PENGISIAN DATA E-PUPNS

DITUJUKAN KEPADA SELURUH PEGAWAI NEGERI SIPIL ISI DENPASAR

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan untuk mendukung pengelolaan dan pengembangan sistem Informasi Kepegawaian Aparatur Sipil Negara, Badan Kepegawaian Negara (BKN) selaku Badan pembina kepegawaian Aparatur Sipil Negara diberikan mandat untuk melakukan pendataan ulang sehingga memperoleh data ASN yang akurat, terpercaya dan terintegrasi.

Sebagai tindak lanjut, BKN telah menetapkan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Pendataan Ulang Pegawai Negeri Sipil Secara Elektronik (e-PUPNS) Tahun 2015 dimana seluruh Pegawai Negeri Sipil diwajibkan melakukan pendataan ulang data kepegawaiannya melalui laman https://epupns.bkn.go.id terhitung mulai tanggal 1 September 2015 sampai dengan 31 Desember 2015. Dalam pelaksanaannya, untuk mempermudah dan memperlancar input data dilakukan pembagian waktu registrasi berdasarkan Unit Kerja (kementerian/lembaga) mengingat banyaknya jumlah PNS dan data yang harus diinput.

Sampai saat ini PNS Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi belum mendapatkan hak untuk membuka pendaftaran. Sebagai antisipasi pendeknya waktu yang diberikan untuk registrasi dan input data, dengan ini diwajibkan kepada seluruh Pegawai Negeri Sipil di lingkungan ISI Denpasar untuk mempersiapkan beberapa hal sebagai berikut :

  1. Membuat e-mail – Email wajib dimiliki setiap PNS mengingat pada saat melakukan registrasi diwajibkan untuk memasukkan e-mail pribadi. Bagi PNS dilingkungan ISI Denpasar yang belum memiliki e-mail bisa melakukan pendaftaran e-mail melalui UPT Pusat Komputer (PUSKOM);
  2. Mengisi Data E-PUPNS dalam format terlampir – Melakukan isian data PNS sesuai dengan format terlampir dalam bentuk hardcopy dan soft copy;
  3. Data yang telah diisi untuk disampaikan ke Subbagian Kepegawaian paling lambat tanggal 13 Oktober 2015;
  4. Tata cara input data melalui laman https://epupns.bkn.go.id akan disosialisasikan lebih lanjut, menunggu kordinasi dengan Biro SDM Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Demikian disampaikan untuk dapat segera ditindaklanjuti sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan, terima kasih.

Tautan :

1. Pengantar Dari Rektor ISI Denpasar;

2. FORMAT ISIAN e-PUPNS;

3. Brosur 1 e-PUPNS BKN;

4.Brosur 2 e-PUPNS BKN;

5. Perka BKN Tentang e-PUPNS;


 

Perkembangan Tunik Dari Masa ke Masa

Perkembangan Tunik Dari Masa ke Masa

Kiriman : Ni Nyoman Rahayu Trisnawati (Mahasiswa Jurusan Desain Mode)

ABSTRAK

 Keanekaragaman budaya telah mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, seperti dalam aspek fashion yang semakin menyentuh kehidupan sehari-hari setiap orang. Fashion juga memicu pasar dunia untuk terus berkembang, produsen untuk berproduksi, pemasar untuk menjual, dan konsumen untuk membeli. Cara berpakaian yang mengikuti fashion juga memperlihatkan kepribadian idealisme dari pemakainya. Faktor budaya yang berpengaruh dalam fashion terdapat pada perkembangan tunik. Tunik merupakan pakaian dengan ukuran longgar yang dibawa oleh Kerajaan Yunani ketika menguasai Romawi. Kemudian bangsa Romawi menggunakan tunik sebagai pakaian sehari-hari dan dapat dikenakan oleh berbagai kelas sosial. Bahan tekstil tunik yang awalnya hanya terbatas pada wol dan linen, sudah mulai dikembangkan pada abad-20 oleh Paul Poiret dengan bahan yang lebih mahal dan dengan bentuk tunik yang unik merupakan hal yang menonjol dalam koleksi Adi Busananya. Tunik yang menjadi mode paling top sepanjang periode 60-an adalah tunik rok mini (mini-skirted tunic). Terbuat dari kain sintetis, seperti nilon. Tunik tetap dipakai dan diadaptasi oleh banyak budaya sampai saat ini. Terbukti di Indonesia tunik digunakan sebagai salah satu pakaian dalam berbusana muslim oleh kaum wanita maupun pria. Dan mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan daya kreatifitas yang lebih tinggi dari setiap pengrajin atau pengusaha busana muslim. Tunik dapat dikatakan sebagai pakaian yang multifungsi karena dapat digunakan dalam berbagai kesempatan formal maupun non formal. Dalam kebudayaan Barat, tunik yang panjangnya sampai di pergelangan kaki dikenakan oleh rohaniwan dan anggota sekte keagamaan.

KATA KUNCI: Kelas Sosial, Tekstil, Abad-20, Gaya 60-an, Tahun 2000-an.

PENDAHULUAN

Busana berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu bhusana atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan busana yang dapat diartikan pakaian. Namun pengertian busana dengan pakaian sedikit memiliki perbedaan. Busana dalam pengertian luas adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Busana memiliki konotasi “pakaian yang bagus dan indah”, yaitu pakaian yang serasi, harmonis, dan nyaman dilihat, serta sesuai dengan waktu pemakaian. Sedangkan pakaian adalah bagian dari busana itu sendiri.

