Perkembangan Tunik Dari Masa ke Masa

Sep 30, 2015 | Artikel

Kiriman : Ni Nyoman Rahayu Trisnawati (Mahasiswa Jurusan Desain Mode)

ABSTRAK

 Keanekaragaman budaya telah mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, seperti dalam aspek fashion yang semakin menyentuh kehidupan sehari-hari setiap orang. Fashion juga memicu pasar dunia untuk terus berkembang, produsen untuk berproduksi, pemasar untuk menjual, dan konsumen untuk membeli. Cara berpakaian yang mengikuti fashion juga memperlihatkan kepribadian idealisme dari pemakainya. Faktor budaya yang berpengaruh dalam fashion terdapat pada perkembangan tunik. Tunik merupakan pakaian dengan ukuran longgar yang dibawa oleh Kerajaan Yunani ketika menguasai Romawi. Kemudian bangsa Romawi menggunakan tunik sebagai pakaian sehari-hari dan dapat dikenakan oleh berbagai kelas sosial. Bahan tekstil tunik yang awalnya hanya terbatas pada wol dan linen, sudah mulai dikembangkan pada abad-20 oleh Paul Poiret dengan bahan yang lebih mahal dan dengan bentuk tunik yang unik merupakan hal yang menonjol dalam koleksi Adi Busananya. Tunik yang menjadi mode paling top sepanjang periode 60-an adalah tunik rok mini (mini-skirted tunic). Terbuat dari kain sintetis, seperti nilon. Tunik tetap dipakai dan diadaptasi oleh banyak budaya sampai saat ini. Terbukti di Indonesia tunik digunakan sebagai salah satu pakaian dalam berbusana muslim oleh kaum wanita maupun pria. Dan mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan daya kreatifitas yang lebih tinggi dari setiap pengrajin atau pengusaha busana muslim. Tunik dapat dikatakan sebagai pakaian yang multifungsi karena dapat digunakan dalam berbagai kesempatan formal maupun non formal. Dalam kebudayaan Barat, tunik yang panjangnya sampai di pergelangan kaki dikenakan oleh rohaniwan dan anggota sekte keagamaan.

KATA KUNCI: Kelas Sosial, Tekstil, Abad-20, Gaya 60-an, Tahun 2000-an.

PENDAHULUAN

Busana berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu bhusana atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan busana yang dapat diartikan pakaian. Namun pengertian busana dengan pakaian sedikit memiliki perbedaan. Busana dalam pengertian luas adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Busana memiliki konotasi “pakaian yang bagus dan indah”, yaitu pakaian yang serasi, harmonis, dan nyaman dilihat, serta sesuai dengan waktu pemakaian. Sedangkan pakaian adalah bagian dari busana itu sendiri.

Sebelum masuknya Yunani ke Roma, pria dan wanita Romawi mengenakan lembaran wol yang besar sebagai pakaian untuk menutupi  tubuh mereka. Lalu setelah kerajaan Yunani menguasai Kekaisaran Romawi dan Romawi Kuno(616-509), pakaian masyarakat Romawi mulai beralih dari yang hanya lembaran kain wol yang besar menjadi sebuah tunik. Romawi menyebut pakaian dasar mereka “tunica” atau biasa disebut tunic atau tunik yang berarti jubah. Tunik adalah pakaian dengan ukuran yang lebih longgar dari model pakaian seperti biasanya sehingga mampu menutupi dada, bahu dan punggung. Pakaian ini memiliki potongan yang sangat sederhana.

Pada awalnya, tunik merupakan pakaian tanpa lengan yang disebut colobium. Karena dianggap terlalu feminim, model tunik kemudian mulai dikembangkan oleh desainer kedalam bentuk pakaian berlengan panjang atau tunik yang panjangnya hingga pergelangan kaki. Julius Caesar biasa mengenakan tunik berlengan panjang dengan hiasan di sekitar pinggang. Dalam kesempatan resmi bangsa Yunani dan Romawi memakai tunik yang bagian pinggangnya diikat dengan tali atau girdle. Bila sedang berada di rumah, tunik dipakai sebagai baju longgar tanpa ikat pinggang.

Zaman Romawi Kuno, pakaian pria terdiri dari tunik dalam, tunik luar, dan toga. Sementara itu, pakaian wanita terdiri dari tunik dalam, tunik luar, dan palia. Tunik luar wanita Romawi disebut stola.

