ISI Denpasar Mengikuti Quicksilver dan Roxy Design Competition 2011

ISI Denpasar Mengikuti Quicksilver dan Roxy Design Competition 2011

Kegiatan yang diadakan pada hari senin tanggal 25 April 2011 bertempat di Gedung Latha Mahosadhi ISI Denpasar yang dimulai tepat pukul 9 pagi diikuti oleh mahasiswa dari jurusan DKV, para dosen serta pejabat struktural di lingkungan FSRD-ISI Denpasar. Acara dibuka dengan sambutan singkat oleh ketua panitia yang menjelaskan persiapan kegiatan, kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Dra. Ni Made Rinu, M.Si, dalam kesempatan ini beliau mengungkapkan bahwa kegiatan kreatif ini sangat baik untuk menunjang kegiatan kemahasiswaan khususnya dalam pengembangan pengetahuan dan teknologi serta pencipataan produk barang dan jasa, selain itu beliau mengungkapkan juga bahwa dalam setiap berkegiatan perlu diingat bahwa knowledge is power, hendaknya kekuatan ilmu pengetahuan selalu mendasari berbagai hal yang akan diwujudkan.

Roadshow Design Competition 2011 ini memaparkan mengenai kegiatan lomba yang akan diadakan oleh Quicksilver dan Roxy ditahun 2011 yang akan diikuti oleh seluruh negara di Asia Tenggara dengan imbalan hadiah bagi para pemenangnya yang cukup mengesankan berupa uang tunai, paket tour mengunjungi Australia selama 2 minggu, hingga beasiswa pendidikan master di Sydney-Australia selama 2 tahun. Kegiatan yang membutuhkan kreatifitas ini tidak hanya terbatas diikuti oleh mahasiswa namun kalangan umum juga dibuka kesempatan yang sama, hal ini merupakan salah satu dukungan yang luar biasa terhadap perkembangan kreatifitas bagi mahasiswa khususnya jurusan DKV dalam mengeluarkan potensi yang mereka miliki dalam mendesain T-shirt.

Presentasi oleh Quicksilver dan Roxy ini terdiri dari penjelasan mengenai criteria lomba, kemudian cara-cara atau tips mendesain t-shirt yang dijelaskan langsung oleh graphic designer dari perusahaan tersebut, kemudian yang terakhir adalah kegiatan tanya-jawab yang disertai dengan pemberian goody bag yang berisi souvenir atau kenang-kenangan dari pihak penyelenggara. Kegiatan ini cukup menyita perhatian mahasiswa dan dosen karena merupakan salah satu kegiatan yang bertaraf international, dan dari pihak penyelenggara pun mengharapkan bahwa salah satu pemenangnya berasal dari kampus ISI Denpasar, dan hal senada pun disampaikan oleh Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar yang mengharapkan salah satu pemenangnya berasal dari kalangan ISI Denpasar. Harapan ini pun disambut tepukan meriah dari para peserta.

Humas ISI Denpasar Melaporkan

Fungsi Kerajinan kayu di Desa Singakerta

Fungsi Kerajinan kayu di Desa Singakerta

Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar.

Seni Kerajinan adalah komponen produk seni yang dibuat melalui ketrampilan tangan  untuk tujuan sebagai kebutuhan hidup manuasia.  Berdasarkan pengertian itu, kerajinan merupakan hasil suatu produk ketrampilan seni yang dibuat oleh manusia. Bentuk-bentuk produksi kerajinan memiliki fungsi untuk memperindah ruangan atau barang penghias ruang. Benda produk kerajinan tersebut diharapkan menjadikan ruangan semakin indah. Barang-barang  produk  kerajinan kayu tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :

1.  Fungsi Estetis

Fungsi estetis merupakan fungsi murni untuk memperindah atau mempercantik suasana ruang.  Fungsi yang demikian itu nampak jelas pada produk-produk kerajinan relief dan kerajinan patung yang diproduksi di daerah Singakerta, dan  menggunakan media kayu yang banyak menekankan nilai estetisnya. Estetis yang dimaksud adalah keindahan yang tampak secara pisik dapat dinikmati oleh indria pengelihatan secara nyata.

Dalam buku Pengantar Dasar Ilmu Estetika, dijelaskan bahwa estetika adalah segala         sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, semua aspek dari yang disebut ke-indahan.

Misalnya apakah artinya indah?, apakah yang menumbuhkan           rasa indah itu?,  Dari  mana datangnya rasa indah itu?,  Apa yang       menyebabkan barang yang satu indah dan yang lain tidak?,  Dan apa             sebabnya yang dirasakan oleh orang yang satu indah  dan tidak       dirasakan keindahannya oleh orang yang lain? (Djelantik, 1990: 6).

