Eksistensi Tradisi Pertunjukan Wayang Lakon Bharata Yuda Dalam Upacara Bersih Desa Di Pandanan Klaten : Perspektif Budaya

Eksistensi Tradisi Pertunjukan Wayang Lakon Bharata Yuda Dalam Upacara Bersih Desa Di Pandanan Klaten : Perspektif Budaya

Oleh: Dru Hendro, S.Sen., M.Si., Jurusan Pedalangan, FSP, DIPA 2008

Abstrak Penelitian

Penelitian yang berjudul “Eksistensi Tradisional Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Lakon Bratayuda Dalam Upcara Bersih Desa Di Desa pandanan Klaten : Perspektif Budaya” ini merupakan hasil kajian terhadap pertunjukan seni tradisional wayang dikalangan masyarakat Pandanan, Klaten. Kegiatan yang masih dianggap sakral ini, pada era Globalisasi ini telah mengalami perubahan seiring dengan perubahan sikap dan pola pikir masyarakat sekarang. Perubahan itu terjadi karena respon masyarakat terutama generasi muda terhadap kegiatan ritual dan salkral itu mulai berkurang, sehingga berpengaruh terhadap semaraknya penyelenggaraan kegiatan upacara ritual.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimanakah bentuk pertunjukan wayang kulit purwa dengan lakon Bratayuda dalam upacara Bersih Desa yang diselenggarakan oleh masyarakat Pandanan, Klaten Jawa Tengah ? 2). Apakah pungsi pertunjukan wayang kulit purwa lakon Bratayuda dalam upacara Bersih Desa pada masyaraklat Pandanan, Klaten? 3). Apakah makna penyelenggaraan pertunjukan wayang kulit purwa dengan lakon Bratayuda dalam upacara Bersih Desa dengan kehidupan masyarakat sekarang? Dalam pembahasan ini digunakan teori Estetika untuk mengkaji bentuk pertunjukan wayang kulit purwa dengan lakon Bratayuda, teori Interaksionisme Simbolikuntuk membahas masalah fungsi seni pertunjukan wayang kulit purwa lakon Bratayuda pada masyarakat Pandanan, dan teori semiotika untuk menganalisa makna yang terkandung dalam pertnjukan wayang kulit purwa dengan lakon Bratayuda bagi kehidupan masyarakat Pandanan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan data berupa pengamatan, wawancara, penelaahan dokumen, dan studi kepustakaan.

Pertunjukan wayang kulit dalam ritual Bersih Desa merupakan bentuk karya seni budaya nenek moyang yang secara budaya merupakan sinkritisme dari system religi, kepercayaan, dan adat istiadat. Proses ritual di dalam Bersih Desa merupakan bentuk system religi dan kepercayaan, sedangkan bentuk penyucian atau pelepasan denagn sajian pertunjukan wayang kulit purwa lakon Bratayuda merupakan proses pegalaman yang ditanamkan oleh lelluhurnya kepada keturunannya secara berkesinambungan sehingga masuk adat istiadat dalam ligkungan masyarakat Pandaan. Upacara ritual bersih desa sebagai bentuk religi ini masih dikembangkan sampai sekarang.

Fungsi pertunjukan wayang kulit bagi masyarakat Pandaan meliputi fungsi ritual, sosial, dan estetis. Fungsi-fungsi pada dasarnya sebagai jaringan interaksi sosial adanya rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan, rasa solidaritas yang tinggi, dalam hidup di masyarakat. Sedangkan makna yang dapat diambil dari pertunjukan wayang kulit adalah makna estetis, makna spiritual, makna sosio-kultural, dan makna kesejahteraan.

Kata Kunci: Pertunjukan Wayang Kulit Purwa, Lakon Bratayuda, Ritual Bersih Desa, Budaya.

Seminar

PENGUMUMAN

DIUMUMKAN KEPADA SELURUH MAHASISWA KRIYA SENI UNTUK

MENGIKUTI SEMINAR SEHARI

INDUSTRI EMOSI & ENTREPRENEURSHIP : QUO VADIS

MANUSIA SENI RUPA INDONESIA

Oleh

Sitomorang Jr.

