Program Beasiswa Bidik Misi

Program Beasiswa Bidik Misi

Logo Bidik Misi

Logo Bidik Misi

Beasiswa pendidikan bagi calon mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu departemen pendidikan nasional direktorat jenderal pendidikan tinggi direktorat kelembagaan tahun 2010

Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Hak setiap warga Negara tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31 (1) Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan pasal tersebut, maka Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi, dan masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu diperlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu bagi setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya kurang mampu membiayai pendidikannya, dan berhak mendapatkan beasiswa bagi mereka yang berprestasi.

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program Beasiswa Bidik Misi untuk memberikan beasiswa dan biaya pendidikan kepada 20.000 mahasiswa dan atau calon mahasiswa dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu dan berprestasi, baik di bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler.

Agar program penyaluran beasiswa Bidik Misi dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip 3T, yaitu: Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, dan Tepat Waktu, maka diharapkan para pimpinan perguruan tinggi dalam melakukan sosialisasi, seleksi, dan penyaluran Beasiswa Bidik Misi mengacu pada pedoman ini.

Penerbitan pedoman program beasiswa Bidik Misi ini diharapkan dapat memudahkan bagi perguruan tinggi penyelenggara agar penyaluran beasiswa kepada mahasiswa dapat tercapai sesuai dengan harapan kita semua. Selain itu pedoman ini diharapkan juga dapat memudahkan bagi para calon mahasiswa atau mahasiswa yang akan mengusulkan sebagai calon penerima beasiswa, dan memudahkan bagi mahasiswa yang telah ditetapkan sebagai penerima beasiswa untuk mendapatkan haknya.

Dengan terbitnya buku ini, proses penyaluran beasiswa kepada mahasiswa diharapkan akan berjalan dengan lebih baik, dan mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dengan lancar, berprestasi tepat waktu yang akhirnya dapat ikut andil dalam meneruskan perjuangan bangsa menuju pembangunan Indonesia sejahtera.

Akhirnya kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada tim penyusun pedoman ini dan semua pihak yang telah membantu dalam mewujudkan buku pedoman Program Beasiswa Bidik Misi ini.

Jakarta, Desember 2009

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

Fasli Jalal

selengkapnya

Panduan Bidik Misi

Formulir Bidik Misi

Peluncuran Portal Garuda

Peluncuran Portal Garuda

Sumber: http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=459&Itemid=1

Garba rujukan digital

Garba rujukan digital

Garba Rujukan Digital (Garuda), sebuah portal rujukan ilmiah nasional secara resmi diluncurkan di Hotel Millenium, Jakarta, pada Selasa (15/12). Portal bisa diakses di http://garuda.dikti.go.id

Di dalam portal ini tersedia e-jurnal domestik dan karya-karya ilmiah seperti laporan penelitian, tugas akhir mahasiswa (skripsi, tesis, dan disertasi), patent, prosiding, Standar Nasional Indonesia (SNI), Pidato pengukuhan guru besar para akademisi dan peneliti.

Portal dibangun atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII-LIPI) dan berbagai kontributor.

Garuda bertekad ingin menjadi acuan pertama dan utama untuk akses informasi ilmiah nasional. Diharapkan terjadi kolaborasi penelitian, terwujudnya penelitian bertaraf internasional dan segala plagiarisme, duplikasi penelitian bisa dihilangkan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi oleh: Prof. Drs.Dewa Komang Tantra, Dip.App.Ling,MSc,Ph.D

Kurikulum Berbasis Kompetensi oleh: Prof. Drs.Dewa Komang Tantra, Dip.App.Ling,MSc,Ph.D

