Tri Hita Karana Dalam Bahasa Visual

Tri Hita Karana Dalam Bahasa Visual

Kehidupan memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan dan dinamis. Pada salah satu konsep ajaran Hindu mengajarkan tentang keharmonisan dalam berketuhanan (parhyangan), alam lingkungan (palemahan) dan antar manusia (pawongan) yang lebih dikenal dengan Tri Hita Karana. Ini adalah kearifan untuk menghormati ketiga unsur tersebut baik dengan ritual keagamaan dan yang terpenting adalah pelaksanaan pemahaman konsep Tri Hita Karana dalam keseharian. Penerapan nilai Tri Hita Karana akan membangun keseimbangan hidup karena memiliki sifat yang universal. Pada kenyataannya manusia sebagai pemegang kunci keberhasilan Tri Hita Karana, tetapi akhir-akhir ini ada kecenderungan pergeseran pola pikir dan perilaku manusia. Dampak terbesar dari fenomena ini adalah kerusakan lingkungan yang semakin parah. Eksploitasi alam berimbas kepada terganggunya keharmonisan lingkungan. Berangkat dari esensi Tri Hita Karana dan dampak kontradiksi yang menyebabkan terganggunya ketidakseimbangan lingkungan mendorong lahirnya ide-ide untuk mewujudkannya ke dalam karya seni. Hal ini sekiranya dapat memberikan sumbangsih pemikiran tentang konsep Tri Hita Karana dan dampak kontradiksi pelaksanaannya melalui karya seni lukis dan instalasi. Konsep Tri Hita Karana memberikan banyak ruang untuk ditransformasikan ke dalam bahasa visual.

Sehubungan dalam proses perwujudan karya yang bersumber dari ide-ide yang mendasari penciptaan karya, pencipta menggabungkannya dengan penerapan unsur-unsur seni rupa seperti garis, warna, tekstur dengan pengolahan beberapa media sebagai karya lukis dan instalasi. Sedangkan proses penciptaannya melalui tahapan penjajagan (eksploration), percobaan (experiment) dan pembentukan (forming).

Dalam wujud karya pencipta mengandung aspek ideoplastis yaitu menyangkut wilayah gagasan atau ide dan aspek Fisioplastis  yang meliputi teknik penggarapan elemen visual atau perwujudan fisik karya.

Kata kunci  : Tri Hita Karana dan bahasa visual.

Trend Busana Wanita Dalam Kehidupan Masa Kini

Trend Busana Wanita Dalam Kehidupan Masa Kini

Dalam kesehariannya, wanita tidak akan pernah lepas dari penampilan. Sebagai seorang wanita, pencipta tertarik untuk lebih mengenal dan lebih mendalami setiap karakter wanita dari segi trend penampilan masa kini.

Sosok wanita tidak hanya dapat dilihat dan dinilai dari fisiknya saja, tetapi juga penampilan wanita merupakan salah satu hal yang penting dalam diri wanita dan  dapat membuat wanita menjadi lebih eksotik, lebih menarik dan memiliki keindahan. Selain dengan busana, banyak pula aksen-aksen pendukung yang dapat menambah nilai keindahannya, salah satunya dengan berbagai macam aksesoris yang dikenakan pada wanita. Itu dapat menunjang dan menambah nilai pada eksotika wanita, penampilan wanita merupakan salah satu bagian terpenting dari wanita, wanita terlihat berbeda dari penampilannya.

Setiap wanita mempunyai sisi eksotika tersendiri di lihat dari kacamata pria, dalam hal ini sisi eksotika keindahan dan kelembutan tubuh wanita dapat diungkapkan sebagai kekaguman pencipta terhadap wanita yang memiliki  keindahan yang eksotis dan kelembutan tubuh. Dalam proses pembuatan karya, pencipta menyajikan karya dalam bentuk-bentuk dideformasi dan naif, dengan bentuk dideformasi pencipta menampilkan dan mengungkapkan kesederhanaan tersebut dengan membuat dan menyajikan dengan tuntas, tentang apa yang pencipta buat. Penampilan naïf merupakan penampilan abstrak yang cenderung tidak sederhana.

