Hari Raya Nyepi Dalam Konteks Seni Di Desa Pupuan

Apr 13, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman Kadek Swartana, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Nyepi merupakan salah satu hari raya umat beragama hindu yang ada di indonesia. Hari raya nyepi datang setiap satu tahun sekali, yaitu pada hari tilem sasih kasanga. Berkaitan dengan hari raya nyepi, penulis ingin berbagi sedikit tentang sejarah awal hari raya nyepi.kita semua tahu bahwa agama hindu berasal dari india dengan kitab sucinya weda. Di awal abad masehi bahkan sebelumnya, negeri india dan wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengalami krisis dan konflik sosial berkepanjangan.pertikaian antar suku-suku bangsa, al. (suku saka, pahiava, yueh chi, yavana dan malaya) menang dan kalah silih berganti. Gelombang perebutan kekuasaan antar suku menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama itu. Pola pembinaan kehidupan beragama menjadi beragam, baik karena kepengikutan umat terhadap kelompok-kelompok suku bangsa, maupun karena adanya penafsiran yang saling berbeda terhadap ajaran yang diyakini.
Dan pertikaian yang panjang pada akhirnya suku saka menjadi pemenang dibawah pimpinan raja kaniskha i yang dinobatkan menjadi raja dan turunan saka tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 saka, pada bulan maret tahun 78 masehi.
Dari sini dapat diketahui bahwa peringatan pergantian tarikh saka adalah hari keberhasilan kepemimpinan raja kaniskha i menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda.

Sejak tahun 78 masehi itulah ditetapkan adanya tarikh atau perhitungan tahun saka, yang satu tahunnya juga sama-sama memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut caitramasa, bersamaan dengan bulan maret tarikh masehi dan sasih kesanga dalam tarikh jawa dan bali di indonesia. Sejak itu pula kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di india ditata ulang.
Oleh karena itu peringatan tahun baru saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional. Keberhasilan ini disebar-luaskan keseluruh daratan india dan asia lainnya bahkan sampal ke indonesia.Kehadiran sang pendeta saka bergelar aji saka tiba di jawa di desa waru rembang jawa tengah tahun 456 masehi, dimana pengaruh hindu di nusantara saat itu telah berumur 4,5 abad.Dinyatakan sang aji saka disamping telah berhasil mensosialisasikan peringatan pergantian tahun saka ini, jüga dan peristiwa yang dialami dua orang punakawan. Pengiring atau caraka beliau diriwayatkan lahirnya aksara jawa onocoroko doto sowolo mogobongo padojoyonyo. Karena aji saka diiringi dua orang punakawan yang sama-sama setia, sama-sama sakti, sama-sama teguh dan sama-sama mati dalam mempertahankan kebenaran demi pengabdiannya kepada sang pandita aji saka.

Rangkaian peringatan pergantian tahun saka peringatan tahun saka di indonesia dilakukan dengan cara nyepi (sipeng) selama 24 jam dan ada rangkaian acaranya antara lain :

  1. Upacara melasti, mekiyis dan melis intinya adalah penyucian bhuana alit (diri kita masing-masing) dan bhuana agung atau alam semesta ini. Dilakukan di sumber air suci kelebutan, campuan, patirtan dan segara. Tapi yang paling banyak dilakukan adalah di segara karena.sekalian untuk nunas tirtha amerta (tirtha yang memberi kehidupan) ngamet sarining amerta ring telenging segara. Dalam rg weda ii. 35.3 dinyatakan apam napatam paritasthur apah (air yang murni baik dan mata air maupun dan laut, mempunyai kekuatan yang menyucikan).
  2. Menghaturkan bhakti/pemujaan Di balai agung atau pura desa di setiap desa pakraman, setelah kembali dari mekiyis.

Tawur agung/mecaru. Di setiap catus pata (perempatan) desa/pemukiman, lambang menjaga keseimbangan. Keseimbangan buana alit, buana agung, keseimbangan dewa, manusia bhuta, sekaligus merubah kekuatan bhuta menjadi div/dewa (nyomiang bhuta) yang diharapkan dapat memberi kedamaian, kesejahteraan dan kerahayuan jagat (bhuana agung bhuana alit). Dilanjutkan pula dengan acara ngerupuk/mebuu-buu di setiap rumah tangga, guna membersihkan lingkungan dari pengaruh bhutakala. Belakangan acara ngerupuk disertai juga dengan ogoh-ogoh (symbol bhutakala) sebagai kreativitas seni dan gelar budaya serta simbolisasi bhutakala yang akan disomyakan. (namun terkadang sifat bhutanya masih tersisa pada orangnya).

  1. Nyepi (sipeng) Dilakukan dengan melaksanakan catur brata penyepian (amati karya, amati geni, amati lelungan dan amati lelanguan).
  2. Ngembak geni. Mulai dengan aktivitas baru yang didahului dengan mesima krama di lingkungan keluarga, warga terdekat (tetangga) dan dalam ruang yang lebih luas diadakan acara dharma santi seperti saat ini.

Hari Raya Nyepi Dalam Konteks Seni Di Desa Pupuan selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...