Cinta Si Elok Legong Bertepuk Sebelah Tangan

Cinta Si Elok Legong Bertepuk Sebelah Tangan

Kiriman Kadek Suartaya, Dosen PS Seni Karawitan.

Masyarakat mancanegara telah mengenal legong sebagai seni tari dari Pulau Dewata. Terminologi kesenian bangsa-bangsa menempatkan legong sebagai seni tari yang luwes gemulai dalam pangkuan gemerincing gamelan yang renyah dinamis. Seni pertunjukan yang seutuhnya merupakan rajutan estetika tari ini menggapai puncak kejayaannya para era kerajaan Bali. Saat itu beberapa kerajaan besar di Bali menjadikan legong sebagai seni kesayangan sekaligus gengsi para penguasa. Namun sejak pupusnya patronisasi puri-puri oleh terjangan kolonalisme, legong yang juga lazim disebut legong keraton, secara perlahan kian redup binarnya. Masyarakat Bali masa kini umumnya tak memiliki ikatan estetik-emosional dengan si elok legong.

Namun kemilau seni tari yang biasanya dibawakan para gadis belia ini bagai mutiara yang sedang berbalut lumpur. Sebab konsep estetik legong masih menjadi acuan dalam penciptaan seni tari. Nilai artistik yang menjadi aura legong tetap mengundang inspirasi kreator tari Bali masa kini. Tengoklah, misalnya, tari “Nara Simha“ garapan I Gusti Agung Ayu Savitri. Dalam pentas ujian akhirnya di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, koreografer muda yang tak lain dari cucu maestro legong I Gusti Raka Saba (almarhum) ini dengan meyakinkan menyajikan koreografi pelegongan, karya tari yang dikembangkan berdasarkan konsep estetika legong.

Pola-pola klasik legong bukan hanya menjadi orientasi kreatif Ayu Savitri. Dalam ujian akhir ISI yang banyak menyedot perhatian penonton itu ada pula Komang Ari Wisa Kendraniati yang kebincut dengan bingkai keindahan tari yang muncul di Sukawati pada akhir abad ke-19 ini. Rabu (26/5) malam, gadis asal Tabanan ini menyuguhkan kreasi pelegongan dengan tajuk “Satya Jayanthi”. Jika Savitri bertutur tentang penumpasan keangkaramurkaan Hiraniakasipu oleh titisan Wisnu, Kendraniati berkisah tentang perjalanan Yudhistira ke sorga untuk mencari dan membuktikan kebenaran sejati.

Konsep estetik legong dengan kompleksitas tari dalam ikatan iringan gamelannya  memang dapat membawakan beragam lakon. Demikian pula kreasi pelegongan yang belakangan telah ratusan digarap, berangkat dengan aneka tema dari berbagai sumber cerita. Masyarakat Bali dapat menyimak geliat kreasi pelegongan tersebut di arena Pesta Kesenian Bali (PKB). Dalam mata acara pagelaran festival atau parade Gong Kebyar, greget  kreasi pelegongan merupakan bentuk seni pentas yang pernah beberapa kali diwajibkan untuk diketengahkan. Selain dalam ajang PKB, ujian-ujian akhir di ISI Denpasar juga telah banyak menelorkan kreasi pelegongan.

Kendati para koreografer masa kini telah banyak mencipta seni tari dengan konsep estetik legong yang disebut pelegongan, tapi gaungnya di tengah masyarakat Bali kurang terasa. Setidaknya, dari ratusan kreasi pelegongan itu tak satu pun dikenal baik oleh masyarakat penonton. Jangankan menjadi karya seni yang monumental, bahkan sebagian besar dari kreasi pelegongan, baik yang menggebrak di PKB maupun yang membuncah di ISI atau di sanggar-sanggar tari, hanya mengalami pementasan perdana saja. Kreasi-kreasi pelegongan itu sirna bak dibungkam hingar bingar kehidupan dan hiburan global kekinian. Kreasi pelegongan yang berpijak dari genius estetik lokal, tercekal.

