Elemen-Elemen Pertunjukan Tari Siwa Nataraja Karya I Gusti Agung Ngurah Supartha

Mar 15, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Ketut Sariada, SST., MSi., Dosen PS Seni Tari ISI Denpasar

1.       Bentuk gerak tari

Bentuk gerak tari kreasi baru Siwa Nataraja sangat variatif. Bentuk geraknya di samping gerak dasar dari petopengan, mudra banyak juga diambil dari tari kekebyaran (gerak tari Bali). Gerak-gerak tersebut meliputi, gerak agem kanan, agem kiri, Nyambir (gerakan mengambil saput), malpal, nyeledet (gerakan mata), ngegol oleg (gerakan pantat), ngumbang (gerakan berjalan), ngeliput (gerak kipas), gegirahan (gerak jari-jari tangan keras), jeriring, ngrajeg, nelik (gerakan mata mendelik), dan berputar. Namun pada sisi lain khusus untuk gerak berjalan dan berputar banyak mengalami perubahan baik dari teknik maupun penjiwaannya. Gerak berjalan meniru gerak berjalan tari Jawa yang disebut dengan gerak lumaksono yaitu berjalan dengan meluruskan lutut kemudian ditaruh dilantai kemudian posisi agem (posisi berdiri). Gerak berputar menurut aturan yang baku dalam tari Bali secara teknik adalah digerakkan berputar ke kanan atau ke kiri hanya satu kali, tetapi tekniknya dirubah menjadi gerakan berputar sebanyak-banyaknya antara lima sampai enam kali putaran sampai dengan tariannya selesai. Gerakan berputar ini mengambil ide gerakan berputar yang ada pada tarian sufi dari Turki. Tariannya dari awal sampai akhir gerakannya hanya berputar. Gerakan ini mencerminkan adanya nilai lokal yang dipengaruhi oleh globalisasi. Menyitir pendapat Piliang (2005:157), globalisasi itu ada wujud tradisi dikembangkan karena adanya globalisasi. Bentuk gerakan berputar itu adalah sebuah bentuk inovasi dalam gerakan tari kreasi baru Siwa Nataraja yang mencirikan perpaduan antara budaya lokal dan budaya global itu, akan menghindari globalisasi yang homogen.

2. Tempat pentas

Pada umumnya bentuk tempat pertunjukan tradisi yang dikenal di Indonesia menurut Pramordarmaya (1983: 12, 73) antara lain: (1) arena; (2) prosenium; dan (3) campuran.

1.      Arena, merupakan bentuk pentas yang paling sederhana dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang lainnya. Bentuk pertunjukan arena tidak ada pembatas antara pemeran dengan penonton. Selain itu tidak memerlukan dekorasi khusus.

2.      Prosenium, adalah tempat pertunjukan yang menggunakan panggung dengan ketinggian tertentu untuk mengangkat pertunjukan itu agar mendapat cukup perhatian penonton. Tempat pertunjukan ini dibagi dua, antara tempat penonton dengan yang ditonton. Tempat penonton disebut auditorium, sedangkan tempat untuk yang ditonton disebut pentas.

3.      Campuran, adalah pentas yang merupakan campuran atau kombinasi dari dua atau lebih tipe pentas, digabungkan dan meniadakan beberapa sifatnya.

Di Bali tempat pementasan yang berupa areal para seniman atau pelaku, baik pelaku penari maupun gamelan untuk memamerkan dan mempertunjukkan ketrampilan seni mereka pada umumnya disebut kalangan. Bentuk dan ukuran kalangan biasanya disesuikan dengan jenis jenis kesenian yang mencirikan kerakyatan pada umumnya mengambil tempat di lapangan, di halaman rumah atau di perempatan jalan. Kalangan dibentuk oleh empat ruang, yaitu ruang tempat pemain mengadakan persiapan pentas (tempat berhias), ruang pentas, ruang gamelan dan ruang penonton.

Kebutuhan kalangan untuk pertunjukan tari-tarian kreasi baru diselenggarakan dalam kepentingan “ditanggap” seseorang karena akan melangsungkan suatu prosesi upacara maupun untuk memeriahkan suatu upacara ulang tahun desa biasanya mengambil tempat di lapangan atau di halaman rumah atau bisa juga di perempatan jalan umum. Luasnya tempat biasanya disesuaikan dengan peristiwa atau bentuk pertunjukannya, misalnya kalangan untuk pertunjukan tari-tarian kreasi baru diperlukan lahan yang tidak terlalu luas disesuaikan dengan jumlah penari yang dipentaskan. Tempat pentas pertunjukan tari kreasi baru Siwa Nataraja sifat sangat fleksibel, jadi dapat melakukan pentas dimana saja baik dipanggung terbuka (arena, lapangan), dan panggung tertutup (prosenium). Semua ini tergantung kebutuhan pertunjukan (lihat gambar 4).

Elemen-Elemen Pertunjukan Tari Siwa Nataraja Karya I Gusti Agung Ngurah Supartha selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...