Sebelum masuknya Yunani ke Roma, pria dan wanita Romawi mengenakan lembaran wol yang besar sebagai pakaian untuk menutupi  tubuh mereka. Lalu setelah kerajaan Yunani menguasai Kekaisaran Romawi dan Romawi Kuno(616-509), pakaian masyarakat Romawi mulai beralih dari yang hanya lembaran kain wol yang besar menjadi sebuah tunik. Romawi menyebut pakaian dasar mereka “tunica” atau biasa disebut tunic atau tunik yang berarti jubah. Tunik adalah pakaian dengan ukuran yang lebih longgar dari model pakaian seperti biasanya sehingga mampu menutupi dada, bahu dan punggung. Pakaian ini memiliki potongan yang sangat sederhana.

Pada awalnya, tunik merupakan pakaian tanpa lengan yang disebut colobium. Karena dianggap terlalu feminim, model tunik kemudian mulai dikembangkan oleh desainer kedalam bentuk pakaian berlengan panjang atau tunik yang panjangnya hingga pergelangan kaki. Julius Caesar biasa mengenakan tunik berlengan panjang dengan hiasan di sekitar pinggang. Dalam kesempatan resmi bangsa Yunani dan Romawi memakai tunik yang bagian pinggangnya diikat dengan tali atau girdle. Bila sedang berada di rumah, tunik dipakai sebagai baju longgar tanpa ikat pinggang.

Zaman Romawi Kuno, pakaian pria terdiri dari tunik dalam, tunik luar, dan toga. Sementara itu, pakaian wanita terdiri dari tunik dalam, tunik luar, dan palia. Tunik luar wanita Romawi disebut stola.

PEMBAHASAN

Kelas Sosial

            Dari zaman Kekaisaran Romawi, tunik dipakai oleh siapa saja, seperti: pria muda, prajurit, budak, petani, sampai kaum bangsawan. Pria muda dan prajurit mengenakan tunik berwarna putih yang panjangnya hanya sampai lutut. Laki-laki berumur, bangsawan, dan hakim mengenakan tunik hingga sampai di pergelangan kaki. Rakyat biasa mengenakan tunik yang dibuat dari kain wol berwarna putih dihiasi pinggiran merah. Tidak ada seorang pun dari kalangan rakyat biasa yang diizinkan mengenakan tunik berwarna ungu, karena warna ungu merupakan warna untuk kaisar. Tunik dipakai sehari-hari oleh pria maupun wanita sampai tahun 1300an.

21

Tekstil

Wol dan linen adalah serat yang paling umum digunakan dalam pakaian bangsa Romawi. Bangsa Romawi mengimpor wol dari Inggris dan Perancis, linen dari Mesir, kapas dari India dan sutra dari China dan Persia. Bangsa Romawi mampu mengembangkan beberapa pabrik pertama mereka untuk memproduksi pakaian dan juga memperdagangkan pakaian siap pakai di seluruh kerajaannya. Karena kekaisaran Romawi meliputi wilayah geografis yang sangat luas, banyak bangsa lain yang akhirnya ikut mengadopsi gaya berpakaian Romawi.

Abad-20

            Pada awal abad ke-20 bentuk dasar tunik kembali populer di dunia mode. Paul Poiret(1879-1944), seorang perancang busana dari Perancis mengambil inspirasi rancangannya dari tunik bergaya oriental. Koleksinya yang paling menonjol adalah celana harem baggy yang dikenakan dibalik tunik kap lampu(lampshade tunic).dinamakan begitu karena bagian bawahnya dipasangi kawat yang melingkar mengelilingi tubuh menyerupai kap lampu. Rancangan Poiret menarik perhatian karena menggunakan kain-kain eksotis yang mahal seperti sutra, brokat, dan beludru

34

Gaya 60-an

            Tunik rok mini(mini-skirted tunic) menjadi mode paling top sepanjang periode 60-an. Tunik ini biasanya dipadukan dengan blus atau sweater pas badan yang terbuat dari rajutan halus(skinny rib). Terbuat dari kain sintetis terbaru pada saat itu, seperti crimplene dan nilon, tunik rok mini memiliki garis-garis yang tegas dan kaku.

Tahun 2000-an

5


67 89

1011

Pada zaman modern ini, tunik selain dibuat longgar juga kebanyakan dibuat lebih panjang bukan hanya sampai di pinggul, paha, bahkan sampai di lutut dan dikenakan oleh para wanita dalam kesempatan santai. Di Indonesia pada masa sekarang ini tunik lebih banyak diproduksi sebagai model busana muslim, karena ukurannya yang longgar. Banyak sekali para pengusaha atau pengrajin yang memproduksi pakaian muslim, seperti tunik dengan membuat variasi baru yang lebih mengikuti perkembangan jaman. Hal ini menjadikan tunik sebagai busana yang multi fungsi karena dapat dikenakan dalam berbagai kesempatan formal maupun non formal. Dalam kesempatan formal tunik biasanya dikenakan bersama ikat pinggang yang melingkari pinggang pemakainya. Namun saat dalam kesempatan non formal, tunik dibiarkan longgar tanpa ikat pinggang. Dalam kebudayaan Barat, tunik yang panjangnya sampai di pergelangan kaki dikenakan oleh rohaniwan dan anggota sekte keagamaan.

PENUTUP

Tunik memiliki bentuk sangat sederhana. Bangsa Yunani dan Romawi mengenakan tunik yang bagian pinggangnya diikatkan tali. Berabad-abad kemudian tunik tetap dikenakan dan telah diadaptasi oleh banyak budaya dalam rentang waktu yang berbeda-beda. Tunik telah terbukti mampu menjadi salah satu jenis busana yang memiliki rancangan yang beragam, dari yang sangat sederhana, berlipit, sampai yang lebih trendi. Seperti halnya di Indonesia yang sampai saat ini menggunakan tunik sebagai salah satu pakaian untuk busana muslim yang terus berkembang melalui kreatifitas dari para pengrajin atau pengusaha busana muslim.  