Cinta Si Elok Legong Bertepuk Sebelah Tangan selengkapnya

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali II

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali II

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali (http://www.baliprov.go.id) secara Persepsi Visual

Kiriman Arya Pageh Wibawa, Dosen PS Desain Komunikasi Visual

Bila dilihat lebih jauh tingkat accuracy nya dengan cara memilih salah satu artikel yang ada di “Berita Terkini” yaitu “AYU PASTIKA SERAHKAN BANTUAN RUMAH KEPADA KELUARGA MISKIN” maka akan terlihat sebuah halaman situs seperti dibawah ini :

Pada gambar 5 terlihat bahwa masih belum adanya tanggal publikasi yang dicantumkan tetapi sudah mencantumkan nama penulis informasi pada bagian akhir naskah. Bila dikaji dengan kriteria accuracy, maka dapat dikatakan bahwa situs resmi pemerintah propinsi Bali masih kurang memenuhi kriteria accuracy yang baik, dimana belum mencantumkan tanggal publikasi dari informasi yang ditayangkan. Gambar yang dimunculkan hanya sebatas memperkuat informasi yang ditampilkan. Tetapi seperti diketahui bahwa situs ini merupakan situs resmi pemerintah daerah dimana secara verifikasi data dapat dipertanggunjawabkan. Sehingga secara umum, menurut kriteria accuracy informasi yang ditayangkan dianggap memenuhi criteria karena sudah diverifikasi oleh badan pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah propinsi Bali.

1.      Objectivity (Obyektivitas)

Obyektivity adalah sejauh mana informasi yang diberikan mengungkapkan fakta dan kenyataan dibanding dengan pendapat pribadi dan biasnya (Tate, 2010:p.11). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa situs dapat dibuat dan dikembangkan oleh tiap individu, maka tentunya tingkat subyektivitas informasi yang dibuat akan ikut mempengaruhi pengembang dalam menuliskan informasi dalam sebuah situs. Jika hal itu terjadi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat validitas informasi yang ditayangkan situs tersebut dianggap tidak memiliki validitas dan akan menimbulkan ketidakpercayaan pengguna atas situs tersebut. Tingkat validitas itu dapat dilihat dari dimunculkannya tanggal publikasi dan jika merupakan sebuah argumentasi dari sebuah permasalahan ataupun ide-ide yang berkenaan dengan permasalahan yang ada tentunya perlu mencantumkan referensi yang digunakan. Seperti pada situs resmi pemerintah propinsi Bali dapat dilihat sebagai berikut :

Pada gambar 6 diatas terlihat tingkat obyektivitas yang tinggi dengan mencantumkan gambar  disamping informasi yang ditayangkan. Gambar dapat memperkuat argumentasi terhadap informasi yang ditayangkan.

Selain informasi berita yang ditayangkan, pada situs resmi pemerintah propinsi Bali juga menayangkan statistik perkembangan yang ada di Bali. Bila dipilih dari salah satu dari statistik misalnya “Perkembangan Pariwisata Bali 2010”, maka akan terlihat sebagai berikut :

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali II selengkapnya

Pentas Tari Joged Bumbung Lansia di Desa Kesiman Petilan

Pentas Tari Joged Bumbung Lansia di Desa Kesiman Petilan

Pentas Tari Joged Bumbung Lansia di Desa Kesiman Petilan: Sebuah Potret Keceriaan di Hari Tua

Kiriman : Ida Bgs. Gede Surya Peradantha, S.Sn*.

Pentas Tari Joged Bumbung Lansia (orang yang telah lanjut usia) ini merupakan sebuah kegiatan yang dirancang dan diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Kesiman Petilan serta ditunjang oleh adanya perhatian Pemerintah Kota Denpasar dalam bentuk bantuan dana yang disebut Alokasi Dana Desa (ADD). Kucuran bantuan dana inilah yang dimanfaatkan oleh Kepala Desa Kesiman Petilan, I Wayan Gede Darma Putra, S.T., untuk membuat sebuah pementasan tersebut di atas dalam format parade yang baru tahun ini dilaksanakan. Diselenggarakannya pentas tari ini dilatari oleh perhatian yang begitu besar terhadap kesehatan para lansia yang terdiri dari dua aspek yaitu fisik dan non-fisik. Secara fisik, para lansia telah dibekali dengan latihan olah raga senam yang bertempat di Balai Banjar masing-masing. Sedangkan secara non-fisik, diadakanlah pementasan Tari Joged Bumbung. Sebuah lontaran yang unik sekaligus mengundang rasa “geli” dari penonton maupun dari penarinya sendiri, mengingat biasanya Tari Joged biasanya dibawakan oleh para gadis belia nan cantik. Tentunya dengan gerakan-gerakan tari yang jauh lebih luwes, menarik dan tentu saja cantik. Terlepas dari itu semua, dipilihnya jenis tarian ini dikarenakan Tari Joged Bumbung adalah seni tari pergaulan, sehingga diharapkan bisa memupuk rasa keakraban antar perserta maupun antara peserta dengan penonton.

