Gelar Seminar Dan “Workshop” Seni

Gelar Seminar Dan “Workshop” Seni

Kampus ISI Denpasar memang tidak pernah redup aktifitas. Setelah beberapa hari sebelumnya menyelenggarakan seminar dan “workshop” internasional, hari ini Kamis 30 September 2010 kembali menggelar seminar dan “workshop” yang bertajuk “Seni sebagai Produk Masyrakat ataukah Masyarakat sebagai Produk Seni” dengan pembicara Prof. Dr. T. Slamet Suparno, MS., dan Prof. Dr. Pande Made Sukerta SSkar.M.Si. dari ISI Surakarta. Seminar dan workshop sehari ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan dosen Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, yang bertempat di Gedung Latta Mahosadi dan Gedung Candra Metu ini sangat menarik karena memberikan wawasan baru bagi para seniman ISI Denpasar untuk meningkatkan semangat dalam berkarya guna melestarikan kesenian yang merupakan kekayaan budaya Bangsa.

Prof. Slamet yang dalam makalahnya menyoal tentang kehidupan berkesenian sebelum masa orde baru, masa orde baru, dan pasca orde baru ini, mengungkapkan kebanggaannya pada kesenian masyarakat Bali, dan masyarakat Bali tidak perlu khawatir siapapun pemimpin daerah Bali, kesenian Bali tidak akan pernah pudar, karena kesenian yang selalu melekat dengan kehidupan religius masyarakat Bali. Seorang mahasiswa jurusan Pedalangan, I Gde Wirawan mengekspresikan kegelisahannya tentang tendensi masyarakat yang mengganti kesenian dengan tehnologi, seperti pemutaran CD gambelan pada upacara keagamaan, atau pemutaran VCD wayang Sapuleger untuk mengganti pementasan wayang Sapuleger itu sendiri. Hal ini dapat diantisipasi dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan juga seniman untuk memanfaatkan tekhnologi,bukan teknhnologi yang memanfaatkan seniman.

Prof. Sukerta dalam workshopnya mengajak mahasiswa dan dosen Fakutas Seni Pertunjukan untuk tidak takut mengadakan perubahan dalam berkarya yang berdasarkan etika dan estetika. Dia menekankan kepada para seniman ISI Denpasar untuk berbuat sesuatu tyang baru, namun harus tetap berdasarkan tradisi, agar karya tersebut tidak kehilangan arah. Mahasiswa yang hadir turut mengambil bagian dalam apresiasi seni vokal yang membuat mahasiswa dan dosen semakin antusias.

Hadir pula Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S.,M.A. yang juga menjabat sebagai Ketua BKS PTSI (Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Seni Indonesia), yang membuka secara resmi seminar dan ”workshop” ini. Rai yang didampingi Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, I Ketut Garwa,S.Sn.,M.Sn. menyambut gembira seminar ini. Rai juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua pemakalah yang merupakan Guru Besar ISI Surakarta, dan berharap “sharing” antara satu PT Seni dengan yang lainnya harus terus dilakukan guna meningkatkan mutu pendidikan, sehingga pendidikan akan melahirkan cendikiawan dan intelektual yang berguna bagi nusa dan bangsa, harapnya.

Humas ISI Denpasar melaporkan.

Pemenuhi SKKM

PENGUMUMAN

Diumumkan kepada mahasiswa yang mengambil TA dan mahasiswa paduan suara FSRD ISI Denpasar, terkait dengan pemenuhan SKKM (satuan kredit kegiatan mahasiswa), dimohon hadir pada:

Hari/tgl        : Jumat, 1 Oktober 2010

Pukul           : 10.00 Wita

Tempat        : Pusdok

Acara          : Latihan paduan suara

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan. Terimakasih.

Denpasar, 30 September 2010

Pembantu Dekan I,

TTD

Drs. Olih Solihat Karso, M.Sn

NIP. 19610706 199003 1 005

Impian Masyarakat Banjar Tegal Bebalang Bangli Menjadi Kenyataan.

Impian Masyarakat Banjar Tegal Bebalang Bangli Menjadi Kenyataan.

Kesenian yang merupakan bagian dari kebudayaan Bali yang memiliki pesona yang amat tinggi akan tetap terjaga serta lestari, karena kesenian  tidak terpisahkan dari kehidupan beragama masyarakat kita. Institut Seni Indonesia Denpasar , kemarin malam, Selasa 28 September kembali mendapatkan kesempatan untuk “ngaturang ayah” di Pura Dalem Banjar Tegal Bebalang Bangli, setelah sebelumnya rombongan seni dari Fakultas Seni Pertunjukan ini “ngaturang ayah” di Pura Dalem Agung, Kramas, Blahbatuh, Gianyar. Rombongan yang berjumlah 120 orang ini disambut hangat dan antusias oleh masyarakat serta prajuru adat disana, menampilkan tari Selat Segara, Satya Brasta, Jauk Manis, Truna Jaya, Baris, dan Bondres yang melibatkan mahasiswa Jurusan Tari dan Pedalangan. Mahasiswa dan dosen Jurusan Karawitan yang didukung oleh alumnus Jurusan Karawitan, mempersembahkan tetabuhan diantaranya Tabuh Kutus, Goak Macok, dan Cita Ustawa. Tampil para dosen dan pegawai dengan lantunan “gerong” yang semakin membuat para “pemedek” kagum dan kian memberi nilai religius pada upacara tersebut.

