Melestarikan Budaya Bali, Mengurangi Global Warming

Jan 14, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman  Made Nandini, Kelas 8 D SMPN 3 Denpasar

Isu global warming (pemanasan global) yang kini marak diperbincangkan berbagai kalangan, dampak negatifnya sudah mulai dirasakan. Matahari seolah pecah di siang hari, menyebabkan panas yang luar biasa. Sebaliknya, angin bertiup sangat kencang. Itu semua karena terjadi perubahan iklim akibat pemanasan global. Gerakan penanaman pohon pun mulai diadakan, namun dapatkah kita menanamkan budaya merawat dan melestarikan pohon-pohon itu?

Banyaknya polusi, baik polusi tanah, air, maupun udara merupakan faktor utama penyebab  terjadinya pemanasan global. Faktor lainnya meliputi penebangan dan pembakaran hutan. Lapisan ozon pada atmosfer terus menerus menipis, maka terjadilah peristiwa ‘efek rumah kaca’ yang berujung pada global warming.

Agama dan budaya di Bali adalah dua hal yang tidak dapat dilepaskan. Ritual-ritual yang diselenggarakan di Bali, sebenarnya adalah pengaruh budaya. Namun, karena ‘bahasa’ masyarakat Bali adalah upacara, jadi semua hal dikaitkan dengan ritual-ritual, termasuk budaya. Tumpek Bubuh, merupakan salah satu ritual Bali yang diadakan untuk menghormati tanaman, bagian dari lingkungan kita.

Masyarakat Bali mengenal falsafah yang disebut Tri Hita Karana, yang berarti tiga penyebab kebahagiaan. Ketiganya ialah hubungan selaras antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Hari raya terbesar Hindu di Bali, yaitu Nyepi, sangat terkait dengan Tri Hita Karana, dan alam lingkungan kita. Tahun baru Saka ini sangat membantu mengurangi faktor-faktor penyebab terjadinya pemanasan global. Setiap setahun sekali, kira-kira 60% polusi berkurang di Bali. Listrik pun menjadi hemat pemakaiannya. Betapa tidak, polusi udara, air, tanah, hingga pemakaian listrik berkurang dalam satu hari, karena adanya catur brata penyepian, yaitu empat syarat dalam Nyepi. Nyepi juga dimaksudkan memberikan ruang kepada alam untuk bernafas dan memperbarui diri. Bayangkan, bila seluruh dunia melaksanakan catur brata penyepian, maka ribuan hinggan jutaan ton polusi akan berkurang.

Melestarikan Budaya Bali, Mengurangi Global Warming, selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...