Istana Presiden Republik Indonesia Sebuah Penelusuran Sejarah Arsitektur

Aug 3, 2016 | Artikel

Kiriman : I Gede Mugi Raharja (Dosen Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar)

Abstrak

Sebagai karya arsitektur peninggalan kolonial, istana presiden Republik Indonesia (RI) sangat menarik untuk dikaji. Oleh karena, di balik pembangunan istana presiden tersebut, ada hal yang bisa diungkap dari aspek sejarah arsitekturnya, yang tidak banyak diketahui orang awam. Pada usia Kemerdekaan Indonesia yang ke-71, membahas istana presiden sebagai karya arsitektur merupakan sebuah momen yang sangat menarik. Istana presiden RI sebagian besar merupakan peninggalan istana atau tempat peristirahatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada masa kolonial. Pembangunan istana-istana ini juga menjadi bagian dari sejarah arsitektur di Indonesia. Khusus peninggalan-peninggalan Istana Gubenur Jenderal Hindia Belanda yang ada di Jakarta, juga menjadi bagian dari sejarah perkembangan Kota Jakarta. Istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang paling indah adalah Istana Bogor. Rancangan istana Bogor mencontoh Istana Bleinheim House di Marlborough (Inggris). Saat membangun Istana Waterlooplein di Batavia, ternyata memakan waktu lama dan banyak biaya, sehingga tidak jadi digunakan sebagai istana dan hanya digunakan sebagi kantor pemerintah. Kemudian dibangunlah istana baru bergaya Psydo Baroch di kawasan perumahan elit Rijswijk dan yang kedua istana bergaya klasik, dibangun menghadap ke arah Koningsplein. Kawasan perumahan elit Rijswijk, kemudian berubah nama menjadi Weltevreden. Dengan kedatangan orang-orang Belanda ke Indonesia dan politik kolonialnya, menyebabkan budaya modern secara bertahap mulai berkembang di Indonesia, termasuk pengaruhnya terhadap arsitektur. Batavia yang semula merupakan kota benteng, secara bertahap juga berubah menjadi kota modern. Pada masa kemerdekaan, istana yang menghadap Koningsplein ditetapkan sebagai Istana Merdeka, tempat kediaman dan tempat presiden berkantor. Istana di kawasan elit Rijswijk disebut Istana Negara. Lapangan Koningsplein kemudian disebut Lapangan Medan Merdeka.

Kata Kunci: Kota benteng, Rijswijk, Weltevreden, Gaya Klasik, Modern.

 

Selengkapnya dapat unduh disini

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...