Ciaaattt…….15 Tahun, Menebar Seni Bali di Eropa, (Bagian II)

Aug 13, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman Made Agus Wardana, S.Sn., alumni PS. Seni Karawitan, STSI/ISI Denpasar

Disampaikan pada seminar dalam rangka diesnatalis dan wisuda tahun 2011

Festival Ogoh Ogoh terbesar di Luar Indonesia.

Sorak sorai pengusung ogoh ogoh, alunan lembut kidung warga sari, hentakan keras gamelan bleganjur luar biasa mengugah perhatian ratusan pengunjung yang berkerumun memadati Taman Indonesia seluas 6  hektar di Taman  Wisata  Parc Pairi Daiza Brugellette Belgia pada hari Sabtu tgl 11 Juni 2011. Sebuah promosi seni budaya Indonesia dengan bertema Festival Ogoh Ogoh berlangsung semarak dan meriah. Ditengah suasana dingin berawan, rintik-tintik hujan, tidak menyurutkan semangat peserta festival melakukan parade mengelilingi hamparan sawah  berundag undag tanpa merasa letih sedikitpun. Mereka berbaur larut dalam kegembiraan bahwa festival Ogoh-Ogoh yang baru pertama kalinya dilakukan di Eropa merupakan ogoh ogoh terbesar dan termegah di luar Indonesia.

Festival Ogoh-Ogoh ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar RI Brussel bekerjasama dengan Parc Pairi Daiza dan Banjar Shanti Dharma Belgia (Perkumpulan Masyarakat Hindu Bali – Indonesia). Festival ini merupakan  rangkaian promosi budaya Indonesia sekaligus menyambut perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-66. Tiga Ogoh-Ogoh yang langsung didatangkan dari Bali ini antara lain : Raksasa/Detya Niwatakawaca dengan tinggi 4 meter, Arjuna Menunggang Kuda (3,5 meter) dan Dewi Saraswati (3,5 meter) yang dibuat oleh I Wayan Candra dari Sanggar Seni GASES, Sesetan Denpasar-Bali.

Hadir dalam festival tersebut adalah Bapak Arif Havas Oegroseno Duta Besar RI untuk Kerajaan Belgia dan Keharyapatihan Luxembourg dan Uni Eropa beserta Staf KBRI Brussel, CEO Parc Pairi Daiza Mr. Eric Domb/Pemilik Parc Pairi Daiza,  Masyarakat Hindu Bali se-Eropa, Masyarakat Indonesia,  friends of Indonesia, Pecinta Indonesia, Pelajar Indonesia serta Pengunjung dari masyarakat Belgia dan sekitarnya.

Walaupun tidak seramai bila diselenggarakan di tempat asalnya, Bali, akan tetapi  adanya Festival ini mengobati kerinduan tersendiri bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di Eropa. Paling tidak juga sebagai tempat silaturahmi, karena bertemu dengan sesama masyarakat Bali-Indonesia yang tidak dapat ditemui setiap saat karena kesibukan masing-masing.

Acara ini dimulai pada pukul 10.00 dengan doa bersama di Pura Agung Shanti Bhuwana yang dihadiri oleh ratusan umat hindu Bali yang berdomisili di Belgia, Luxembourg, Jerman, Perancis, Swiss dan Belanda. Pada pukul 14.00 ditampilkan kesenian Bali seperti Genjek, tari Baris, tari Pendet serta penampilan perdana penabuh dan penari cilik binaan KBRI brussel. Sedangkan Parade festival Ogoh-Ogoh dimulai pada pukul 14.00, diawali dengan barisan penari cilik, penabuh cilik, busana adat bali, gebogan, tedung, layangan, ogoh-ogoh dan terakhir diiringi gamelan bleganjur oleh Penabuh grup Saling Asah Belgia.

Dokumentasi Janger Pegok 1937

Berawal dari rasa penasaran, mendengar nasehat seniman Janger Pegok, I Wayan Randug bersama istrinya Ni Wayan Kondri yang mengatakan  ”pidan janger pegok metaksu, misi kerahuan lan pepes keupah teken Tuan Mayeur/Mayor ”. (Tuan Mayeur/Le Mayeur seorang pelukis Belgia yang menikah dengan Ni Polok/Penari Kedaton). Nasehat tersebut menggugah niat kami untuk mencari dokumentasi Janger Pegok melalui internet, buku-buku seni dsbnya. Pada tahun 2010 seorang warga Jerman posting video kesenian Bali kuno di Facebook.  Betapa terkejutnya kami, bahwa Janger Pegok terlihat di video tersebut. Dengan penuh kehati-hatian kami mengamati setiap wajah, gerak tari, kostum dan tempat dimana video itu direkam.

Menurut dokumentasi ini, Pelukis asal Basel-Swiss, Theo Meier melihat tari Sanghyang Janger yang mengalami unsur kerauhan/trance hanya terdapat di Pegok.  Ceritanya bersumber dari  Calonarang, dimana penari Janger menggantikan peran sisya. Janger ini merupakan pertunjukan sakral, dalam perkembangannya berfungsi sebagai hiburan untuk pernikahan, odalan, pemelaspasan serta untuk tontonan para wisatawan.

Pada tanggal 9 Juli 2011 Video Janger Pegok yang berdurasi 10 menit tersebut dipertontonkan di Banjar Pegok  Sesetan. Ratusan masyarakat Pegok yang terdiri dari Sesepuh Janger, Prajuru Banjar, Tokoh Seni, Sekehe Teruna Teruni hadir berdesakan dengan penuh antusias.

Kesimpulan

            15 tahun adalah waktu yang sangat panjang dan lama. Menebar seni selama periode itu memberi kontribusi positif terhadap perkembangan kebudayaan Bali, Indonesia di Eropa. Perbedaan kultur masyarakat Eropa dengan budaya Indonesia tidaklah menjadi persoalan penting, malahan menjadi cambuk untuk saling menghargai satu sama lain. Perbedaan itu melahirkan kolaborasi seni. Seniman Bali dan seniman Eropa berpadu dalam ritme, dalam gerak dan membangun bingkai harmonisasi. Bingkai ini dipoles dengan unsur-unsur  indah dengan gaya kreatif, adaptif dan inovatif.

            Sementara itu, pemanfaatan kecanggihan masa kini seperti penggunaan website, video sharing youtube, jejaring sosial facebook dan twitter adalah sangat diperlukan. Hasil dari karya seni itu bisa dengan mudah diakses oleh pengguna internet diseluruh dunia. Disamping itu berbagai kesenian bali kuno dapat dengan mudah untuk diketahui, diamati, dibandingkan, dipelajari kembali sebagai sebuah dokumentasi berharga seperti dokumentasi Janger Pegok yang dapat dilihat oleh generasi muda kini.

Kesenian Bali sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia merupakan salah satu dari ribuan wajah unik Indonesia. Keunikan ini menjadi sumber inspirasi untuk memotivasi masyarakat Bali, Indonesia agar tetap mengajegkan budaya Bali, mengembangkannya, menjaga keasliannya,  melestarikan keunikannya dan tentunya menebarkannya kepada seluruh lapisan masyarakat di Eropa.

Sekian

Made ’Agus’ Wardana, S.Sn

Email : [email protected]

Facebook : made agus wardana

Twitter : made agus wardana

www.salingasah.be

phone +32 476 52 92 17

KBRI Brussel

Staf Pensosbud/Diplomasi Publik

Boulevard de la woluwe, 38

1200 Brussels Belgium

Phone +32 2 779 09 15

www.embassyofindonesia.eu

Ciaaattt…….15  Tahun,  Menebar Seni Bali  di Eropa, selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...