Barisan Tari Baris Mengawal Pulau Bali

May 24, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman Kadek Suartaya, SSKar., MSi., Dosen PS. Seni Karawitan ISI Denpasar.

Pulau Bali rupanya sejak dulu dikawal oleh para prajurit yang tangguh dan gagah berani.  Bali Utara dijaga oleh pasukan yang siap siaga menyambut serangan musuh dengan presi atau tamiang. Bali Selatan dipertahankan oleh para prajurit bersenjata tombak. Bali Timur dibela mati-matian oleh pasukan rakyat dengan senjata gada. Bali Barat dikawal oleh para prajurit membawa pecut. Bali Tengah dijaga oleh pasukan tangkas membawa sanjata panah. Bahkan pulau Nusa Penida juga ditakuti musuh karena memiliki pasukan bersenjata tombak panjang. Para prajurit patriotik tanah Bali itu masih eksis hingga kini.

Para prajurit Bali masa lalu itu kini bermetamorfose menjadi puspa warna tari baris yang dipersembahkan dalam ritual keagamaan. Sebuah upacara ngaben besar di Singaraja lazim disertai dengan penampilan tari Baris Presi. Ketika piodalan penting di pura-pura besar di Denpasar selalu diikuti oleh penyajian tari Baris Gede.  Ritual bayar kaul di kalangan masyarakat Nusa Penida, Klungkung, akan terasa mantap bila disertai dengan suguhan tari Baris Jangkang. Prosesi keagaaman di Pura Batur, Kintamani, Bangli, tampak hikmat dengan kehadiran tari Baris Panah. Jika dulu–ketika sebagai prajurit kerajaan–tugasnya berperang atau menjaga keamanan wilayah, kini dalam pengejawantahan seni, berfungsi memperkukuh dan merupakan bagian penting dari upacara keagamaan.

Konon, seperti yang termuat dalam kidung Sunda, tari baris sudah dikenal pada zaman Majapahit abad ke-14, pemerintahan Rajasanegara atau Hayam Wuruk. Sebuah upacara pembakaran mayat seusai perang antara Majapahit dengan kerajaan Sunda, disertai dengan penampilan beberapa macam tari baris. Dinasti kerajaan Bali yang kemudian mendapat pengaruh langsung dari Majapahit, meneruskan sajian tari baris dalam beragam ritual keagamaan. Kini tak kurang dari 30-an tari baris diwarisi, dilestarikan dan senantiasa dihadirkan sebagai persembahan tari sakral seperti tampak  di Pura Besakih dan Puru Ulun Danu Batur dalam piodalan yang baru lalu.

Dalam wujudnya sebagai ekspresi keindahan, aneka ragam tari baris sakral yang diusung masyarakat Bali tersebut,  eksis dengan keunikannnya masing-masing, baik dari segi gerak maupun dari segi kostum dan propertinya. Tari Baris Jangkang yang terdapat di Nusa Penida misalnya, memakai busana sederhana serba putih dengan senjata tombak sepajang tiga meter. Gerak-geriknya yang natural dalam posisi berjinjit membungkuk dengan sorot mata yang tajam sungguh menggetarkan suasana magis. Tari Baris Cina yang terdapat di desa Blanjong, Sanur, juga tak kalah uniknya. Bila dalam keadaan kerauhan atau trance, tari sakral yang memakai busana dan senjata ala pendekar persilatan Tiongkok ini,  berkata-kata hai ya-hai ya bahasa Cina.

Kendati tampil dengan keunikannya masing-masing, penyajiannya tari baris pada umumnya adalah secara berkelompok dengan ayunan gerakan bersama-sama dalam posisi berbaris atau berjajar. Baris-baris sakral yang biasanya dibawakan para penari amatir tersebut sebagian besar memakai busana rumbai-rumbai yang terbuat dari kain, yaitu awir dan lelamakan. Kesamaan antara baris yang satu dengan yang lainnya juga dapat dilihat pada penutup kepalanya memakai udeng atau gelungan berbentuk kerucut bak piramid. Yang tampak berbinar mewah adalah tari baris yang memakai gelungan berperada dengan manik-manik kerang laut, cukli, bergetar gemerincing bila kepala penarinya bergerak-gerak.

Diduga, tari Baris Tunggal yang umum dikenal masyarakat Bali masa kini, tata busana dan gelungan-nya mengadopsi dari kebanyakan kostum dan penutup kepala tari-tarian baris wali tersebut. Berbedea dengan tari baris sakral,  tari Baris Tunggal, seperti namanya, dibawakan secara solo. Kendati termasuk tari profan, Baris Tunggal juga tampak disajikan di tengah khusuknya prosesi upacara keagamaan. Baris Tunggal biasanya ditampilkan sebagai tari lepas dalam beragam pagelaran seni pertunjukan balih-balihan.  Kini bahkan tari yang umumnya dibawakan oleh anak-anak atau remaja pria itu banyak digelar sebagai seni pentas turistik.

Adalah tari Baris Tunggal dipandang oleh para seniman Bali masa kini sebagai dasar tari Bali jenis tari pria. Penampilannya yang energik, lugas, dan dinamis mencerminkan seorang kesatria yang berkeperibadian tegas dan heroik. Sajiannya dibagi tiga yaitu bagian awal, tengah, dan akhir. Siapa sejatinya menggubah tari Baris Tunggal ini belum jelas. Ada sumber yang menyebutkan bahwa tari baris sekuler ini telah menguak pada tahun 1930-an yang mengkristal dari pemunculan tari Baris Melampahan yakni drama tari baris yang dibingkai oleh sebuah cerita dimana para penarinya memerankan tokoh-tokoh yang dilakonkan. Kiranya, tari Baris Tunggal adalah ungkapan estetik yang berevolusi dari tari baris sakral dan dientaskan oleh Baris Melampahan.

Barisan Tari Baris Mengawal Pulau Bali, Selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...