Rancangan Dekorasi Siaran Televisi Sebuah Simulasi

Kiriman : I Gede Mugi Raharja (Dosen Ps. FSRD ISI Denpasar)

ABSTRAK

Lahirnya siaran televisi melalui proses yang cukup panjang, diawali oleh kesuksesan percobaan G. Marconi dan Alexander S. Popoff mengirim dan menerima gelombang radio pada 1895. Tabung televisi gambar berhasil dibuat oleh Vladimir K. Zworykin pada 1923, televisi elektronik dibuat pada 1927 dan siaran televisi sudah dilakukan di Inggris pada 1936. Kemudian, pada 1953 berhasil dilakukan  uji cova pesawat televisi berwarna oleh National Television System Committee (NTSC), disusul mulainya siaran televisi berwarna pada 1954. Pemerintah Indonesia baru berhasil membangun stasiun pemancar dan siaran televisi pada 1962. Kelahiran siaran televisi di Indonesia, dipicu oleh keinginan untuk menyiarkan kegiatan Asian Games IV 1962. Sehingga tanggal 24 Agustus 1962 ditetapkan sebagai Hari Lahir Televisi Republik Indonesia bertepatan dengan kegiatan Pembukaan Asian Games IV di Jakarta. Di Bali, Stasiun TVRI Denpasar berdiri dan diresmikan pada 16 Juli 1978. TVRI Denpasar sangat berperan dalam menyukseskan kegiatan Pesta Kesenian Bali (PKB) sejak awal 1980-an. Kegiatan PKB yang senantiasa ditunggu-tunggu siarannya oleh pemirsa di Bali adalah siaran sendratari Mahabharata, drama gong dan drama klasik Teater Mini Badung. Khusus rancangan dekorasi televisi untuk produk hiburan, sebagian besar dibuat dalam bentuk simulasi, kamuflase, artifisial, seperti dengan teknik chromakey yang dikenal dengan istilah green screen atau blue screen. Akan tetapi, di layar televisi bisa tampak seperti nyata. Itulah teknik simulasi gambar yang bisa dibuat berkat kemajuan teknologi komputer grafis.

Kata Kunci: Marconi,  Zworykin, Siaran tv, Chromakey, Komputer grafis.

 Selengkapnya dapat unduh disini

 

 

Warna Poleng Busana Pemangku Pengluran Pada Upacara Pengerebongan Di Pura Agung Petilan, Kesiman

Kiriman : I Gusti Agung Malini (Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar)

ABSTRAK

Selain ritual, menusukkan keris ke dada merupakan hal yang berbeda dan menjadi ciri khas dari upacara pengerebongan di Pura Agung Petilan Kesiman. dibandingkan dengan Pura lain yang ada di Bali. Busana (pengrangsuk) Pemangku yang dipakai pada saat upacara pengerebongan berbeda dari busana yang biasa digunakan oleh Pemangku di Pura lainnya di Bali. Salah satunya adalah busana pemangku pengluran yang didominasi oleh warna poleng. Warna poleng dari busana pemangku pengluran pada saat upacara pengrebongan di Pura Agung Petilan Kesiman, masuk ke dalam warna natural karena terdiri dari warna hitam dan putih. Makna warna poleng yang digunakan pemangku pengluran pada upacara pengerebongan, diambil dari kepercayaan Kesiman sebagai penganut Siwaisme yang menyembah matahari, disimbolkan dengan warna putih dan gunung yang disimbolkan dengan warna hitam

Kata Kunci : Poleng, Pemangku Pengluran, Pengerebongan.

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...