 

Selanjutnya Djelantik juga menyatakan, benda seni yang menjadi sasaran analisis  estetika atau keindahan setidak-tidaknya mengandung tiga aspek dasar seperti  wujud atau rupa yang mempunyai dua unsur utama ; bentuk/form, dan  susunan/structure, bobot atau isi yaitu aspek utamanya suasana/mood, gagasan/idea, ibarat,             pesan/message, dan penampilan (hasil dari tiga unsure; bakat/talent, ketrampilan/skill, sarana/medium (1990: 14).

Sedangkan Murdana (2001: 19) menjelaskan, estetik menyangkut persoalan-persoalan keindahan yang dapat menimbulkan pengalaman tertentu dan dapat memuaskan jiwa penikmatnya.

Dalam Hermeneutika, Estetika, Dan Religius Esai-Esai Sastra Sufistik dan Seni Rupa juga dijelaskan, estetika membicarakan objek-objek estetik, kualitas karya seni serta pengaruhnya terhadap jiwa manusia yaitu perasaan, imajinasi, alam pikiran dan intuisi. Apabila karya seni dikaitkan dengan spiritual dan agama tertentu, pencipta mestilah memahami dan menghayati spiritual dan agama tersebut (Hadi, 2004: 227).  Dalam konteks tersebut, Melvin Rader menjelaskan, bahwa keindahan itu dihasilkan oleh hakikat yang diungkapkan atau berhasilnya cara pengungkapan. Cara pengungkapan itu yang harus indah, seni (dalam Somardjo, Jakob 2000: 26).

Djelantik (1990: 2) menjelaskan, indah dapat menimbulkan pada jiwa manusia rasa senang, rasa bahagia, rasa tenang, rasa nyaman, dan bila kesannya lebih kuat akan membuat terpaku, terharu, dan timbul keinginan untuk menikmati kembali.

Terkait dengan pernyataan tersebut, pengalaman estetis itu mencakup di dalamnya nilai-nilai keindahan yang dapat memberikan pengertian bahwa cakupan estetik bisa beraneka ragam nilai. Nilai yang dimaksud disini adalah suatu ciri yang melekat pada sesuatu yang dapat menimbulkan perasaan tergugah. Apabila sebuah benda disebut indah, hal itu berarti ciri suatu nilai yang dapat melekat padanya.  Teori estetika di atas dalam konteks penelitian ini digunakan untuk mengkaji keindahan hasil produksi seni kerajinan di desa Singakerta. Karena kerajinan kayu  merupakan bentuk ungkapan keindahan dan ketrampilan tangan, maka dalam menganalisisnya juga menyangkut keindahannya dari aspek ilmiah (misalnya hubungan antar elemen atau unsur yang ada untuk membangun struktur kerajinan kayu tersebut).

Fungsi Kerajinan kayu di Desa Singakertaselengkapnya

Studi Ekskursi Ke Palu

Studi Ekskursi Ke Palu

Sejumlah 52 orang mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) dan 14 orang mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Design (FSRD)ISI Denpasar mengikuti studi ekskursi di kota Palu selama empat hari. Rombongan bertolak ke kota Palu, Sulawesi Tengah Senin, (11/4), dan akan tiba di Denpasar pada Kamis (14/4), setelah mengikuti serangkaian kegiatan, diantaranya “workshop”, ngayah di pura Wanna Kerta Jagatnata, temu umat hindu dan diskusi, serta pentas seni di pura dan Taman Budaya.

Kegiatan diawali dengan workshop  di Taman Budaya yang dibawakan oleh nara sumber dari Sulawesi Tengah, yaitu Tjajo Tuan Saihu, Drs. Sofyan Tadurante, M.Si, Dra. Hj.Intje Mawar Lasasi Abdulah, Amin Abdullah, S.Sn, M.Sn, Zulkifly Pagesa, Dr.Gazali Lembah, M.Pd, Dra.Nurhayati Ponulele, M.Si. yang membahas tentang kebudayaan Sulawesi Tengah tentang  musik, sastra, bahasa, dan seni rupa, yang dihadiri oleh mahasiswa ISI Denpasar dan juga STAH Dharma Sentana Sulteng.Sebelum pentas seni antara mahasiswa ISI Denpasar dan Sanggar Seni Dharma Gita Murti Palu di Pura Jagatnatha, rombongan mengadakan sembahyang bersama dan juga diskusi tentang peranan seni dalam kehidupan beragama yang dibawakan oleh PR I,Dekan FSP, PD III FSRD, dan dipandu oleh I Nyoman Slamet warga Palu asal Bali yang juga menjabat sebagai anggota DPR Sulteng.