Kata Kunci : Trend Busana, Wanita Masa Kini.

Gamelan Gong Suling

Gamelan Gong Suling

Kiriman: I Wayan Adi Sucipta, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Nama Barungan: Gong Suling

Gong Suling pada dasarnya merupakan pengembangan dari Gong Kebyar, teknik tabuh yang digunakan hampir semuanya berasal dari Gong kebyar, hanya saja pembawa melodinya tidak lagi gangsa yang terbuat dari krawang melainkan sejumlah suling bambu dengan ukuran yang berbeda-beda. Gong Suling diperkuat dengan melodi bersifat unisono oleh ricikan rebab dengan memiliki dua utas dawai yang disebut wadon dan lanang. Terkait dengan fungsi suling dalam seni karawitan kebyar, hingga saat belum diketahui secara pasti kapan instrumen suling masuk sebagai bagian barungan gamelan tersebut. Munculnya gamelan gong kebyar sebagai salah satu bentuk ensambel baru dalam seni karawitan Bali pada abad XIX, tidak dijumpai adanya penggunaan suling dalam komposisi-komposisi kekebyaran yang diciptakan. Penyajian komposisi ”kebyar” yang dinamis, menghentak-hentak serta pola-pola melodi yang ritmis tidak memungkinkan bagi suling untuk dimainkan di dalamnya. kesenian ini adalah salah satu kesenian tua yang ada di kabupaten Jembrana. kesenian ini hanya ditampilkan pada saat ada upacara keagamaan saja. Namun dengan perubahan jaman, kesenian ini berubah menjadi sebuah seni umum yang dipertontonkan.

Sajian Gong Suling didominasi oleh suling. Diawali dengan ber­jajarnya para pemain suling dengan pemain Rincik, klenang dan klenyir di dalam sajiannya. Para pemain saling mengisi dalam sajian yang secara tidak langsung mengambil pola dari gong kebyar tersebut. Terjadinya per­kembangan fungsi suling tersebut merupakan salah satu fenomena yang sangat menarik dimana suling yang pada awalnya memiliki fungsi sekunder yaitu instrumen pendukung, berkembang menjadi instrumen primer yaitu instrumen utama.

Gamelan Gong Suling adalah barungan gamelan yang didominir oleh alat-alat tiup suling bambu yang didukung oleh instrumen-instrumen lainnya. Gamelan ini berlaraskan pelog lima nada.

Gong Suling pada hakekatnya merupakan pengembangan dari Gong Kebyar, tabuh – tabuh yang dibawakan hampir semuanya berasal dari Gong Kakebyaran, hanya saja pembawa melodinya tidak lagi gangsa yang terbuat dari krawang melainkan sejumlah suling bambu dengan ukuran yang berbeda-beda.

Salah Satu instrumen alam Gong Suling adalah terdapatnya suling bambu yang besar ukurannya. Panjangnya ada sekitar 35 inci dan berdiameter 1,7 inci. Wilayah nadanya lebih sedikit dari dua oktaf dan bermula pada nada B, di bawah nada C pusat. Ini adalah jenis suling vertikal dengan tiup ujung dan merupakan suling bass. Suling tersebut pada bagian bawah jika sedang dimainkan dalam kedudukan vertikal maka akan terbuka. Pada bagian bawah diraut atau diiris sedikit dari buku ruasnya. Lubang-lubang jari yang dinamakan song, terdapat pada bagian atas dari suling dan jumlahnya diselaraskan dengan tangga nada yang diperlukan. Ukuran suling pada kesenian Gong Suling yang panjang tersebut, mengharuskan pemainnya merentangkan tangannya dalam memainkan atau meniupnya dan ujungnya yang terbuka harus ditopangkan ke tanah.