PEMBAHASAN

Kelas Sosial

            Dari zaman Kekaisaran Romawi, tunik dipakai oleh siapa saja, seperti: pria muda, prajurit, budak, petani, sampai kaum bangsawan. Pria muda dan prajurit mengenakan tunik berwarna putih yang panjangnya hanya sampai lutut. Laki-laki berumur, bangsawan, dan hakim mengenakan tunik hingga sampai di pergelangan kaki. Rakyat biasa mengenakan tunik yang dibuat dari kain wol berwarna putih dihiasi pinggiran merah. Tidak ada seorang pun dari kalangan rakyat biasa yang diizinkan mengenakan tunik berwarna ungu, karena warna ungu merupakan warna untuk kaisar. Tunik dipakai sehari-hari oleh pria maupun wanita sampai tahun 1300an.

21

Tekstil

Wol dan linen adalah serat yang paling umum digunakan dalam pakaian bangsa Romawi. Bangsa Romawi mengimpor wol dari Inggris dan Perancis, linen dari Mesir, kapas dari India dan sutra dari China dan Persia. Bangsa Romawi mampu mengembangkan beberapa pabrik pertama mereka untuk memproduksi pakaian dan juga memperdagangkan pakaian siap pakai di seluruh kerajaannya. Karena kekaisaran Romawi meliputi wilayah geografis yang sangat luas, banyak bangsa lain yang akhirnya ikut mengadopsi gaya berpakaian Romawi.

Abad-20

            Pada awal abad ke-20 bentuk dasar tunik kembali populer di dunia mode. Paul Poiret(1879-1944), seorang perancang busana dari Perancis mengambil inspirasi rancangannya dari tunik bergaya oriental. Koleksinya yang paling menonjol adalah celana harem baggy yang dikenakan dibalik tunik kap lampu(lampshade tunic).dinamakan begitu karena bagian bawahnya dipasangi kawat yang melingkar mengelilingi tubuh menyerupai kap lampu. Rancangan Poiret menarik perhatian karena menggunakan kain-kain eksotis yang mahal seperti sutra, brokat, dan beludru

34

Gaya 60-an

            Tunik rok mini(mini-skirted tunic) menjadi mode paling top sepanjang periode 60-an. Tunik ini biasanya dipadukan dengan blus atau sweater pas badan yang terbuat dari rajutan halus(skinny rib). Terbuat dari kain sintetis terbaru pada saat itu, seperti crimplene dan nilon, tunik rok mini memiliki garis-garis yang tegas dan kaku.

Tahun 2000-an

5


67 89

1011

Pada zaman modern ini, tunik selain dibuat longgar juga kebanyakan dibuat lebih panjang bukan hanya sampai di pinggul, paha, bahkan sampai di lutut dan dikenakan oleh para wanita dalam kesempatan santai. Di Indonesia pada masa sekarang ini tunik lebih banyak diproduksi sebagai model busana muslim, karena ukurannya yang longgar. Banyak sekali para pengusaha atau pengrajin yang memproduksi pakaian muslim, seperti tunik dengan membuat variasi baru yang lebih mengikuti perkembangan jaman. Hal ini menjadikan tunik sebagai busana yang multi fungsi karena dapat dikenakan dalam berbagai kesempatan formal maupun non formal. Dalam kesempatan formal tunik biasanya dikenakan bersama ikat pinggang yang melingkari pinggang pemakainya. Namun saat dalam kesempatan non formal, tunik dibiarkan longgar tanpa ikat pinggang. Dalam kebudayaan Barat, tunik yang panjangnya sampai di pergelangan kaki dikenakan oleh rohaniwan dan anggota sekte keagamaan.

PENUTUP

Tunik memiliki bentuk sangat sederhana. Bangsa Yunani dan Romawi mengenakan tunik yang bagian pinggangnya diikatkan tali. Berabad-abad kemudian tunik tetap dikenakan dan telah diadaptasi oleh banyak budaya dalam rentang waktu yang berbeda-beda. Tunik telah terbukti mampu menjadi salah satu jenis busana yang memiliki rancangan yang beragam, dari yang sangat sederhana, berlipit, sampai yang lebih trendi. Seperti halnya di Indonesia yang sampai saat ini menggunakan tunik sebagai salah satu pakaian untuk busana muslim yang terus berkembang melalui kreatifitas dari para pengrajin atau pengusaha busana muslim.  

DAFTAR RUJUKAN

Reynolds, Helen, 2010. Mode dalam Sejarah: Gaun dan Rok. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Tunik

http://fitinline.com/article/read/tunic

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...