DAFTAR RUJUKAN

Reynolds, Helen, 2010. Mode dalam Sejarah: Gaun dan Rok. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Tunik

http://fitinline.com/article/read/tunic

Menganalisis Film The Artist Dengan Komodifikasi

Menganalisis Film The Artist Dengan Komodifikasi

Kiriman : Ade Aprilia Puspayanti (Mahasiwa Jurusan Film Televisi )

ABSTRAK

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka (1990 : 242), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Pengertian lebih lengkap dan mendalam tercantum jelas dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya. Sedangkan film maksudnya adalah film yang secara keseluruhan diproduksi oleh lembaga pemerintah atau swasta atau pengusaha film di Indonesia, atau yang merupakan hasil kerja sama dengan pengusaha film asing. Fungsi lain tentang film adalah sebagai media informasi. Informasi yang tersaji dalam sebuah film memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat. Banyak aspek yang dapat disajikan dalam sebuah film, misalnya: alur cerita, karakter tokoh atau pemain, gaya bahasa, kostum, ilustrasi musik, dan setting. Apapun jenis atau temanya, film selalu meninggalkan pesan moral kepada masyarakat yang dapat diserap dengan mudah karena film menyajikan pesan tersebut secara nyata. Komodifikasi mampu mengupas sebuah film dalam menerangkan pesan yang lebih dalam yang ingin dissampaikan oleh sutradara. Komodifikasi menurut Vincent Mosco merupakan sebuah proses transformasi hal yang bernilai untuk dijadikan produk yang dapat dijual. Komodifikasi mendeskripsikan cara kapitalisme melancarkan tujuannya dengan mengakumulasi kapital atau menyadari transformasi nilai guna menjadi nilai tukar. Komoditas dan komodifikasi adalah dua hal yang memiliki hubungan objek dan proses, dan menjadi salah satu indikator kapitalisme global yang kini tengah terjadi. Dalam ekonomi politik media komodifikasi adalah salah satu bentuk penguasaan media selain strukturasi dan spasialisasi (Mosco, 2009: 127). Film The Artist merupakan sebuah film hitam putih asal Perancis yang mengambil set di Hollywood pada tahun 1927 sampai 1932 tetapi bukan merupakan film lawas, melainkan sebuah film karya Michel Hazanavicius yang lahir pada tahun 2011. Dengan set yang mendetail serta aspek rasio yang menyesuaikan film lawas, sutradara memiliki pesan tersendiri dalam pembuatan film The Artist.

Kata Kunci: analisis film, komodifikasi, film, The Artist, 2011

PENDAHULUAN

Di era globalisasi yang penuh dengan rupa dan warna yang berbeda ini, produk apapun yang dibuat manusia akan lebih menuntut keanekaragaman. Termasuk dalam film, kini banyak yang menciptakan film dengan genre yang berhubungan dengan teknologi tinggi. Seperti film-film yang mengangkat tema superhero yaitu The Avengers, Iron Man, Big Hero 6, dan lain-lain.

Namun film The Artist ini justru menciptakan hal yang berbeda, seperti oasis ditengah padang pasir, The Artist menjadi satu-satunya film bisu hitam-putih yang lahir di tahun 2011. Film ini mengangkat cerita tentang seorang aktor terkenal dalam film bisu hitam-putih yang tidak ingin terbawa dalam arus zaman perkembangan teknologi. Seiring dengan teknologi yang maju, film bisu mulai beralih menjadi film bicara. Film ini juga menggunakan aspek rasio 4:3 yang justru mendukung film tersebut sangat nyata berasal dari sebelum tahun 20-an. Dengan ide cerita dan konsep yang sangat maksimal, sutradara tentu memiliki pesan yang ingin disampaikan.

Sebuah cerita mengenai film bisu hitam-putih ini dijadikan sebuah barang yang dijual kepada konsumen film oleh sang sutradara. Dengan adanya ide yang berbeda dengan sutradara kebanyakan, maka penulis akan menganalisis film The Artist ini dengan metode komodifikasi.

PEMBAHASAN

1

Biodata Film:

Judul             :         The Artist

Sutradara      :         Michel Hazanavicius

Produser       :         Thomas Langmann

Negara          :         Perancis

Tahun           :         2011

Language      :         Silent, English

Dalam film ini terdapat beberapa hal yang dijadikan komoditi yang kemudian dijual oleh sutradara menjadi sebuah produk dalam filmnya. Yaitu:

  1. Ide Cerita Mengenai Bagaimana Rasanya Menjadi Aktor Film Bisu Hitam-Putih.

George Valentin yang merupakan aktor terkenal di Hollywood pada zaman film bisu hitam-putih ini sangat menyukai dan mencintai kepopulerannya sendiri. Ia tidak akan tunduk pada pendapat siapapun karena ia terkenal sebagai seorang aktor yang mampu menyampaikan pesan film tanpa harus bercerita lewat dialog. Karena memang pada zaman itu belum bisa menampilkan film dengan suara bahkan belum ada film dengan keanekaragaman warna seperti sekarang ini. Sehingga George sangat bangga pada dirinya, namun juga memiliki sifat sangat tertarik dan baik pada wanita manapun yang ia temui.

  1. Tampilan Mengenai Bagaimana Set dan Cara Pengambilan Gambar Pada Zaman Film Bisu Hitam-Putih.

Dalam film juga ditampilkan bagaimana pengambilan gambar film bisu berlangsung. Mulut pemain film hanya tertutup tanpa mengatakan dialog satupun. Serta lampu, kamera, dan segala alat dalam pengambilan gambar yang sesuai dengan set tahunnya. Sama sekali tidak menampilkan alat dengan kesesuaian tahun pembuatan film The Artist ini. Sehingga penonton diajak menikmati bagaimana rasanya berada di dalam set tahun 19-an.