Alumnus Seni Rupa ITB

Pendiri Rokets Indonesia

Hari : Selasa

Tanggal: 30 Maret 2010

Jam : 10.00 Wita

Tempat : Pusdok ISI Denpasar

Ttd

Ketua PS. Kriya Seni

Drs. I Ketut Muka P., M.Si

NIP. 196112311993111001

Studi Desain Interior Rumah Tinggal Tradisional Bali Madya (Bali Arya)

Studi Desain Interior Rumah Tinggal Tradisional Bali Madya (Bali Arya)

Oleh: A.A. Gede Rai Remawa, M.Sn. Jurusan Desain, FSRD, DIPA 2008

Abstrak Penelitian

Desain interior adalah bidang ilmu baru yang sedang berkembang dan memiliki prospek yang cukup luas pada era modern ini. Semakin modern perkembangan budaya dan kehidupan maka bidang desain ini akan semakin diperlukan, untuk memberikan berbagai kemudahan berbagai aktivitas kehidupan di dalam rumah tinggal. Belakangan ini pembangunan dan renovasi rumah tinggal cenderung mengabaikan kaidah-kaidah estetika (tujuan akhir dalam bidang seni rupa dan desain). Hal tersebut terlihat pada penurunan derajat keberaturan unsur-unsur desain pada setiap desain interior  bangunan baik yang direnovasi maupun pada bangunan baru.

Fenomena desain interior masa lalu secara logis dapat dijadikan pengalaman untuk mengembangkan desain interior di masa yang akan datang. Ketaatan desainer masa lalu untuk mengikuti peraturan-peraturan bangunan terlihat lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi saat ini. Hal ini terjadi akibat kolektivitas budaya agraris yang membimbing masyarakat untuk tunduk pada peraturan dan ajaran (Hindu). Budaya ini bertentangan dengan era sekarang yang didominasi individualitas kapitalis yang mengabaikan aturan-aturan masa lalu. Dalam konsep Bali telah dirumuskan bahwa masa depan adalah akibat dari masa kini dan masa lalu yang dikenal dengan sebutan Tri Semaya (Atita, Wartamana dan Nagata).

Konsep ruang rumah tinggal tradisional Bali Madya (Bali Arya) adalah konsep ruang yang dikembangkan dari konsep ruang Bali Age (Bali Pegunungan) dengan konsep ruang era masuknya Majapahit ke Bali yang mengalami keemasannya pada masa Dalem Waturenggong. Konsep ruang ini diterapkan dengan mengutamakan fungsi dan lingkungan. Fungsi-fungsi ruangnya mengacu pada situasi dan kondisi aktivitas penghuni pada saat itu sehingga melahirkan konsep ruang seperti yang diwarisi sekarang. Keterbatasan waktu untuk melakukan penelitian maka sesuai dengan metode yang digunakan (purposive sample) maka Desa-desa yang dipilih adalah yang berada di Kecamatan Gianyar seperti: Sukawati, Gianyar, Blahbatuh, Tegallalang, Ubud, Payangan dan Tampaksiring.

Penelitian ini akan dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif yang dianalisis dari sudut pandang desain interior untuk mengetahui desain ruang Bali Madya dan melihat secara cermat tingkat keberaturan desain yang ada pada data lapangan dan dinilai secara visual. Pembuktian akan dilakukan dengan melihat konsep dan derajat keberaturan unsur-unsur desain pada desain rumah tinggal tradisional Bali Madya (Bali Arya) khususnya yang menyangkut keberaturan garis dan bidang. Pengkhususan penelitian ini dilakukan untuk memperdalam dan mempertajam penelitian sehingga diperoleh hasil yang  dapat  mengembangkan materi dasar untuk kepentingan konservasi, pengembangan pembangunan rumah tinggal dan pengkayaan materi pembelajaran.