Pentas Seni malam itu diawali dengan pementasan tari Puspanjali dan Topeng oleh Sanggar Seni Dharma Gita Murti Palu, lalu dilanjutkan dengan tari Selat Segara, Jauk Manis, Oleg Tamulilingan, Trunajaya, dan Satya Brasta. WHDI Palu menampilkan  tari Pamontex yang menggambarkan tentang panen raya pada zaman dahulu yang dilakukan secara gotong royong oleh gadis-gadis Palu asal Bali dengan pakaian tradisional Kaili.

Ketua PHDI Palu, Ir. Putu Surya yang hadir malam itu, mengungkapkan terima kasih kepada ISI Denpasar yang telah bersedia hadir di kota Palu, dan menari untuk umat di Pura. “Kami atas nama warga mohon maaf bila ada kekurangan dalam penyambutan,”ujarnya.

Rabu sore (13/4)  diadakan pameran oleh ISI Denpasar yang  dibuka oleh Gubernur Sulteng, dan dilanjutkan dengan pementasan tari di Taman Budaya.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Penyerahan SK Program Pascasarjana

Penyerahan SK Program Pascasarjana

Bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Kamis (28/4) Rektor ISI Denpasar menerima kunjungan Dirjen DIKTI (Pendidikan Tinggi) yang dalam kesempatan ini diwakili oleh SesDirjen atau sekretaris Dirjen DIKTI Dr. Haris Iskandar serta anggota komisi X DPR-RI yang membawahi bidang Pendidikan, Bapak I Wayan Koster dengan agenda penyerahan Surat Keputusan (SK) pembukaan Program Pascasarjana ISI Denpasar. Turut diundang pula Rektor Universitas Udayana (Unud), Rektor Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksa), serta Koordinator Kopertis wilayah VIII serta seluruh civitas akademika baik dari dosen, pegawai, hingga mahasiswa ISI Denpasar menghadiri acara ini yang juga dimanfaatkan sebagai pemaparan atau sosialisasi mengenai program Dikti dalam bidang pendidikan.

Dalam kesempatan ini Bapak Dr.Haris Iskandar mengungkapkan dalam meningkatkan kualitas dibidang pendidikan dibutuhkan kerjasama semua pihak, tidak hanya dari pemerintahan dan dinas Pendidikan Tinggi namun juga pelaku atau civitas akademik yang terlibat didalamnya untuk selalu mendukung seluruh usaha atau strategi yang telah dibuat, adapun sasaran strategi yang telah ditentukan untuk beberapa tahun mendatang adalah berbagi sumber daya, proses, serta memanfaatkan sumber informasi, ketiga hal tersebut apabila dipahami dan dilakukan dengan baik diharapkan dapat menjadi senjata ampuh dalam peningkatan pendidikan di Indonesia. Dalam bidang seni misalnya, beliau mencontohkan ISI Denpasar yang memiliki karakter atau ciri khas yang akan selalu dicari oleh orang-orang yang memang ingin mempelajari kesenian atau budaya Bali, dan mereka diharuskan datang ke Bali. Dalam usaha peningkatan ini ada baiknya juga dibarengi dengan membuka program studi yang memang berkenaan dengan seni atau budaya tersebut serta program lanjutan pascasarjana.

Hal yang senada disampaikan pula oleh Bapak I Wayan Koster yang mengharapkan banyak gagasan baru dibidang pendidikan berupa Pengembangan Program Studi yang diharapkan disesuaikan dengan potensi daerahnya masing-masing .“Kedepannya keputusan baru di bidang pendidikan tinggi daerah dalam batas tertentu diharapkan tidak lagi diputuskan oleh pusat namun daerah juga mampu memutuskannya sehingga konsep desentralisasi bisa berjalan dengan baik”, lanjutnya.

Usai acara sambutan dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan berupa lukisan yang dikerjakan oleh salah satu mahasiswa Jurusan Seni Lukis yaitu Wahyu Mahameru, ditengah keterbatasannya ia mampu menyelesaikan dua buah lukisan yang dipersembahkan untuk bapak SesDirjen dan salah satu anggota Komisi X DPR-RI. Kemudian Rombongan diarahkan menuju gedung Kriya Hasta Mandala untuk pembukaan pameran hasil karya mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar, para rombongan cukup antusias menikmati karya yang disuguhkan sebelum akhirnya harus meninggalkan ISI Denpasar untuk kembali ke Jakarta.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Keberadaan Seni Pertunjukan Bali di Kota Mataram

Keberadaan Seni Pertunjukan Bali di Kota Mataram

Kiriman I Gede Yudarta, SSKar., M.Si., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar.