  1. Aspek Rasio yang Menyesuaikan dengan Konsep Film.

Di zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi yang pesat sekarang ini, film-film produksi besar kebanyakan menggunakan aspek rasio 16:9. Tetapi karena sang sutradara mengikuti konsep ide cerita film-nya, dan sang sutradara juga ingin meyakinkan penonton bahwa film itu memang buatan tahun 19-an, maka aspek rasio film disengaja menggunakan 4:3.

  1. Konflik Dalam Diri Seorang Aktor.

Kita juga diajak merasakan bagaimana menjadi seorang aktor yang dipaksa mengikuti keinginan masyarakat meskipun tidak sesuai dengan hatinya. Dalam film ini, George Valentin sangat percaya pada dirinya sendiri yang sangat terkenal di zamannya. Berbeda dengan Peppy Miller yang pernah dimotivasi oleh George Valentin. Peppy Miller mengikuti keinginan masyarakat sehingga ia menjadi sosok yang sangat dicintai masyarakat. George hingga akhir tetap ingin menjadi aktor film Bisu hingga istrinya meminta bercerai dengannya, namun filmnya sangat sedikit peminat disbanding dengan film Peppy Miller yang luncur di waktu yang bersamaan.

  1. Kisah Cinta Antar Aktor.

George Valentin yang sudah memiliki istri, mengenal Peppy Miller karena sebuah kebetulan. Hingga akhir cinta mereka tidak pernah bertemu sampai akhirnya George mau mendengarkan Peppy dan menjadi aktor terkenal yang bermain bersama Peppy Miller.

PENUTUP

Film The Artist yang menggunakan set tahun 19-an sangat mengejutkan para penikmat film di tahun 2011. Sehingga banyak yang ingin mengetahui apa yang menjadi motivasi sang sutradara dalam membuat film ini. Dalam film ini terdapat beberapa komodifikasi yang dilakukan sang sutradara agar mampu menarik minat penonton yaitu ide cerita mengenai bagaimana rasanya menjadi aktor film bisu hitam-putih, tampilan mengenai bagaimana set dan cara pengambilan gambar pada zaman film bisu hitam-putih, aspek rasio yang menyesuaikan dengan konsep film, konflik dalam diri seorang aktor, dan kisah cinta antar aktor.

DAFTAR RUJUKAN

Ayu Astria R.A. 2010. Komodifikasi sebagai Konsep Ekonomi Politik Media. (Online). (https://id.scribd.com/doc/28389949/Komodifikasi-sebagai-Konsep-Ekonomi-Politik-Media, diakses 16 Juni 2015).

IMDB. 2015. The Artist. (Online). (http://www.imdb.com/title/tt1655442/ , diakses 16 Juni 2015).

Kalarensi Naibaho. 2008. Film : Aset Budaya Bangsa Yang Harus Dilestarikan!. (Online). (http://www.pnri.go.id/majalahonlineadd.aspx?id=85, diakses 16 Juni 2015).

Ilmu Pendidikan Seni Realis dan Realisme

Ilmu Pendidikan Seni Realis dan Realisme

Kiriman : I Wayan Gede Juni Antara (Mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni) 

Abstrak

Ketidak terbatasan seni dalam lingkup bidang ilmu disebut ilmu seni. Ilmu seni adalah pengetahuan tentang seni yang memberi suatu wawasan khusus dalam bidang seni. Pembahasan seni dari masing-masing bidang ilmu dikorelasikan berdasarkan pada pemikiran-pemikiran yang bersifat rasionalitas, sistematis, dan tetap berpedoman pada realitas. Ilmu pendidikan seni sebagai dasar-dasar seni yang dapat di kembangkan dan di pelajari secara tekun yang bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai, makna dan simbol-simbol. Disisi lain manfaat dari pendidikan seni ialah membentuk kepribadian yang kreatif, membenuk karakteristik seseorang, juga memberikan kepekaan untuk menilai nuansa yang indah, baik atau buruk.  Di dalam ilmu pendidikan seni realis dan realisme khusunya yang mempelajari perbedaannya dan makna dari kedua istilah tersebut, terdapat ilmu yang berguna bagi pola pikir manusia dan juga sebagai dasar-dasar seni, sehingga di perguruan tinggi seni realis dan realisme masih diterapkan sampai sekarang. Dalam konteks sejarah dan perkembangannya seni realisme memiliki perjalanan yang panjang sebelum munculnya aliran-aliran baru dalam bidang seni. Adapun pelopor-pelopor realisme seperti Francisco de Goya (1746-1828) , Honoré Daumier(1808-1979), dan Gustave Courbet (1819-1877).

Kata kunci: seni rupa, realis, realisme

PENDAHULUAN

Sebelum menelusuri lekuk liku realis dan realisme, pentingnya kita mempelajari dahulu dari ilmu dasarnya. Agar kita mempunyai pondasi yang kuat tentang ilmu tersebut. Dimulai dengan mengenal tentang ilmu seni. Dimana ilmu seni adalah pengetahuan tentang seni. Sebuah ilmu seni mampu merangkum seni dari berbagai aspek bidang keilmuan. Pengembangan seni dalam ilmu seni  tidak terlepas pada pengembangan makna, peranan seni, tujuan dan manfaat seni, hubungan seni, golongan seni, akan tetapi pengembangan cara berpikir, kreatifitas, proses berkarya seni, dan nilai-nilai seni.

Bahasa tentang ilmu seni mencakup berbagai aspek keilmuan yang terbagi menjadi berbagai bidang ilmu yakni: seni dalam bidang ilmu pendidikan, antropologi, sosiologi, psikologi, filsafat, sejarah, kebudayaan, komunikasi, agama, estetika, kosmologi dan seterusnya.

