Bayumas: Sebuah Tijauan Historis

Jun 21, 2010 | Artikel, Berita

Oleh Saptono, Dosen PS Seni Karawitan

Salah satu sumber dapat dilihat dari  babad Banyumas. Ada beberapa versi tentang babad Banyumas diantaranya: babad Pasir,  Raden Baribin, Adipati Wirasaba, Tragedi hari Sabtu Pahing, Adipati Mrapat, Joko Kaiman membentuk Kabupaten Banyumas, Pembagian Daerah Kasepuhan dan Kanoman.

Babad Pasir yang menceritakan hubungan antara kerajaan Pajajaran dengan negeri Pasirluhur. Ketika Raden Banyakcatra sebagai putra raja pajajaran (Prabu Siliwangi)menyamar dan mengabdi pada patih Pasirluhur Ki Reksanata, kemudian putra raja tersebut (dengan samaran Kamandaka)menjalin hubungan asmara dengan putri bungsu Adidapi Kandadaha dari negeri Pasirluhur yang bernamaa Dewi Ciptarasa. Akhirnya adipati Pasir pun menjodohkan putrinya dengan Banyakcatra yang selanjutkan menggantikan kedudukan mertuanya menjadi adipati Pasir. Kadipaten Pasir mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggana, Demak. Namun dengan perubahan jaman kadipaten pasir menjadi sebuah kademangan, dan selanjutnya menjadi desa perdikan.

Raden Baribin: dalam versi babad Banyumas, diceritakan salah seorang putra Raja Majapahit ke-4 bernama Raden Baribin. Ia merupakan adik dari raja Majapahit yang terakhir (1466-1478) yang bernama Kertabumi (Prabu Brawijaya ke 5) dari ibu yang berbeda. Rutuhnya majapahit diandai dengan candrasengkala Sirna Ilang Kertaning Bumi = 0041 atau 1400 tahun saka. Ketika Raden Baribin diusir oleh kakaknya (Brawijaya V), selanjutnya mereka bersama pengikutnya pergi ke arah barat hingga tiba di kerajaan Pajajaran, dan mereka mengabdi disana. Rajanya adalah Prabu Siliwangi yang mempunyai empat orang putra, dan yang paling bungsu bernama Roro Dewi Retno Pamekas. Setelah sekian lama mengabdi pada raja Pasundan, Prabu Siliwangi. Singkat cerita putra Majapahit itu dikawinkan dengan putrinya dan perkawinannya melahirkan seorang putra bernama Raden Ketuhu. Trah (keturunan) Majapahit dan trah Pajajaran inilah yang kelak membuka babad Banyumas dan menjadi leluhur (dinasti) para bupati di wilayah Banyumas.

Salah satu politik kerajaan untuk memperkuat kekuasaannya adalah memperisteri keluarga para adipati di daerah-daerah kekuasaannya. Hegemoni kekuasaan kerajaan-kerajaan besar tersebut dapat dipilah menjadi dua macam, yaitu kekuasaan secara teritorial seperti dalam kekuasaan yang secara turun-temurun yang tersirat dalam cerita babad, dan secara kultural.

Demikian juga degan versi babad Banyumas yang lain, menceritakan Raden Baribin yang bermukim di daerah Pajajaran dan mempunyai empat orang anak. Keempat anak tersebut yaitu Raden Ketuhu, Banyaksasra, Raden Banyakkusuma yang kelak tinggal di Kaleng (kebumen), dan keempat R. Rr Ngaisah (Nyi Mranggi) tinggal di Banyumas.

Diceritakan R.Ketuhu mengabdi pada Ki Gede Buwara di Wirasaba (Purbalingga). Adipati Wirasaba atau yang bernama Adipati Paguwan (Wirautama I sampai kerajaan Islam Pajang) mengangkat R.Katuhu sebagai anak (jaman Majapahit). Setelah Adipati Paguwan mangkat R.Katuhu menggantikan kedudukan ayah angkatnya dengan gelar Adipati Wirautama II (jaman Demak). Selanjutnya berturut-turut yang menjadi Adipati Wirasaba yaitu Adipati Wirautama III (Adipati Urang), Adipati Surawin, Adipati Surautama atau Joko Tambangan (pada jaman Demak).

Bayumas: sebuah Tijauan Historis selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...