Kebudayaan Bali di Lombok khususnya di Kota Mataram diperkirakan sudah mulai berkembang semenjak kedatangan orang-orang Bali dan menetap secara permanen. Sebagaimana telah diungkap pada bab sebelumnya, bahwa keberadaan orang Bali dan menetap di Lombok terjadi pada saat dikuasainya Lombok sebagai bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan Karangasem. Orang-orang tersebut sebagian besar merupakan masyarakat dari berbagai daerah di Karangasem yang mengikuti sanak saudara mereka pada saat berperang dan mengalahkan Lombok. Seiring dengan hal tersebut, kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan seni pertunjukan sebagai salah satu sub-unsurnya diperkirakan berkembang sesudah itu dan mengalami perkembangan yang pesat semenjak kondisi kepemimpinan Karajaan Karangasem mulai stabil. Berkembangnya kesenian, khususnya seni pertunjukan Bali, hal ini tidak terlepas dari pentingnya keberadaan kesenian guna mendukung setiap pelaksanaan upacara keagamaan. Sebagaimana umumnya, setiap pelaksanaan upacara keagamaan masyarakat Bali yang beragama Hindu akan senantiasa menyertakan kesenian baik dalam bentuk seni wali, bebali maupun balih-balihan. Adapun fungsinya adalah sebagai salah satu unsur yang sangat penting bagi kelengkapan dan mengiringi jalannya sebuah upacara keagamaan.

Sehubungan dengan hal itu, perkembangan kesenian Bali di Lombok pada awalnya adalah kesenian-kesenian dari daerah Karangasem. Diketahui bahwa pada masa itu daerah Karangasem bukan merupakan daerah yang kaya dengan kesenian sebagaimana halnya daerah-daerah seperti di Bali Selatan dan Bali Utara. Kesenian-kesenian yang berkembang di masyarakat Karangsem pada umumnya merupakan kesenian klasik dan sakral seperti Sanghyang, Gambuh, Topeng, Wayang, Angklung, Gambang, Selonding serta beberapa beberapa alat musik individual seperti preret dan genggong. Dari berbagai jenis kesenian tersebut hanya beberapa jenis saja yang dikembangkan di Lombok.

Maraknya perkembangan kesenian Bali diperkirakan dimulai pada abad ke 18 dimana beberapa jenis seni pertunjukan seperti Gambuh, Topeng, gamelan dengan barungan yang lengkap seperti Angklung, Gong Gede, Bebarongan mulai memasuki wilayah Lombok. Asumsi ini didasarkan atas data historis dimana salah seorang dari keturunan Jelantik yang pernah memerintah di Singaraja (Buleleng) diberikan mandat untuk memimpin kerajaan di Lombok. Perkembangan yang cukup pesat terjadi pada tahun 1950 merupakan dampak dari didatangkannya seniman Bali pada tahun 1945 dan mengadakan pementasan di bawah prakarsa Gusti Bagus Ramia. Sebagaimana diungkap dalam Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat yang dibuat pada tahun 1977,  pada tahun 1957 dan 1958 terdapat rombongan kesenian Bali yang membawa jenis-jenis tari kebyar. Akhir tahun 1957 Ida Wayan Pasha mulai melatih gending-gending iringan tari kebyar dimana pengembangan tariannya dilakukan oleh Ni Made Darmi pada tahun 1958 dan I Wayan Likes pada tahun 1961. Pada tahun 1963 tercatat terjadi pemasalan tari Bali yang diprakarsai oleh Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Barat yang semakin mempopulerkan tarian Bali dikalangan masyarakat baik ditingkat anak-anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah di sekitar Cakra, Mataram dan Ampenan. Tercatat beberapa tari kekebyaran yang popular di kalangan masyarakat diantaranya: Tari Pendet, Tari Candrametu, Tari Panji Semirang. Tari Demang Miring, Tari Margapati, Tari Wira-nata, Tari Kebyar Duduk dan Kebyar Terompong, Tari Oleg Tamulilingan, Tari Nelayan, tari Terunajaya dan berbagai jenis tarian lainnya. Di samping jenis tari lepas juga berkembang beberapa jenis sendratari seperti Ramayana, Rajapala, Sunda-Upasunda, Arjuna Tapa serta beberapa bentuk dramatari seperti Arja, Topeng, Prembon, Gambuh dan Wayang Wong.

Keberadaan Seni Pertunjukan Bali di kota Mataram, selengkapnya

Loading...