ABSTRAK

Prof. Dewa Komang Tantra

Prof. Dewa Komang Tantra

Kompetensi merupakan sebuah konsep yang masih sering diperdebatkan secara sengit, tergantung siapa yang menggunakan konsep itu. Pendukung kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yakin bahwa KBK dapat meningkatkan pendidikan atau pelatihan dan persyaratan kerja. KBK bersifat individualis, lebih menekankan outcomes (apa yang diketahui dan dapat dilakukan oleh seorang individu). KBK memperjelas apa yang harus dicapai dan standar apa yang digunakan untuk mengukur pencapaian tersebut. Secara teoritis, KBK menyelesaikan pembedaan antara tangan dan pikiran, teori dan praktek, dan pendidikan umum dan vokasional. Pengritik KBK,  menengarai KBK sangat simplistis, berpendekatan kompetensi tunggal, terlalu mahal, birokratis, sarat beban, dan memerlukan banyak waktu. Terlepas dari kelemahan (internal) dan kendala (eksternal) tersebut, KBK merupakan sebuah  pendekatan dalam pengambilan kebijakan dalam pendidikan.  Maka dari itu, prinsip dasar yang harus digunakan untuk menjadikan KBK sebuah realita dalam pendidikan nasional kita, dan bukan sebuah mitos adalah dengan mengubah kelemahan dan kendalanya  menjadi sebuah kekuatan dan peluang.

Kata kunci : kurikulum berbasis kompetensi, mitos, realita.

Makalah Lengkapnya

Laporan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan  Semiloka Pemutahiran Kurikulum

Laporan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Semiloka Pemutahiran Kurikulum

Dekan FSP

Dekan FSP

Laporan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar

”Semiloka Pemutahiran Kurikulum”

Tanggal 14 Desember 2009

OM SWASTI ASTU

”Wasalam walaikum warahmatulohi wabarakatu”

Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Yang terhormat Bp Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar yang dalam hal ini diwakili oleh Bp. Pembantu Rektor I

Yg kami hormati Bp. Pembantu Rektor II,III dan IV

Yg kami hormati Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain beserta jajarannya.

Yg kami hormati para pembantu Dekan FSP ISI Denpasar

Yg kami hormati Prof. Drs. Dewa Komang Tantra, M.Sc., Ph.D. Selaku Nara Sumber

Yg kami hormati Ketua P3AI ISI Denpasar

Yg kami hormati Ketua dan Sekretaris Jurusan (Tari, Karawitan dan Pedalangan) FSP ISI Denpasar.

Bapak ibu dosen serta panitia Loka Karya  Pemutahiran Kurikulum FSP ISI Denpasar dan hadirin yang berbahagia.

Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widi Tuhan Yang Maha Esa, kita dapat berkumpul di tempat ini Gedung Pusat Dokumentasi Institut Seni Indonesia Denpasar dalam keadaan sehat. Pada kesempatan ini terlebih dahulu ijinkan saya menyampaikan laporan singkat terkait dengan kegiatan semiloka Pemutahiran Kurikulum Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar yang merupakan salah satu program yang didanai melalui dana DIPA ISI Denpasar tahun 2009. Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas berkat kerjasama seluruh komponen di  tingkat Insititut maupun di tingkat Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar. Selaku Pimpinan Fakultas telah sewajarnya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga utamanya Bp Rektor beserta jajarannya, Bp. nara sumber serta seluruh peserta Semiloka yang telah bersedia meluangkan waktu mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga kegiatan ini dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Hadirin yang kami hormati

Dapat kami laporkan bahwa, semiloka ini diikuti oleh seluruh dosen di lingkungan Fakultas seni Pertunjukan ISI Denpasar, yang pelaksanaannya dilakukan dua tahap. Tahap pertama hari ini merupakan telaah jabaran Kurikulum Berbasis Kompetensi oleh nara sumber  yang masih pada tataran umum, sedangkan tahap kedua lebih bersifat substansi terfokus pada hal-hal yang mendasar tentang pemberlakuan kurikulum pada lembaga pendidikan seni yang pelaksanaanya setelah hari ini. Untuk itu kami berharap secara bersama-sama dapat mengikuti pencerahan dari nara sumber terkait wacana yang berkembang terkait isu-isu strategis tentang kurikulum Perguruan Tinggi yang setiap tahunnya sangat perlu di tinjau dan disempurnakan, bahkan dimutahirkan dengan melibatkan tenaga ahli baik dari eksternal dan internal perguruan tinggi dengan tetap berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Hadirin yang kami hormati

Sedikit kami singgung bahwa ada beberapa prinsip-prinsip kurikulum itu dikembangkan antara lain:

  1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
    1. Beragam dan terpadu
  2. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
  3. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
  4. Menyeluruh dan berkesinambungan
    1. Belajar sepanjang hayat, dan
    2. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Sedangkan pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan terkait dengan tema yaitu pemutahiran kuikulum, disamping menggunakan prinsip-prinsip tersebut di atas, kurikulum dilaksanakan menggunakan pendekatan multistrategis dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip Alam Takambang Jadi Guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). Ini kami kutif dari Pedoman Penyelenggara Pndidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009.