Penampilan Mahasiswa Pedalangan dengan bondresnya yang mengambil lakon kejayaan Satrya Taman Bali ini sangat menghibur masyarakat yang masih tetap antusias menyaksikan “ilen-ilen” sampai lewat tengah malam. Hal ini merupakan bukti nyata betapa masyarakat sangat tertarik dan menghargai kesenian Bali yang merupakan kekayaan budaya Bali yang harus kita lestarikan bersama. Masyarakat dan seluruh Prajuru Adat  dengan jelas mengekspresikan kegembiraan mereka, karena  Gong Gede baru yang dimiliki oleh desa pekraman  telah dimainkan oleh seniman ISI Denpasar sesuai harapan dan impian mereka. Para penabuh ISI Denpasar tampak sangat antusias menyambut kesempatan berharga tersebut, termasuk juga di dalamnya Ketua Jurusan Karawitan, I Wayan Suharta,S.Skar., M.Si., serta Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn.

Rektor ISI Denpasar, Prof. I Wayan Rai S.,M.A. yang ikut hadir pada kegiatan ”ngayah” ini, menyampaikan apresiasi serta terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh pemuka masyarakat  atas kesempatan yang diberikan untuk “ngayah” dan “nunas ica” bersama. Sambutan hangat dari masyarakat adalah bukti kedekatan masyarakat dengan ISI Denpasar. Rai juga mengungkapkan terima kasih dan bangganya kepada seluruh dosen dan mahasiswa yang telah ikut ”ngayah” dengan tulus dan penuh semangat. ”Saya sangat bangga pada mahasiswa yang selalu penuh inisiatif dalam setiap kegiatan ”ngayah” yang merupakan bagian dari Tri Darma Perguruan Tinggi.  Kelak para mahasiswa ini akan menjadi seniman handal yang berguna bagi nusa dan Bangsa”, harapnya.

Humas ISI Denpasar Melaporkan.

Seminar Dan “Workshop” Surinamese-Javanese Music & Gamelan Gong Kebyar

Seminar Dan “Workshop” Surinamese-Javanese Music & Gamelan Gong Kebyar

Di tengah-tengah kesibukan kampus dalam melakukan latihan  persiapan “ngayah” sebagai implementasi pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi yang ketiga yaitu pengabdian masyarakat, upaya untuk mencapai visi ISI Denpasar untuk go internasional juga tetap  dilakukan secara intensif. Sebelumnya rombongan kesenian ISI Denpasar telah diundang untuk pementasan tarian di Moscow,  Senin, 27 September kemarin Fakultas Seni Pertunjukan  jurusan Karawitan, menggelar kembali Seminar dan “Workshop” internasional  yang bertajuk “ Surinamese-Javanese Music (Unfinished Gamelanmusic Transfer ) & Gambelan Gong Kebyar” dengan pembicara Harrie Djojowikromo, seorang Imigran asal Jawa generasi ketiga yang lahir dan menetap di Suriname, serta I Wayan Suharta, S.Skar., M.Si. dari Jurusan Karawitan ISI Denpasar. Seminar sehari yang dihadiri oleh sekitar 90 orang terdiri dari dosen, mahasiswa Jurusan Karawitan dan Pedalangan ini, sangat menarik sehingga mengundang demikian banyak pertanyaan dari mahasiswa.

Harrie mengatakan bahwa kehadirannya di kampus ISI Denpasar adalah untuk yang ketiga kalinya, setelah sebelumnya pada tanggal 3 September 2008 dan tanggal 24 September 2009, Harrie yang sangat tertarik dan antusias melakukan penelitian Surinamese-Javanese Music ini juga menjadi pemakalah di kampus ISI Denpasar. Di sela-sela pemaparan makalahnya, Harrie menghimbau mahasiswa ISI Denpasar untuk tetap semangat dalam mempelajari serta melestarikan kebudayaan yang dimiliki Bali khususnya, Indonesia pada umumnya. Harrie sangat menyayangkan pudarnya eksisitensi Surinamese-Javanese music ini yang disebabkan kurangnya pengetahuan generasi muda di sana tentang musik, sehingga muncul kesan “suka-suka” dalam mempelajari gambelan tersebut. Jika kita tidak tahu budaya kita sendiri, bagaimana kita bisa ikut melestarikannya, tanyanya retoris. Pemakalah kedua, I Wayan Suharta membawakan paper yang merupakan hasil penelitiannya yang berjudul Signifikansi Bahasa Inggris dalam Proses Belajar Mengajar Gong Kebyar bagi Mahasiswa Asing dalam Upaya ISI Go Internasional.