 Pemaknaan seni dalam bidang pendidikan adalah salah satu sistem pembelajaran untuk mengetahui dasar-dasar seni. Pembelajaran seni ditentukan oleh kurikulum pendidikan. Bangsa yang menggusur pendidikan seni dari kurikulum sekolahnya akan menghasilkan generasi yang berbudaya kekerasan di masa depan, karena kehilangan kepekaan untuk membedakan nuansa baik dan indah dengan buruk dan tidak indah.

pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yakni:

  1. pengembangan segi kepribadian,
  2. pengembangan kemampuan masyarakat,
  3. pengembangan kemampuan melanjutkan studi,
  4. pengembangan kecakapan dan kesiapan untuk bekerja.

            Kegiatan ini dilakukan dengan cara interaksi pendidikan yakni interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi ini dilakukan melalui pergaulan, pengajar, pelatihan, atau latihan, dan bimbingan. Khususnya interaksi dari segi pergaulan antara pendidik dengan peserta didik dapat dikembangkan dari segi kebiasaan, kedisplinan, minat, dan motivasi. Pendidikan diharapkan untuk mengembangkan pengetahuan. Pendidikan adalah jenis keterampilan dan kemahiran untuk menemukan cara yang cepat yang dapat dikuasai oleh anak didik. Pendidikan adalah suatu sistem yang berkaitan karya manusia yang terbentuk dari komponen-komponen yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga mempunyai kualitas hidup yang diharapkan.

  Sebagian mahasiswa yang duduk di perguruan tinggi yang telah terbiasa dengan cara belajar konvensional, juga kurang berminat dengan perubahan ini. Alasannya, dalam sistem instruksional yang benar, mahasiswa tidak lagi bisa berprilaku pasif dalam aktifitas belajar-mengajar sehari-hari. Mereka dituntut(sebagaimana juga para pengajar) untuk bekerja keras, aktif, dan yang paling sukar dari semuanya berdisiplin.

Sebuah proses mendidik, membina, meningkatkan dan mengembangkan kreatifitas pola pikir manusia secara logis dan sistematis merupakan proses dari pembelajaran pendidikan seni yang tidak pernah lepas dari interaksi antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, individu dengan masyarakat, individu dengan lingkungan, kelompok satu dengan kelompok lain, dan seterusnya.

Pengembangan diri dalam proses pembelajaran pendidikan seni yang selalu berkaitan dengan interaksi dapat di bagi menjadi tiga bagian yakni: proses pembelajaran pendidikan seni formal, proses pembelajaran pendidikan seni non formal, dan proses pembelajaran pendidikan seni di lingkungan.

PEMBAHASAN

            Pendidikan seni perlu memahami tentang Realis dan Realisme seni. Realis dan Realisme merupakan dua kata yang berbeda, tetapi memiliki hubungan yang sangat erat di dalam pemakaian dua kata ini. Menelusuri pemaknaan istilah pemakaian kata Realis dan Realisme, Realis adalah tindakan, cara berpikir seseorang berdasarkan pada pernyataan. Tindakan dan cara berpikir ini sudah mulai ada pada masa prasejarah dan berkembang masa sampai sekarang. Orang-orang realis nantinya akan menganut paham disebut realisme. Sedangkan Realisme merupakan paham yang berpedoman dari kenyataan. Dalam dunia seni,  realisme merupakan sebuah aliran yang berusaha menjabarkan sesuatu yang bersifat nyata atau kenyataan.
Realis dan Realisme merupakan dua istilah yang berkesinambungan, sampai sekarang tetap dipertahankan eksistensinya oleh kalangan masyatakat seni. Pada dasarnya realis dan realisme merupakan proses dasar dalam sistem pembelajaran di bidang seni khususnya di dunia akademis yang di terapkan pada awal-awal semester sebagai dasar pengetahuan dalam penciptaan karya seni. Dasar-dasar pengetahuan ini diberikan secara teoritis  maupun praktis. Secara teoritis akan diberikan dasar-dasar pembelajaran seni yakni: unsur-unsur dan prinsip seni, apresiasi seni, estetika seni dan seterusnya. Sementara dalam praktisi diberikan teknik-teknik seni, gerakan seni,  warna seni, anatomi seni, media seni, objek seni, dan seterusnya.

            1Tujuan diterapkan sistem pendidikan ini adalah untuk memahami bentuk, warna, karakter, dan proporsi objek. Di sisi lain juga untuk mengetahui nilai-nilai, makna dan simbol-simbol yang dimiliki pada objek. Di dalam perguruan tinggi pendidikan seni realisme masih tetap dipertahankan meski seni realisme sudah ketinggalan zaman dan kurang apresif. Hal ini dimaksudkan agar pelajar dan mahasiswa mengenal dasar-dasar seni. Melalui sistem pendidikan ini maka para seniman akademis mencoba untuk mengapresiasikan karya seni realisme di dalam dan di luar lingkungan akademis. Hal ini bertujuan, supaya publik seni memahami maksud karya-karya seni realisme mereka.

 Pembelajaran seni realisme dalam pendidikan seni untuk mengenal berbagai macam karakter bentuk pada objek. Seperti pada karya berikut dengan gaya realisme.

potret wajah sendiri (juni antara) 2015. Merupakan karya tugas semester genap dengan media masih berupa kertas dengan material water colour.