Hadirin yang kami hormati

Pada kesempatan ini, kami mohon kepada Bp. nara sumber dapat memberikan petunjuk, pencerahan terhadap isu-isu strategis yang ada,  yang selanjutnya secara substansi akan  ditindak lanjuti oleh Task Force bentukan masing-masing Jurusan di Fakultas Seni Pertunjukan, karena menurut kami  baik manyangkut konten/isi dengan mengangkat muatan lokal/kearifan lokal,  pemadatan SKS, sebaran mata kuliah , penamaan mata kuliah, SAP, GBPP, dosen pengampu dan lain-lain yang paling mengetahui adalah interen masing-masing jurusan yang ada. Oleh sebab itu secara bertahap kami harapkan Task force masing-masing jurusan dapat membahasnya, menganalisa secara cermat dan mendalam, sehingga hasilnya betul-betul dapat mencerminkan kurikulum yang mendekati ideal untuk perguruan tinggi seni sesuai dengan perkembangan yang ada.

Bp Rektor dan hadirin yang kami hormati

Melalui kesempatan yang baik ini kami menghaturkan trima kasih yang tak terhingga atas kehadiran Bapak Ibu semua, utamanya Bapak Pembantu Rektor beserta seluruh pejabat structural ISI Denpasar, Bp. nara sumber,  dan peserta semiloka yang telah meluangkan waktunya mengikuti kegiatan ini. Kami atas nama pimpinan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak, semoga melalui kegiatan ini betul-betul dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.  Selanjutnya kami mohon kepada Bapak Rektor dalam hal ini diwakili Bp PR I dapat memberikan kata sambutan sekaligus membuka secara resmi ”Pemutahiran Kurikulum Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar tahun 2009”

Demikian laporan singkat ini disampaikan, kami mohon maaf apabila dalam pelaksanaan kegiatan ini ada yang kurang berkenan.

Akhirnya kami tutup dengan Parama Santhi.

OM SANTIH SANTIH SANTIH OM

Denpasar, 14 Desember 2009

Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpas

I Ketut Garwa, SSn., M.Sn.

NIP. 19681231 199603 1 007

TIK sebagai Bagian Budaya Para Pendidik

TIK sebagai Bagian Budaya Para Pendidik

Sumber: Pers Depdiknas

http://www.depdiknas.go.id/

Tutwuri

Tutwuri

Yogyakarta, Rabu (9 Desember 2009) — Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah memasukkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ke dalam salah satu program prioritasnya. TIK dianggap memiliki peran besar dalam upaya memperluas akses dan meningkatkan mutu pendidikan. TIK memungkinkan terjadinya proses belajar efektif, menyediakan akses pendidikan untuk semua, memfasilitasi terjadinya proses belajar kapan saja dan di mana saja.

Sekretaris Jenderal Depdiknas Dodi Nandika mengatakan, pemanfaatan TIK hendaknya tidak hanya berkutat pada penyediaan perangkat keras saja. Menurut dia, TIK hendaknya diletakkan sebagai aspek kultur dan budaya para pendidik. “Tantangan terbesar kita bukan pada perangkat keras dan jaringan, tetapi bagaimana budaya TIK menjadi bagian dari para guru kita dalam memberikan proses-proses pembelajaran di kelas – kelas,” katanya saat mewakili Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) pada pembukaan International Symposium On Open, Distance, and E-Learning (ISODEL) 2009 di Hotel Sheraton, Yogyakarta, Rabu (9/12/2009).