Sebagai moderator sekaligus interpreter Ni Ketut Dewi Yulianti,S.S., M.Hum. menghimbau semua mahasiswa untuk bertanya dalam Bahasa Inggris, karena hal ini juga merupakan salah satu cara untuk mencapai visi ISI Denpasar untuk go internasional, ujarnya. Antusiasme mahasiswa dan dosen dalam mengikuti seminar sehari ini tercermin dari pertanyaan dan masukan yang sangat qualified bagi kedua pemakalah, diantaranya muncul kekaguman salah satu mahasiswa akan upaya Harrie dalam melestarikan budaya masyarakat Jawa yang ada di Suriname, Amerika Selatan. Mahasiswa juga sangat antusias dengan pertanyaan tentang parameter untuk ISI Denpasar go internasional.

Pembantu Rektor IV, I Wayan Suweca, SSKar., M.Mus. yang membuka seminar dan workshop ini  menyampaikan terima kasih kepada Harrie Djojowikromo yang telah membawakan makalahnya, serta kekagumannya pada semua mahasiswa yang telah mengikuti seminar dengan antusias dan menyampaikan pertanyaan dan pendapat dalam bahasa Inggris. Atmosfir seperti ini hendaknya dipertahankan, bahkan ditingkatkan demi kemajuan serta kesuksesan kita bersama, ujarnya memaparkan.

Humas ISI Denpasar melaporkan.

Gali Potensi ”Local Genius” ISI Denpasar Gelar Pelatihan Menggambar Wayang Kamasan

Gali Potensi ”Local Genius” ISI Denpasar Gelar Pelatihan Menggambar Wayang Kamasan

SEBAGAI perguruan tinggi seni berbasis keunggulan lokal (local genius) dengan kualitas bertaraf internasional, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar makin memantapkan komitmennya menggali potensi local genius Bali. Di bidang seni rupa/lukis, misalnya, salah satu potensi yang dinilai sangat layak untuk diangkat ke percaturan seni rupa dunia adalah lukisan wayang Kamasan, Klungkung yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan seni rupa Bali.
Untuk itu, ISI Denpasar menggelar Pelatihan Menggambar Wayang Kamasan mulai 22 September hingga 5 Oktober 2010. Pelatihan dengan instruktur Ni Wayan Sri Wedari, S.Sn. itu diikuti 20 orang peserta yang meliputi 15 orang dosen FSRD dan lima orang mahasiswa FSRD ISI Denpasar.
Ditemui seusai membuka pelatihan, Rabu (22/9) kemarin, Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A. menegaskan lukisan wayang stil Kamasan sangat layak dijadikan salah satu unggulan termasuk dimasukkan sebagai salah satu materi kurikulum di FSRD ISI Denpasar. Pertimbangannya, lukisan wayang Kamasan merupakan salah satu khasanah kekayaan seni lukis Bali yang unik dan khas serta mencuatkan identitas ke-Bali-an yang sangat kental. ”Saya sangat berterimakasih kepada teman-teman di FSRD yang punya komitmen kuat untuk menjadikan lukisan wayang Kamasan sebagai salah satu program unggulan di FSRD dalam upaya terus meningkatkan diri menggali nilai-nilai kearifan lokal Bali,” katanya dan menambahkan, sejatinya banyak sekali ragam seni rupa khas Bali yang sangat berpeluang untuk digali, dilestarikan dan dikembangkan di FSRD ISI Denpasar.
Hal senada dilontarkan Dekan FSRD ISI Denpasar Dra. I Made Rinu, M. Si. Ditegaskan, FSRD ISI Denpasar punya kewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan khasanah kekayaan seni rupa Bali yang dikemas dalam kurikulum pendidikan. Khusus lukisan wayang Kamasan, kata dia, sangat terkait dengan sejarah perkembangan seni rupa Bali sehingga seluruh mahasiswa FSRD wajib mengetahui dan memahami termasuk menguasai teknik seni lukis wayang Kamasan secara baik. ”Tak bisa dipungkiri, sejarah seni lukis Bali diawali dengan lukisan wayang klasik Kamasan, kemudian berkembang ke Ubud dengan seni lukisan gaya Ubud dilanjutkan dengan gaya Batuan, young artist dan terakhir seni lukis kontemporer,” katanya.
Dalam konteks pendidikan budi pekerti, kata dia, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam cerita wayang yang merupakan intisari seni lukis wayang Kamasan juga sangat perlu untuk dilestarikan dan ditumbuhkembangkan kepada generasi muda Bali. ”Secara estetika dan artistik, lukisan wayang Kamasan memiliki nilai yang sangat tinggi. Melalui kegiatan pelatihan ini, kami berharap akan muncul generasi-generasi penerus yang melanjutkan kejayaan seni lukis wayang Kamasan,”ujarnya. (ian)

Sumber: http://www.balipost.com

Loading...