Konser Gamelan Dharma Suara Memukau Bali

Dec 29, 2010 | Artikel, Berita

Kiriman Kadek Suartaya, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Kebyar Legong yang disuguhkan grup gamelan dan tari  dari Amerika di Taman Budaya Bali pada awal Juli itu, menggugah masyarakat Bali terhadap ekspresi artistik karya para maestro terdahulu. Sebab, Kebyar Legong adalah salah satu karya agung yang menjadi tonggak penting awal berbinarnya gamelan Kebyar yang menggeliat fleksibel dalam kancah kesenian dan ritual keagamaan masyarakat Bali. Seperti kita ketahui, Gong Kebyar yang hampir dimiliki oleh setiap banjar atau desa tersebut, perkembangannya kini, secara kuantitas dan kualitas, semakin semarak. Penyebarannya bukan hanya di Bali dan kota-kota besar di Indonesia namun telah mendunia. Perkembangan tata garap musikalnya pun bukan hanya mengawal gending-gending klasik namun juga kian kreatif dan progresif berkontekstualisasi dengan perkembangan zaman.

Tari Kebyar Legong yang tak bisa dipisahkan dengan perkembangan awal Gong Kebyar juga mencerminkan aspek estetik fisikal dan muatan spirit mental yang lentur terhadap perkembangan zaman. Simaklah koreografi tari ini yang merepresentasikan karakteristik seni Bali Utara (kebyar) dan Bali Selatan (legong). Secara artistik konseptual, tari ini sebagian menampilkan unsur-unsur kebyar yang cepat, energik, dan dinamis serta sebagian lagi memasukkan unsur-unsur legong yang lembut, luwes, dan anggun. Konsep artistik perpaduan kebyar dan legong dalam tari Kebyar Legong tersebut seakan melontarkan pesan mengakuan terhadap keragaman ekspresi seni dan budaya  Bali, yang, kini semangatnya dapat dikontekstualisasikan secara lebih luas, baik dalam kancah kesenian maupun dalam interaksi antar budaya.

Sebagai ekspresi artistik budaya, kesenian Bali kini diapresiasi masyarakat mancanegara. Grup Dharma Swara New York telah  menunjukkan kepada masyarakat penonton betapa mereka begitu respek terhadap nilai estetika dan dimensi kultural dari gamelan dan tari Bali. Selain tampil di arena PKB, dengan antusias nan bahagia mereka pentas berkeliling Bali seperti di Jagaraga (Buleleng), Kerambitan (Tabanan), Tulikup (Gianyar) dan Ubud. Kesempatan pentas di tengah masyarakat Bali ini juga dipakai kesempatan untuk memberikan penghormatan dan sekaligus menawarkan kreativitas seni dengan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan musikal pada gamelan. Andy McGraw, salah satu anggota Dharma Swara yang telah lama belajar gamelan di Bali, menjelajahi nada-nada Gong Kebyar dalam bingkai musik eksperimental yang diberi judul “Sikut Sanga“, menghidangkannya pada masyarakat Bali untuk dicicipi.

Hidangan konser gamelan dan pentas tari Dharma Swara New York di Bali tampaknya dinikmati lahap masyarakat penonton. I Nyoman Saptanyana, komposer alumnus ISI Denpasar yang sejak tahun 2001 membina Dharma Swara, merasa bersyukur atas perhatian tinggi masyarakat Bali terhadap penampilan pecinta gamelan dan tari Bali warga Amerika itu. Saptanyana yang juga staf konsulat RI New York mengungkapkan, kesukacitaan itu dirasakan oleh 28 orang penabuh dan penari Dharma Swara yang datang ke Bali dengan biaya sendiri-sendiri. Apresiasi tulus masyarakat Bali tersebut, tentunya, kata Saptanyana, semakin memompa semangat Dharma Swara mengibarkan kesenian Bali, budaya luhur Indonesia, di negerinya Barack Obama.

Kadek Suartaya

Konser Gamelan Dharma Suara Memukau Bali Selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...