, seni pertunjukan memadukan hampir semua unsur seni; seni rupa, seni sastra, seni gerak, seni suara, sehingga mampu memberikan kepuasan estetis yang sangat lengkap (Dibia, 2004:3).  Untuk lebih rampingnya fokus dalam tulisan ini secara spesifik melihat karya seni sebagai kasus dalam beberapa komposisi (gending/lagu) karawitan Jawa dan Bali (tabuh), ditinjau dari kacamata estetika postmodern, dengan lima (5) idiom; pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia.

2. Komposisi dalam Karawitan

Dalam Ensiklopedi Musik Indonesia (1985:12), dewasa ini istilah karawitan adalah musik dengan sistem nada (laras) slendro maupun pelog, atau tangga nada non diatonis yang pernah berkembang atau masih hidup di Indonesia, sebagai musik tradisional di daerah-daerah.

Gendhing adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut komposisi musikal dalam karawitan Jawa. Secara konvensional, repertoar gending Jawa telah memiliki cara dan pola penyajian, bentuk dan struktur, serta karakterisik yang berbeda dengan lagu atau komposisi jenis musik lain. Secara musikal di dalam penyajian karawitan, saat para seniman memainkan instrumen yang   memiliki fungsi dan teknik permainan yang berbeda, mereka tidak sekedar terpaku terhadap instrumen yang dimainkannya, melainkan mereka saling memperhatikan dengan sesama penyaji yang lain. Mereka saling melempar dan merespon ide musikal, sehingga terjadi dialog dan interaksi musikal yang hidup dan menarik. Sehingga bila dianalisis ketika masing-masing ricikan (instrumen) yang mereka sajikan memiliki cara permainan, warna suara, dan kaidah-kaidah (vokabuler) yang beragam, dan ketika seluruh permainan instrumen dimainkan secara terpadu tetap menjadikan satu kesatuan yang enak didengar (harmonis). Dalam sajiannya karawitan juga sangat memungkinkan adanya perbedaan penyajian pada saat yang berbeda. Perbedaan penyajian tersebut antara lain ditentukan oleh fungsi dan kegunaan karawitan.

Pada prinsipnya kesenian seperti di atas sudah berlangsung dan dipertahankan secara turun-temurun dan diikuti kaidah-kaidah secara tetap. Sebuah karya seni  menjadi baku dalam pengertian tetap, stabil, dan tidak berubah-ubah lagi setelah mengalami proses koreksi, perbaikan dan penyempurnaan di sana-sini secara efolutif jangka panjang di dalam komunitas budayannya (Suka, 2003:77). Berlangsungnya pada suatu pertunjukan atau permainan seni tradisi dan kesenian rakyat sebenarnya adalah suatu proses rekonstrksi atau reinterpretasi dari komposisi karawitan yang dianggap baku.

Sajian Komposisi Karawitan Sebuah Kategori Contoh Dalam Wacana Estetika Postmodern selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...