Realisme mulai muncul dan digunakan sejak terbentuknya kebudayaan modern di Eropa. Hal ini sejalan dengan tumbuhnya sosialisasi di Eropa. Dampak pengaruh realisme ini akhirnya sampai pada kawasan budaya timur. Pengenalan paham realisme dalam kebudayaan Timur semenjak terjadinya penjajahan/kolonial barat. Dimasa modern seperti saat ini, budaya Timur banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Barat, baik secara teoritis maupun teknis. Dasar dari penciptaan aliran realisme adalah selalu berpedoman dan menggunakan objek kenyataan yang sebenarnya dan tanpa dibuat-buat. Sebuah pendapat yang di ucapkan salah seorang antaranya (Courbet, pelukis Perancis), “Tunjukkanlah malaikat padaku dan aku akan melukisnya,” yang mengandung maksud bahwa ia tidak akan melukisnya kalau hal itu gagal ditunjukkan kepadanya. Pendapat kaum realis yang memandang dunia ini tanpa ilusi. Mereka menggunakan penghayatannya untuk menemukan dunia. Mereka ingin menciptakan hasil seni yang nyata dan menggambarkan apa-apa yang betul-betul ada dan kasat mata. Secara teoritis mereka adalah pelukis objektif, pelukis yang akan melukiskan apa saja yang dijumpainya tanpa pandang bulu, dan tidak akan menciptakan sesuatu yang hanya keluar dari gagasannya. Dan apa yang dilihatnya itu akan dilukis seperti adanya, tanpa idealisasi, distorsi, maupun pengolahan-pengolahan lainya.

            Setelah mengetahui pengertian tentang realis dan realisme, setidaknya perlu menyinggung pelopor-pelopor realisme dan bagaimana sejarahnya.

Goya. Francisco de Goya (1746-1828) adalah tokoh yang sering dihubungkan baik dengan realisme maupun dengan romantikisme. Lukisan-lukisannya yang sering menunjukkan kengerian, ataupun sesuatu yang fantastik dan imaginatif, disertai dengan gambaran pribadinya yang berapi-api, memberikan identitas bahwa ia adalah seorang romantik.

2Contoh karya ” pembunuhan 3 mei 1808″, merupakan paduan antara gaya realisme dan romantik.

Dengan temanya itu ia telah memancing emosi penonton baik karena kejadian yang mengerikan itu maupun caranya ia melukiskan kejadian tersebut. Dipilihnya saat yang sebaik- baiknya untuk dilukiskan, demikian pula tokoh-tokoh serta penempatan dalam gambar diusahakan yang sedramatik mungkin. Waktunya malam hari, tempatnya di luar kota. Lampu yang ditempatkan di antara regu penembak dengan si tertembak dibuat sedemikian rupa, sehingga calon korban yang diberi berbaju putih itu mendapat cahaya yang paling terang dan merupakan pusat perhatian; dan dengan tanganya yang terbuka lebar memberi kesan seolah-olah yang di tembak itu seorang syuhdan yang dengan ikhlas menyerahkan dirinya. Maka dari aktualitasnya lukisan ini realistik, tetapi dari cara penggarapannya jadilah ia romantik.

            Namun Goya adalah seorang realis. Ia memandang dunia ini tanpa ilusi. Ia tidak lari dari kenyataan, karyanya adalah refleksi dari keadaan yang ada di sekitarnya. Sebagai pelukis istana ia berada di antara orang-orang yang hidupnya mewah, korupsi, namun dungu, dan tidak acuh akan kemelaratan yang ada di luarnya. Selain “pembunuhan 3 mei 1808” karya grafisnya yang tergabung dalam kelompok “Los Desastres de la Guerra” (“kehancuran perang”), dan antara lain berjudul “Y No Hai Remedio” “Tidak ada lagi obatnya”, 1810-20. Goya juga terkenal sebagai pelukis potret . Karyanya yang menonjol di antaranya ialah potret istrinya “josefa Bayeu” atau “Madame Goya” (c. 1798) dan “Marquesa de la Solana” (1791-95). Ekspresinya bagus, demikian pula sapuan kuasnya. Namun yang lebih terkenal dari semuanya itu adalah sepasang lukisan “Maja” (dibaca ‘Maha’) yang bertelanjang dan berpakaian (c. 1797-98) yang selalu tertambat pada nama Goya.

DAUMIER. Realisme Honiré Daumier (1808-1979) dicurahkan lewat karya-karya karikaturnya. Dengan teknik lithografi dibuatlah tidak kurang dari 4000 karya karikatur baik untuk koran maupun untuk dirinya sendiri. Ia bukan seorang mahasiswa di akademi kesenian dan juga tidak pernah menanamkan dirinya seniman. 3Baginya, pekerjaan itu adalah hasil karya seorang pekerja di persurat kabaran yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia seni. Namun ia telah membuktikan bahwa sekalipun dipakai sebagai alat komunikasi dan seni tak harus tidak berguna apa-apa selain sekedar untuk kenikmatan saja (I’art pour I’art). Betapapun ia ingin untuk “menjadi seniman” dengan melukis-lukis, namun karena kemelaratannya itu tidak banyak ia mendapat kesempatan.

Gustaver Courbet (1819-1877) adalah orang yang menamakan dirinya seorang realis. Dengan pongahnya ia mengatakan “tunjukan malaikat padaku dan aku akan meluksinya”, yang mengandung arti bahwa baginya lukisan itu pada dasarnya adalah seni yang konkrit, menggambarkan segala sesuatu yang ada dan nyata, ia hanya mau mendasarkan seninya pada penyerapan panca inderanya saja(khususnya mata) dan meninggalkan fantasi dan imaginasinya.

Sekalipun keluarganya tidak mengharapkan untuk menjadi pelukis, tetapi pada tahun 1849 terdapat suatu kenyataan bahwa ia berhasil menggantungkan beberapa lukisannya dalam beberapa salon dan yang terkenal ialah “Habis makan di Ornans” yang memenagkan hadiah medali kedua. Dengan kemenangan ini ia dapat lagi memasukkan lukisannya yang menggemparkan dalam tahun berikutnya, ialah “Pemakaman di Ornans” yang sering disebutnya juga sebagai “Pemakaman Romantikisme”, sejalan dengan umpatan Gros atas lukisan Delacroix “ Pembunuhan besar-besarandi Scio” itu.