Keyword: Konsep ruang, Bali Madya, dan Keberaturan

Pelestarian Kerajinan Patung Khas Desa Sesetan Denpasar

Pelestarian Kerajinan Patung Khas Desa Sesetan Denpasar

OLEH: Ida Ayu Gede Artayani, S.Sn. Jurusan Kriya, FSRD, DIPA 2008

Abstrak Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sample dan pembahasan dilakukan secara kualitatif. Sample diambil di Wilayah Desa Sidakarya dan Banjar Dukuh Sari Desa Sesetan. Jenis kerajinan patung yang dibuat didominasi patung-patung wanita beridentitaskan wanita Bsali. Tema-tema yang mncul pada patung ini misalnya patyung menari, patung pakaian adat Bali, patung menjunjung padi, patung orang tua dan lain-lain. Ukurannya bervariasi tergantung pesanan, muali dari 50cm sampai 150cm bahakn adayang mencapai 200cm. Kerajinan ini kebanyakan berbahan kayu suar, karena jenis kayu ini memilki garis-gais serat yang baik, cukup mudah didapat dan mudah dikerjakan. Finishingnya menggunakan bahan semir netral, tujuannya untuk memperlihatkan terstur serat bahan. Kegiatan pembuayan patung di Desa Sesetan ini sudah mulai berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, terutama setelah peristiwa Bom Bali I dan II. Peristiwa bom tersbut dianggap sebagaipenyebab utama menurunnya pasar terhadap kerajinan patung ini. Pasar yang lesu menyebabkan aktifitas perajin menjadi berkurang, sehingga untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, banyak perajin beralih proposal menjadi tukang bangunan, buruh bangunan, bertani dan pekerjaan lain sesuai kemampuannya. Namun yang perlu dicatat bahwa beberapa sentra kerajinan kayu ini masih bisa tetap bertahan. Upaya pelestarian dilakukan dengan mengikuti berbagai pameran baik diangkat lokal maupun nasional melalui dinas terkait.

Perkuat Peran dan Fungsi Kuliah Kerja Nyata di Perguruan Tinggi

Perkuat Peran dan Fungsi Kuliah Kerja Nyata di Perguruan Tinggi

Guna memperkuat kembali peran dan fungsi Kuliah Kerja Nyata di perguruan tinggi,  Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (DP2M) Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) ISI Denpasar menyelenggarakan Sosialisasi Revitalisasi Kuliah Kerja Nyata di Masa Mendatang. Kegiatan berlangsung dari tanggal 24 sampai 25 Maret 2010, bertempat di Hotel Dyana Pura, Kuta, Seminyak. Peserta sosialisasi meliputi LP2M, Dosen Pembimbing, dan mahasiswa dari 19 universitas yang ada di Bali, serta kawasan Timur serta terdapat juga peserta dari ITS, UNAIR, STIE Triatmajaya, Univ. Muhamadyah Mataram, Univ. Nusa Cendana, dan Univ. Mataram.

Dalam sosialisasi terungkap bahwa Kuliah Kerja Nyata di Perguruan Tinggi merupakan bagian integral dari proses pendidikan yang mempunyai ciri-ciri khusus. Karenanya system penyelenggaraannya memerlukan landasan idiil yang secara filosofis akan memberikan petunjuk serta mengendalikan pola tindakan dalam setiap proses penyelenggaraannya. Untuk itu sekurang-kurangnya mengandung lima asas yang bernilai fundamental yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Yaitu (1) keterpaduan pelaksanaan tridarma perguruan tinggi, (2) pendekatan interdisipliner dan komprehensip, (3) lintas sektoral, (4) dimensi yang luas dan pragramatis serta (5) keterlibatan masyarakat secara aktif.

Dari evaluasi nasional yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi sampai sekarang dan berbagai karya ilmiah lainnya, diketahui bahwa Kuliah Kerja Nyata mempunyai banyak manfaat untuk mahasiswa, masyarakat, pemerintah daerah maupun perguruan tinggi, karena pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata mempunyai makna personality development, Institutional development, dan community development, meskipun dalam pelaksanaannya Kuliah Kerja Nyata masih memerlukan adanya pengembangan agar Kuliah Kerja Nyata dapat berkiprah dengan optimal bersama masyarakat tanpa kehilangan arti mendasar dari falsafah, pengertian dan tujuan Kuliah Kerja Nyata.

Tantangan pembangunan dari tahun ketahun semakin kompleks dan membutuhkan perangkat Ipteks serta kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatasinya. Revitalisasi Kuliah Kerja Nyata di perguruan tinggi selalu dikaitkan dengan prioritas upaya penyelesain masalah masyarakat melalui berbagai penerapan Ipteks yang sesuai dengan potensi wilayah dan kemampuan sumberdaya manusia pelaksanaanya dalam perannya untuk masa depan.

Sementara Ketua LP2M ISI Denpasar Drs. I Gst. Ngr. Seramasara, M.Hum., mengungkapkan rasa terimakasih terhadap DP2M Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi atas kepercayaan yang diberikan kepada ISI Denpasar untuk membantu pelaksanaan kegiatan ini. Pihaknya berharap kegiatan ini dapat terus terjalin dengan baik. Dan dengan adanya sosialisasi ini maka kita dapat memperoleh masukan tentang kontribusi program Kuliah Kerja Nyata dalam pemberdayaan masyarakat. Sehingga tercapai tujuan yang sesuai dengan tema yaitu ”Revitalisasi Kuliah Kerja Nyata sebagai upaya peningkatan peran kemitraan Perguruan Tinggi dengan pemerintah dan perusahaan/industri dalam program-program pemberdayaan masyarakat”.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Loading...