Instrumen-instrumen yang digunakan dalam Gamelan Gong Suling ialah:

  1. 2 (dua) buah kendang
  2. 1 (satu) buah kajar
  3. 1 (satu) buah kemong
  4. 1 (satu) buah ceng-ceng kecek
  5. 1 (satu) buah gong pulu
  6. 1 (satu) buah kempur
  7. 2 (dua) buah suling berukuran kecil
  8. 4 (empat) buah suling berukuran sedang
  9. 2 (dua) buah suling berukuran besar.

Lagu yang dimainkan dalam Gamelan gong Suling terdiri dari:

Gending petegak

Gending petegak yang dimaksud ialah gending-gending yang disajikan secara instrumental. Garis yang tegas untuk menyatakan cirri-ciri ini memang belum mengikat dalam hubungan praktik karawitan dalam masyarakat luas dewasa ini. Pengaruh kreasi local dimana instrument yang bersangkutan hidup sangat sering mempengaruhi fungsi atau tugas-tugas dari sebuah ansambel/barungan gamelan. Gending-gending petegak ini disajikan saat-saat diadakannya upacara adat-keagamaan. Sering juga karawita tari disajikan sebagai gending-gending petegak.

Penyajian gending-gending petegak seperti disinggung diatas, bentuknya bentuknya termasuk jenis-jenis tabuh. Ada bagian-bagian tertentu cara memainkannya diulang-ulang dan bagian penghubung yang berfungsi sebagai perantara dari bagia-bagian yang dihubungkan. Bagian yang harus diulang tidak diharuskan dengan satu perhitungan pasti, tetapi tergantung berapa kali pemain ingin mengulang bagian tertentu itu, kemudian beralih dengan kode-kode tertentu dari satu atau lebih alat yang berfungsi mengendalikan irama (biasanya instrument kendang) dan yang mengendalikan melodi (biasanya instrument terompong) atau kalau tidak memakai instrument terompong biasanya yang mengendalikan melodi adalah instrument gangsa giing. Alat pengendali irama dengan pengendali melodi bekerjasama untuk memimpin tempo, dinamika, dan tujuan penyajian pada waktu lagu itu beralih. Demikian juga kerjasama antara kedua tugas alat pengendali irama dan pengendali melodi selalu dibutuhkan dalam menyelesaikan lagu.

Adapun tabuh petegak yang dimainkan dalam barungan Gamelan Gong Suling diantaranya:

  1. Sinom ladrang
  2. Lengker
  3. Selisir.
  4. Sekar gadung
  5. Bapang gede, dll

Gending untuk mengiringi tari

Sistim penyajian gending-gending jenis ini disesuaikan dengan kepentingan penyajian tarian yang diiringi. Jumlah dan jenis gending-gending ini sangat banyak, sama banyak dengan jumlah dan jenis  tari-tarian yang ada. Hampir semua jenis barungan gamelan Bali dapat dipakai untuk mengiringi tari-tarian, kecuali barungan gamelan Gambang belum popular untuk kepentingan musik iringan tari. Dalam hubungan dengan gending-gending iringan tari, maka gending yang termasuk jenis gending pengilak memegang posisi yang menonjol. Sering juga beberapa jenis gending untuk satu iringan tari, meskipun dimainkan hanya dengan satu barungan gamelan saja.

Adapun gending yang dimainkan dalam barungan Gong Suling untuk mengiringi tari diantaranya:

  1. Tari legong kraton
  2. Tari topeng. dll

Gamelan Gong Suling Selengkapnya

Tragedi Kecelakaan Kendaraan Interpretasi Dalam Kehidupan

Tragedi Kecelakaan Kendaraan Interpretasi Dalam Kehidupan

Skrip karya ini merupakan deskripsi dan uraian tentang penciptaan seni lukis dengan judul “Tragedi kecelakaan Kendaraan sebagai interpretasi dalam kehidupan”. Berangkat dari pengalaman pribadi pencipta hingga observasi langsung kelapangan tentang tragedi kecelakaan, di mana pencipta menemukan ketertarikan terhadap lekuk-lekuk besi pasca tabrakan dan warna-warna aneh yang muncul baik itu karat maupun noda yang memberikan kesan estetik di mata pencipta. Setelah melakukan beberapa kali observasi dan bereksperimen akhirnya pencipta menginterpretasikan tragedi kecelakaan tersebut ke dalam kehidupan manusia, agar bisa dikaitkan dengan fenomena-fenomena yang terjadi saat ini. Namun bagaimanakah menciptakan karya estetis dari objek yang mengalami tragedi kecelakaan kendaraan. Adapun tujuan dan manfaatnya  untuk mencari dan mempresentasikan keindahan dari tragedi kecelakaan kendaraan, dan agar dapat membuka wawasan pencipta tentang suatu fenomena kehidupan yang terjadi baik itu bencana maupun berkah yang dikaitkan dengan tragedi kecelakaan kendaraan bermotor.

Melalui paduan berolah estetik dengan aneka bahasa simbolis pencipta memadukan ide gagasan dan penyusunan elemen seni rupa hingga terwujud karya seperti “Tersudut”, “Tanda”, dan juga “Bantu Kami Keluar” adalah hasil dari eksplorasi panjang pemaknaan tentang tragedi kecelakaan sebagai subjek matternya dan terinspirasi dari fenomena-fenomena kehidupan saat ini sehingga karya yang diwujudkan memiliki makna yang ingin disampaikan.

Pada akhirnya terwujudlah karya terkait dengan judul yang diangkat yaitu “Tragedi Kecelakaan Kendaraan Sebagai Interpretasi Dalam Kehidupan”, dan diharapkan dengan tercapainya karya ini dapat berguna bagi khalayak dan dapat memberikan kesadaran bagi kita tentang Tragedi kecelakaan dan fenomena Kehidupan.

Kata Kunci : Seni Tragedi kecelakaan : Fenomena Kehidupan.

Seni Lukis Tikus Dalam Imajinasi Rupa

Seni Lukis Tikus Dalam Imajinasi Rupa

Tikus adalah golongan binatang pengerat yang sering dianggap sebagai binatang yang rakus dan suka mencuri makanan manusia. Tidak jarang barang perlengkapan manusia di rusak, dikerat sampai berlubang untuk jalan di lewat, demikian pula barang-barang dihancurkan untuk dipakai sebagai sarangnya. Karena sifat-sifatnya inilah binatang tikus sering dikonotasikan sebagai simbol koruptor, menghabisi yang bukan miliknya secara diam-diam.

Binatang tikus inilah dijadikan motif dasar ide di dalam berkarya seni lukis, di mana tikus diangkat sebagai motif dari bentuk yang utuh sampai dengan tikus dalam bentuk topeng. Motif tikus diambil dari hasil pengamatan secara langsung maupun dari foto-foto yang dijadikan sumber dalam proses kreatif, diatur sedemikian rupa dalam penciptaan seni lukis ini. Dari ide kerakusan motif tikus hanyalah bentuk simbolis manusia koruptor, yang dituangkan dalam bentuk seni lukis mengarah kepada gaya surealis. Walaupun obyek diwujudkan secara naturalis namun tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Penggunaan berbagai unsur-unsur seni rupa seperti garis bentuk, warna, bidang dan ruang, tetap memperhatikan faktor estetika dari suatu penyusunan seperti komposisi, proporsi, keseimbangan, pusat perhatian dan irama. Sedangkan dalam proses penciptaan dilalui dengan beberapa tahapan yaitu: penjelajahan (ekplorasi), proses percobaan (eksperimen), proses pembentukan (forming) dan penyelesaian (finising).

Dalam wujud karya yang dibuat mengandung beberapa aspek baik aspek gagasan serta konsep yang dikenal dengan aspek ideoplastis dan wujud karya secara fisik meliputi hasil dari tehnik penggarapan elemen visual dengan segala aturan seni lukis disebut dengan aspek fisikoplastis dari hasil proses penciptaan ini diperoleh 12 buah lukisan yang semuanya bertemakan tikus sebagai motif utama.

Kata Kunci: Tikus Penciptaan Lukisan

  

Loading...