Gender Wayang di Banjar Kayumas Kaja

Dec 16, 2010 | Artikel, Berita

Kiriman I Nyoman Gede Haryana

Bali adalah merupakan daerah yang sangat kental dengan tradisi seni dan budaya dimana hal tersebut sangat lah besar pengaruhnya pada kehidupan dan kepribadia masyarakat Bali . Salah satu dari tradisi dan budaya yang seolah-olah sudah menjadi nafas kehidupan orang Bali adalah seni karawitan (gambelan).

Gambelan merupakan sebuah orchestra Bali yang terdiri dari bermacam-macam barungan gambelan gambelan (instrument) yang terbagi kedalam 3 golongan yaitu : golongan tua ,golongan madya ,dan golongan baru ,dimna masing-masing golongan tersebut memiliki banyak jenis barungan gambelan seperti : Selonding , Gambang ,Gender Wyang , Semar Pegulingan ,Gong Kebyar ,Gong Luang ,dan masih banyak lagi barungan gambelan yang lainnya yang mempunyai laras pelog dan selendro . Dapat dipahami bahwa hidupnya gambelan Bali ditengah-tengah masyarakat yang telah luluh berefleksi dengan aktifitas kehidupan sehari-hari , dalam struktur masyarakat yang bervariasi . Kenyataan ini terlihat jelas karena gambelan Bali muncul dalam Nafas nya yang murni,memiliki cirri-ciri,identitas dan kekhasan yang masih didukung kuat oleh system kehidupan masyarakat setempat.

Begitu banyaknya jenis barungan gambelan Bali, namun masing-masing gambelan mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda , salah satu perangkat gambelan yang akan dibicarakan dalam konteks tulisan ini adalah gender wayang , yang merupakan sebuah barungan gambelan yang digolongkan kedalam gambelan golongan tua . Gender Wayang adalah music atau gambelan yang merupakan barungan gender , yang dipakai untuk mengiringi pertunjukkan Wayang Kulit.

Masing-masing daerah umunnya mempunyai cirri khas yang berbeda mengenai asal mula suatu barungan gamelan terutama pada gender wayang , dalam penelitian ini penulis menekankan untuk menjelaskan serta mengetahui asal mula serta fungsi dari Gender Wayang yang terdapat di salah satu daerah di Kota Denpasar  antaranya di daerah Br. Kayumas Kaja , Desa Dangin Puri, Denpasar Timur , dan hal ini biasa di alami dengan factor perkembangan dunia global dengan banyak pengaruh dunia luar masuk ke pulau Bali , maka dari itu sejarah sangat penting dalam kehidupan apapun terutama pada gamelan Gender Wayang agar paling tidak diketahui serta dipahami oleh generasi penerus serta menghindari dari kepunahan suatu kebudayaan leluhur yang kita miliki.

Asal Usul

Setelah wawancara dengan Bapak I Wayan Suweca SS,kar, menurut informasi yang saya dapatkan adanya gambelan gender wayang di Kayumas Kaja dimulai pada  tahun 1932 di rumah Pan Madri ( sebutan bapak untuk anak pertama)  , dimana anggotanya terdiri dari Pan Madri ,Pan Kandra , Pan Ruki dan Pan Runa adapun instrumen gambelan tersebut merupakan pinjaman dari keluarga Pan Madri di Desa Panjer , Denpasar Selatan oleh Pan Made Regeg. Kemudian Pan Madri ini membentuk sekha gender wayang,sesudah itu pada generasi ke dua ada penambahan pemain yaitu Iwayan Konolan atau dipanggil Pan Weca dan disaat itu dibentuk juga sekha batel untuk mengiringi Wayang Ramayana yang anggota nya terdiri dari keluarga dari banjar Kayumas Kaja dan banjar Kaliungu dan sekha ini berkembang dengan dipilih nya untuk mengiringi dalang-dalang terkenaldi Denpasar seperti Ida Bagus Tegal dari Tegal Denpasar , Ida kaja Bagus Bindu Dari Kesiman , Ida Bagus Ngurah dari Buduk , Ida Bagus Suyoga dari Bongkasedan masih banyak dalang-dalang terkenal lainnya. Dengan dipilih nya sebagai juru pengiring wayang kulit sekha ini banyak sekali mendapat pengalaman dari dalang-dalang yang diiringi karena mempunyai style-style sendiri- sendiri .Gender Wayang Kayumas Kaja memiliki style yaitu style has Kayumas Kaja misalnya dari bentuk gender wayang dan lagu-lagunya ,setelah gender ini trus dipakai untuk mengiringi akhirnya dikembalikan lagi ke Pan Madri dan pada tahun 1948 meminjam ke Tampak Gangsul oleh orang yang terpandang dari Tampak Gangsul menurut sejarah nya gender dari Tampak gangsul ini hadiah dari Kerajaan Bali di Denpasar yang kualitas nya sangat baik dan metaksu. Dengan dipakai nya gender itu semakin terkenal lah gender kayumas di daerah badung dan sekitarnya ,kemudian karena banyak sekali mengiringi pewayangan maka pada tahun 1972 gender tersebut dikembalikan karena gender tersebut tidak boleh dipinjamkan lagi karena pada saat itu di Tampak Gangsul sedang kacau balau,maka pada saat itu juga Pan Weca membuat lagi tetapi dengan style nya sendiri dengan meniru style gender di Tampak Gangsul dari bentuk , laras sesuai dengan aslinya ,daun gender dibuat oleh Pande Mieg dari Tiingan ,Klungkung dan pelawahnya oleh Pan Weca sendiri . Sejak itulah PanWeca selaku pimpinan sekha gender wayang di Kayumas Kaja membuat gender Khas Kayumas kaja untuk di jual belikan ,sampai sekarang gender wayang di kayumas sudah digenerasikan oleh anak dan cucu dari pan Weca dan tetap eksis sampai saat ini dan dikenal di daerah Bali maupun di luar Bali.  Adapun instrumen yang dipakai adalah 2 tungguh pemade dan 2 tungguh kantil , plawah nya style bebadungan yaitu plawah gender wayang tidak ada tatakan atau panyangga di bawahnya karena ada unsur-unsur filosofi yang terkandung pada instrument tersebut karena kayu yang dipakai pada gender itu adalah kayu “Las Celagi” karena dipercaya kayu tersebut memiliki nilai-nilai mistis.

Gender Wayang di Banjar Kayumas Kaja selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...