Secara Administratif, Desa Kesiman Petilan terdiri atas 10 Banjar Adat, yaitu : 1. Br. Kedaton, 2. Br. Batan Buah, 3. Br. Kehen, 4. Br. Meranggi, 5. Br. Bukit Buwung, 6. Br. Abian Nangka Kelod, 7. Br Abian Nangka Kaja, 8. Br. Dukuh, 9. Br. Saraswati dan 10. Br. Kuningan. Kesepuluh Banjar ini didaulat untuk mengirimkan satu pasang peserta (penari Joged perempuan dan Pengibing laki-laki). Oleh karena program pembentukan kelompok lansia yang diadakan di tiap-tiap banjar ini baru tahun ini dilangsungkan,  maka belum semua banjar sempat dibentuk kelompok lansia. Adapun Br. Kuningan, Br. Dukuh, dan Br. Saraswati belum memiliki kelompok lansia tersebut sehingga untuk tahun ini belum bisa mengirimkan wakilnya untuk ikut pentas. Namun demikian, mereka tetap diundang hadir untuk bisa mengakrabkan diri dengan para lansia lainnya, sesuai tema dari pementasan ini yaitu “Mengakrabkan Para Lansia di Lingkungan Desa Kesiman Petilan”.

Minggu, 6 Februari 2011 pukul 14.30 WITA, bertempat Wantilan Pura Pengerebongan Kesiman, dipentaskanlah Tari Joged Bumbung Lansia atas inisiatif Pemerintah Desa Kesiman Petilan. Diawali oleh duta Br. Kehen Kesiman, penari Joged perempuan yang tampak sudah uzur itu seperti mendadak berubah menjadi lebih muda dengan rias wajah panggung yang rapi, kostum tari Joged seperti pada umumnya, lengkap dengan kipas dan selendangnya. Pun demikian halnya dengan para penari Joged lainnya, dimana mereka tampak seolah lupa telah berusia lanjut. Didukung musik tari oleh Sekaa Joged Dewa Ruci, binaan dari I Made Warta yang berdiri tahun 2004 ini, keriangan dan kegembiraan terpancar jelas dari air muka mereka seperti tanpa ada rasa canggung dan malu tampil di atas panggung. Terbukti, senyum ekspresif, gerak tangan yang luwes, dan tak ketinggalan goyang pinggul penari perempuan yang lazim ditemukan dalam tiap tari Joged pun secara energik masih mampu mereka tunjukkan. Setelah sekian lama menari, tampillah penari laki-laki sebagai pengibing-nya dengan mengenakan pakaian adat biasa layaknya ke pura. Tidak ada pakem baku dalam tarian yang mereka bawakan. Semua pasangan penari Joged ini menampilkan gerak tari yang berbeda, termasuk menyelipkan beberapa pola tingkah laku keseharian yang mengundang gelak tawa penonton seperti Mejaranjaranan (bertingkah laku seolah menaiki kuda), meambulambulan (saling malu-malu kucing, bersikap manja) dan beberapa tingkah laku keseharian lainnya yang juga menarik untuk disimak.

Pentas Tari Joged Bumbung Lansia di Desa Kesiman Petilan: Sebuah Potret Keceriaan di Hari Tua

