Sangamandala

Jun 11, 2010 | Artikel, Berita

Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

Konsepsi sangamandala menentukan sembilan tingkatan nilai ruang pada sembilan zone bumi atau tata zoning tapak. Sembilan zona ini lahir berdasarkan pengembangan konsepsi Tri Angga dari pola linier ke pola sektoral yang berpedoman pula dengan pengertian arah  dari konsepsi catuspatha.

Tata nilai konsep Tri Angga yakni utama, madya dan nista, tata nilai ke arah sumbu religi kanginkauh/timur-barat sebagai arah terbit-terbenamnya matahari; dan ke arah sumbu bumi kajakelod/gunung-laut, bila dirangkai akan terbentuk sembilan zona dengan tingkatan nilainya masing-masing.  Yakni : utamaning utama arah kaja- kangin, madyaning madya arah tengah, nistaning nista arah kelod-kauh, utamaning madya arah kaja, madyaning utama arah  kangin, nistaning madya arah kelod, madyaning nista arah kauh, utamaning nista arah kaja-kauh, dan nistaning utma arah kelod-kangin.

Konsep sangamandala dapat juga dikatakan lahir dari pengembangan konsep catuspatha dengan pusat persilangan zona tengah dan empat zona lainnya adalah zona kaja, zona kangin, zona kelod dan zona kauh. Zona berikutnya adalah karang tuang yakni empat sudut dari pempatan agung: kaja-kangin, kelod-kangin, kelod-kauh, dan kaja-kauh.  Sehingga seluruhnya terdapat sembilan zona dengan pemberian tata nilai padanya masing-masing akan terbentuk sangamandala juga.

Sangamandala selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...