Membacakan sambutan tertulis Mendiknas, Dodi menyampaikan, pemanfaatan TIK untuk pendidikan terjadi melalui empat tahapan yaitu konektivitas, transaksi, kolaborasi, dan transformasi. Pemerintah, kata dia, telah dan akan terus memfasilitasi terjadinya konektivitas, salah satunya melalui Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Dia menyebutkan, saat ini Jardiknas telah menghubungkan 25.382 titik yang terdiri atas lebih dari 18.080 sekolah jenjang SD, SMP, SMA/SMK, dan 363 perguruan tinggi, 939 kantor dinas pendidikan di tanah air, serta 6.000 guru. “Ke depan jumlah ini masih akan bertambah,” katanya.

Sementara, lanjut Dodi, pada tahap transaksi, pemanfaatan TIK akan memberikan akses dan kemudahan terjadinya pertukaran dan kesempatan berbagi pengetahuan antar berbagai pihak dalam komunitas pendidikan. Kolaborasi merupakan tahapan berikutnya dalam pemanfaatan TIK untuk pendidikan. “Pemanfaatan TIK dalam pendidikan tidak pernah luput dari jaringan kerja sama yang kuat dalam bentuk jejaring atau konsorsium pendidikan yang melibatkan berbagai pihak dan sektor,” katanya.

Adapun pada tahap transformasi, Dodi menjelaskan, TIK merupakan pengungkit dari proses transformasi pendidikan menuju pendidikan modern. “TIK membawa beragam perubahan dalam tradisi dan budaya pendidikan yang harus dicermati dengan bijak oleh berbagai pihak yang terlibat,” katanya.

Dodi mengatakan, dengan TIK, perguruan tinggi diharapkan dapat bertransformasi menjadi perguruan tinggi kelas dunia, dan sekolah-sekolah menjadi sekolah berstandar internasional yang memiliki daya saing dalam percaturan pendidikan tingkat global. “Keberhasilan proses transformasi budaya pendidikan di tanah air akan tercapai jika TIK tidak ditempatkan sebagai teknologi  yang kosong. Untuk itu, diperlukan konten yang mengisi teknologi tersebut, serta sumber daya manusia terutama guru yang terampil memanfaatkan teknologi secara tepat, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapai,” katanya.

Dodi menambahkan, sejak tahun 2008 Depdiknas telah berkolaborasi dengan Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) dalam menyediakan konektivitas untuk sekolah melalui Program Desa Berdering. Sinergi antara program desa berdering dan Jardiknas saling melengkapi. “Program Desa Berdering  memperkuat dengan telepon, kami memperkuat sekolah dengan jaringan internetnya, sehingga guru – guru, siswa – siswa, dapat belajar dari internet dibackup oleh Jardiknas. Mudah – mudahan makin sempit desa – desa yang tidak dapat diakses oleh jaringan telekomunikasi. Ini sangat penting, bukan hanya di pendidikan, tetapi berbagai aspek kehidupan seperti hubungan individu, perdagangan transaksi, dan sosial,” katanya.

Menjawab pertanyaan wartawan usai acara, Dodi mengatakan, pelaksanaan program TIK yang tertuang pada rencana strategis (Renstra) Depdiknas 2004 – 2009 ini didanai murni dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Di sisi lain, pemerintah terbuka dalam menjalin kerja sama dengan pihak manapun. “Kami tidak sama sekali mengandalkan bantuan luar negeri. Adapun dalam kerja sama kami welcome,” ujarnya.

Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Depdiknas Lilik Gani menyampaikan, terkait Program 100 Hari Depdiknas untuk menyediakan konektivitas TIK bagi 17.500 sekolah, per 8 Desember 2009 telah terhubung 17.324 titik. Dia merinci, sebanyak 8.307 jenjang SD, 5.284 SMP, 1.586 MI, dan 2.147 MTs. “Jadi sudah 98,99 persen,” katanya.

Lebih lanjut Lilik menyebutkan, jika digabung dengan sebanyak 7.222 titik di jenjang SMA/MA/SMK total yang terkoneksi sebanyak 24.546 titik. “Program 100 Hari hanya untuk SD dan SMP sederajat,” ujarnya.***

Loading...