Wayang Orang Indonesia Mendunia

Wayang Orang Indonesia Mendunia

Jakarta – Kesenian wayang orang yang dimainkan oleh kelompok Wayang Orang Indonesia Pusaka mendunia dengan tampil di Opera House di Sidney, Australia, serta dijadwalkan bermain di sejumlah negara di Asia, Eropa, dan Afrika.
Pemerhati budaya, Jaya Suprana setelah mendampingi beberapa anggota kelompok Wayang Orang Indonesia Pusaka bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kantor presiden, Jakarta, Kamis sore mengatakan, beberapa negara memang tertarik dengan kesenian wayang orang.
Dia menjelaskan, beberapa negara yang sudah mengundang antara lain Jerman, Prancis, Afrika Selatan, dan Singapura.
Jaya menjelaskan, kelompok wayang orang ini akan bisa memenuhi undangan itu jika mendapatkan dukungan dari pemerintah.
“Yang menjadi keterbatasan memang dalam hal dana,” katanya.
Pada saat bertemu presiden, Jaya Suprana juga melaporkan bahwa kelompok wayang orang itu sudah tampil di “Opera House” di Sidney, Australia, pada 18 Desember 2010.
Penampilan kelompok wayang orang itu mendapat sambutan meriah dari warga negara Australia dan warga negara Indonesia yang tinggal di negeri kanguru itu.
Saat itu, kelompok Wayang Orang Indonesia Pusaka menampilkan cerita tentang kepahlawanan Gatot Kaca.
Mereka mampu menarik perhatian warga negara Australia karena menyisipkan penggunaan bahasa Inggris saat tampil.
Wayang Orang Indonesia Pusaka berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp110 juta ketika tampil di Sidney.
“Itu kami sumbangkan kepada saudara kita di sekitar Merapi,” kata Jaya Suprana.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, pemerintah selalu mendukung misi budaya Indonesia ke luar negeri. Menurut dia, wayang orang adalah seni yang sangat bernilai dan mengandung falsafah hidup yang luar biasa.
“Setiap episode wayang orang itu ada pesan moralnya,” kata Jero Wacik.
Saat ini, Jero Wacik sedang mengatur pertemuan antara sejumlah kelompok wayang orang dan presiden. Dia juga mengusahakan agar Wayang Orang Indonesia Pusaka bisa tampil di komplek Istana Kepresidenan.
Kelompok Wayang Orang Indonesia Pusaka sendiri terdiri dari seniman-seniman wayang orang Bharata dan sejumlah pemerhati kesenian lainnya.(*)

Sumber: http://antaranews.com

Peresmian Tugas Akhir Semester Genap 2010/2011 FSRD

Peresmian Tugas Akhir Semester Genap 2010/2011 FSRD

Acara peresmian peserta Tugas Akhir yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 Feburari 2011 dihadiri oleh mahasiswa peserta Tugas Akhir, Pejabat struktural dilingkungan Fakultas Seni Rupa dan Desain serta beberapa dosen pembimbing. Acara ini diawali dengan laporan singkat dari Pembantu Dekan I, Drs. Olih Solihat Karso, M.Si, selaku Ketua Pelaksana, yang menyampaikan bahwa peserta peresmian Tugas Akhir semester genap 2010/2011 berjumlah 106 mahasiswa, peningkatan jumlah peserta Tugas Akhir semester ini melonjak cukup tajam bila dibandingkan dengan semester-semester sebelumnya hingga menembus angka seratus, adapun jumlah ini terdiri dari 25 mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni, 1 mahasiswa Jurusan Kriya Seni, 25 mahasiswa Program Studi Desain Interior, 51 mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV), dan 4 mahasiswa jurusan Fotografi.

Harapan dan saran disampaikan oleh Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Dra. Ni Made Rinu, M.Si agar mahasiwa yang telah diresmikan sebagai peserta Tugas Akhir ini untuk selalu mengikuti aturan-aturan yang ada di dalam institusi sehingga nantinya peserta Tugas Akhir mampu melewati segala tahap hingga saat yudisium nanti. Tugas berat pun tidak hanya dilimpahkan pada mahasiswa, namun juga bagi para dosen pembimbing agar senantiasa mengingatkan bimbingannya untuk selalu tepat waktu dalam pengerjaan serta mendorong mereka untuk bisa menghasilkan karya terbaik mereka. Hal ini disampaikan karena dalam rangkaian tugas akhir ini, karya mereka akan di pajang dalam pameran yang diselenggarakan di luar kampus, tempat pameran yang dipilih pun biasanya cukup dikenal masyarakat, karena diharapkan masukan dari masyarakat yang mampu memberi penilaian yang seimbang tidak hanya dari sudut pandang akademik namun juga sudut pandang masyarakat awam maupun seniman dan praktisioner.

Meningkatnya jumlah peserta Tugas Akhir semester ini di sambut gembira oleh semua pihak baik mahasiswa maupun pengajar, namun kegembiraan ini sebaiknya dijaga oleh semua pihak agar mampu melewati rangkaian tugas akhir ini dengan baik hingga yudisium dan wisuda nantinya. Mahasiswa pun cukup antusias dalam menerima harapan dan saran dari ibu Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain yang mewakili pendapat dari seluruh pengajar di Fakultas. Akhir acara mahasiswa serta dosen berkumpul di tengah ruangan untuk mengadakan foto bersama sebagai kenangan pelaksanaan peresmian Tugas Akhir semester genap 2010/2011.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Loading...