Lukisan yang terakhir yang betul-betul menggoncangkan dunia kritis karena kerealistikannya. “Everthing in the painting – the serious faces of the townspeople, their still postures and somber dress, the mist-grey of the sky, the crucifix held high by a white –robed acolyte-is convincingly, quitly natural.These are real people at a real funeral.” Itulah yang menggemparkan paris , ia telah menggambarkan real people. Dan bersamaan sebuah lukisannya yang juga terdapat dalm salon 1850 ialah, “Pemecah batu. Ia melukis apa adanya, bahkan yang jelek-jelek, petani-petani, buruh-buruh kecil.

4

Courbet,”pemecah batu”, menggambarkan dua orang pekerja yang dua-duanya tidak layak: yang satu terlalu tua dan satunya lagi masih kanak-kanak.

PENUTUP

Dapat saya simpulkan bahwa proses pembelajaran pendidikan seni juga dapat menghasilkan seni yang bersifat riil atau nyata. Hasil karya seni yang bersifat riil atau nyata disebut karya seni realis atau realisme.

Pendidikan seni realisme merupakan pendidikan dasar untuk mengenal dan mempelajari objek-objek baik melalui bentuk, proporsi, karakter, teknik, warna, dan garis pada objek. Dalam perkembangan proses pendidikan seni realis dan realisme terjadi sebuah proses pembebasan dalam beraktivitas seni dengan tetap berpedoman pada unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni.

DAFTAR RUJUKAN

Banbang Oka Sudira, Made.2010Ilmu Seni Teori dan Praktik,Jakarta:Inti Prima.

Sp, Soedarsono.2000Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern,Jakarta:Cx Studio Delapan Puluh Enter priso-Jakrta,Badan Penerbit isi Jogyakarta.

http://3.bp.blogspot.com/-jgO6JvxVLEU/T3YXtQ1V9FI/AAAAAAAAAHY/n7PnL1BiZl8/s1600/3class.jpg

https://www.google.co.id/search?q=lukisan+karya+francisco+de+goya&biw=1366&bih=639&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=

Pentingnya Nirmana dalam Penciptaan Sebuah Desain

Kiriman : I Vanda Dian Lestari (Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual)

ABSTRAK

Nirmana adalah penyusunan elemen-elemen visual seperti titik, garis, warna, ruang dan tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Nirmana juga dapat diartikan sebagai hasil imajinasi dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi yang mempunyai nilai keindahan. Nirmana disebut juga sebagai ilmu tatarupa. Sebagai ilmu tatarupa tentu saja Nirmana memiliki pengaruh besar dalam sebuah desain. Nirmana memiliki elemen- elemen penting yang menjadi dasar sebuah desain atau karya seni serupa. Elemen tersebut adalah (1) Titik, suatu bentuk kecil yang memliki dimensi, (2) Garis, goresan nyata dan batas sebuah benda, (3) Bidang, bentuk pipih tanpa ketebalan, mempunyai dimensi panjang, lebar dan luas, kedudukan, arah, dan dibatasi oleh garis, (4) Gempal, bentuk bidang yang mempunyai kedalaman dan ketebalan. Berdasarkan empat elemen yang telah disebutkan maka peran Nirmana dalam sebuah desain sangatlah penting. Sebuah desain akan tercipta jika elemen di atas terpenuhi. Sebuah desain pastinya memiliki garis yang berawal dari sebuah titik kemudian membentuk sebuah bidang datar yang akan lebih menarik atau nyata saat bidang tersebut menjadi gempal dan memiliki dimensi atau volume. Teori Nirmana yang dijelaskan sangatlah penting dalam penciptaan sebuah karya seni, karena merupakan penyusun elemen – elemen visual yang pasti dan digunakan dalam sebuah proses penciptaan sebuah desain. Desain akan indah dan lebih tertata jika penciptanya sudah mahir atau mengerti teori Nirmana dengan baik. Desain yang dihasilkan pun tidak akan mengecewakan. Nirmana sebagai penyusun atau penyelaras antara titik, garis, warna, ruang, dan tekstur pastinya akan sangat dibutuhkan dalam sebuah desain. Desain yang akan dihasilkan pun akan memiliki harmonisasi serta keseimbangan antar garis, bidang, warna, dan elemen lain yang ada di dalamnya. Peran Nirmana dalam sebuah desain akan dinilai sangat penting meskipun Nirmana sendiri adalah sesuatu yang jarang diketahui istilahnya oleh orang awam.

Kata Kunci : Nirmana, Desain, Unsur dan Elemen sebuah karya seni.

PENDAHULUAN

Di dalam sebuah desain pastinya terdapat unsur – unsur penting yang mempengaruhi komposisinya. Unsure seperti titik, garis, warna, dan sebagainya. Unsur tersebutlah yang terdapat dalam teori tatarupa atau Nirmana. Peran Nirmana sangat penting dalam sebuah desain karena teori yang ada dalam Nirmana adalah semua dasar atau elemen dalam pencipataan desain atau karya seni lainnya. Elemen dalam Nirmana sangat mendasar dan jika elemen tersebut tidak ada maka tidak akan tercipta sebuah desain atau karya seni. Nirmana sendiri definisinya adalah penyusunan elemen-elemen visual seperti titik, garis, warna, ruang dan tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Dijelaskan dari definisi Nirmana itu sendiri, maka bisa disimpulkan bahwa Nirmana memiliki pengaruh besar dalam penciptaan sebuah desain.

