Kebebasan Dan Kebudayaan, (Batas-Batas)Toleransi, Akomodasi, Dan Asimilasi

Kiriman : I Wayan Kondra (Dosen FSRD ISI Denpasar)

Abstrak

Secara konseptual kebebasan dan kebudayaan, (batas-batas) toleransi, akomodasi dan asimilasi menghendaki manusia hidup secara tidak terbatas.Caren Bagus (dalam Ali Usman,2006 : 5), menyatakan bahwa kebebasan dapat dipahami sebagai keadaan yang tidak dapat dipaksa atau ditentukan oleh sesuatu dari luar. Kebebasan dan kebudayaan muncul ketika era reformasi bergulir di Indonesia pada tahun 1998, di mana manusia Indonesia merasakan kebebasan berpikir, berpendapat, berpolitik, kebebasan berbudaya dan berdemokrasi.
Konsep kebebasan dan kebudayaan seharusnyas kita menganut budaya multikulturalisme menurut Chris Barker (2008 : 379 ) menyatakan bahwa, setiap suku bangsa diyakini status setara, memiliki hak untuk menjaga warisan budaya mereka dengan tujuan untuk merayakan perbedaan mereka. Dibatasi dalam kesadaran toleransi dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, sehingga budaya diakomodasi, sehingga terjadi asimilasi, yang pada akhirnya kesadaran multikultur, dalam berbangsa.

Keyword: Kebebasan Kebudayaan, toleransi, akomodasi dan asimilasi.

Selengkapnya dapat unduh disini

Tari Sisya Ngelukun: Permata Tarian Identitas Desa Batuan-Gianyar

Kiriman : I Wayan Budiarsa ( Dosen Prodi Tari, FSP ISI Denpasar )

Abstrak

Keberadaan tari sisya ngelukun di bali sangat beragam bentuknya, mulai dapat dijumpai di Desa Batuan, Singapadu, Batubulan (Gianyar), Desa Sumertha (Denpasar), dan ditempat lainnya. Ditarikan oleh kaum perempuan yang berjumlah 6 sampai 10 orang, bahkan bisa lebih. Ibarat permata yang memikat banyak orang, tarian ini sangat penting dalam pertunjukan dramatari calonarang, karena di samping sebagai tarian pembuka sebagai daya tarik perhatian penonton. Dalam struktur pertunjukan calonarang, tari sisya ngelukun berperan sebagai murid-muridnya raja Dirah (Walu Natha Dirah/ Matah Gede) yakni; Rarung, Lenda, Lendi, Gandi, Guwak Sirsa, Mahesa Wedana, dan Jaran Guyang. Pola gerak, pola lantai, tata busana dari masing-masing daerah di Bali memiliki gaya tersendiri sesuai dengan perkembangan di tengah masyarakatnya. Tidak terkecuali di Desa Batuan Gianyar tari sisya ngelukun memiliki gaya tersendiri, baik dari segi agem, pola gerak, pola lantai, serta tata rias yang dikenakan. Tarian ini merupakan transformasi dari tokoh Kakan-kakan dalam drama tari gambuh gaya Desa Batuan Gianyar yang diiringi oleh seperangkat gamelan semara pagulingan, gong kebyar, ataupun jenis gamelan lainnya.

Kata Kunci: Sisya Ngelukun, Permata, Gaya Batuan-Gianyar.

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...