PEMBAHASAN

Nirmana dibentuk dari dua kata yaitu Nir (berarti tidak) dan Mana (berarti tidak bermakna), jadi jika digabungkan berarti tidak bermakna. Jika diartikan lebih dalam lagi Nirmana merupakan lambang – lambang bentuk yang tidak memiliki makna, Nirmana dipandang sebagai kesatuan pola, warna komposisi,irama, nada dalam sebuah desain. Saat awal mempelajari Nirmana biasanya yang dipelajari dimulai dari bentuk – bentuk dasar bangun datar yang awalnya tidak bermakna atau tidak hidup kemudin diracik sedemikian rupa sehingga menciptakan makna tertentu. Nirmana sendiri tentang mengorganisasikan atau mengkomposisikan sesuatu untuk mencapai kualitas yang artistik pada sebuah karya seni atau desain. Nirmana memiliki 4 buah elemen dasar yaitu:

  1. Titik, Titik, suatu bentuk kecil yang memliki dimensi
  2. Garis, goresan nyata dan batas sebuah benda,
  3. Bidang, bentuk pipih tanpa ketebalan, mempunyai dimensi panjang, lebar dan luas, kedudukan, arah, dan dibatasi oleh garis,
  4. Gempal, bentuk bidang yang mempunyai kedalaman dan ketebalan.

Desain, sebuah karya seni terapan atau berbagasi pencapaian kreatifitas lainnya. Di juga dapat diartikan sebagai penciptaan obyek baru. Dalam prose desain biasanya sangat memperhitungkan aspek fungsi, estetika dan aspek lainnya berdasarkan sumber-sumber atau riset. Dalam ilmu desain grafis ada beberapa prinsip utama untuk tujuan komunikasi dari sebuah karya desain, yaitu :

  1. Ruang Kosong (White Space), ruang kosong dimaksudkan agar karya desain tidak terlalu padat penempatannya dalam sebuah bidang sehingga membuat karya desain terlihat dominan.
  2. Kejelasan (Clarity), kejelasan mempengaruhi penafsiran atau pengelihatan penonton sebagi penikmat, apakah karya desain yang dihasilkan jelas atau malah menimbulkan makna ganda (ambigu).
  3. Kesederhanaan (Simplicity), kesederhanaan dalam sebuah esain menuntut penciptaan sebuah desain yang tidak lebih dan tidak kurang. Kesederhaan juga akan membuat para penikmat senang dan tidak jenuh.
  4. Emphasis (Point of Interest), emphasis atau pusat perhatian, yang merupakan pengembangan dominasi untuk menonjolkan salah satu unsur sehingga mencapai nilai artistik.

Di dalam Nirmana semua unsur penciptaan karya seni dimulai, dari seusatu yang biasa menjadi berarti dan memiliki komposisi yang dapat dinikmati. Nirmana membuat sebuah karya lebih tertata, lebih artistic dan lebih indah. Nirmana sendiri juga diartikan sebagai pengorganisasian antara unsure-unsur desain. Titik, garis, bidang, gempal, warna dan teksur yang ada dipadukan sedemikian rupa dengan mempertimbankan komposisi sehingga menghasilkan karya yang artistic.

Pentingnya teori Nirmana dalam sebuah karya desain sangat banyak dan mendasar. Elemen-elemen yang terdapat dalam Nirmana seperti titik, garis, warna, tekstur dan sebagainya adalah elemen mendasar yang harus ada dalam penciptaan sebuah desain. Dimulai dengan titik yang akhirnya menjadi sebuah garis,lalu memebentuk berbagai macam bidang datar. Desain yang lebih hidup dipengaruhi oleh bidangnya, bidang gempal dalam Nirmana yang memliki volume berpengaruh dalam pembuatan desain, membuat desain lebih hidup. Lalu warna, memperindah sebuah karya desain,mempercantik sehinnga enak untuk dipandang, dapat diberlakukan tekstur dalam sebuah karya desain agar desain yang dihasilkan lebih hidup lagi.

Unsur titik, yang akan membentuk garis dalam sebuah penciptaan sebuah desain. Hanya dengan titik pun desain dapat diciptakan dengan karya titik yang biasa disebut pointillism. Garis, merupakan unsur dasar, karena dimulai dari garislah akan tercipta sebuah bentuk seperti lingkaran, segitiga,persegi, dan bangun datar lainnya. Warna, unsure yang memperindah sebuah desain, agar desain yang dihasilkan tidak kaku atau membosankan sehingga warna sangan berpengaruh dalam penciptaan sebuah desain. Tekstur merupakan unsur yang dapat digunakan untuk membuat karya desain menjadi lebih hidup dan lebih terlihat nyata.

Begitu besarnya pengaruh Nirmana dalam sebuah desain, maka dalam pembuatan sebuah desain harus lebih diperhatikan lagi unsure dan elemen yang ada. Jika ingin meghasilakn sebuah desain yang artistik dan indah, maka Nirmana adalah solusi untuk itu. Mempelajari titik, garis,bidang, warna, tekstur dan sebagainya. Bagaimana cara mengkomposisikan semua elemen tersebut menjadi suatu karya desain yang artistic dan dapat diterima oleh penikmatnya.

PENUTUP

Kesimpulan : Peran Nirmana dalam sebuah desain sangatlah banyak dan mendasar, elemen-elemen penting yang ada seperti titik, garis, bidang, warna, dan sebagainya merupakan elemen yang sangat penting dalam penciptaan sebuah desain. Dalam teori Nirmana pun dijelaskan bahwa Nirmana juga mempelajari pengorganisasian unsure visual titik, garis,warna, dan sebagainya sehingga Nirmana sangat besar pengaruhnya dalam pembuatan sebuah desain.

DAFTAR RUJUKAN

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2005. Jogjakarta: Dasar-dasar Tata Seni Rupa dan Desain

Nndwn Hsn, http//:www,notepedia.info>2013/4>nirmana , Jakarta, diambil: 9 April 2013

Loading...