Mengenal Gamelan Tektekan Di Banjar Tengah Desa Kerambitan

Aug 21, 2010 | Artikel, Berita

Oleh: A. A. Bagus Rudy Pratama,  Mahasiswa PS Seni Karawitan

Bali sekarang ini, dibandingkan Bali sepuluh tahun yang lalu, sudah sangat berubah. Apalagi jika dibandingkan Bali dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu. Di masa puluhan tahun yang lalu itu, desa-desa di Bali jelas sekali identitasnya. Identitas itu bisa berupa wilayah, bisa pula kepada ciri khas, apakah itu dibidang ritual, adat, maupun kesenian (Setia, 2006 : 227).

Dalam bidang kesenian, sudah tentu Bali mempunyai bermacam-macam kesenian yang melekat pada daerahnya masing-masing. Contohnya saja di daerah Tabanan, sangat kental dengan kesenian tektekan. Tektekan berarti  sejumlah kentongan yang  terbuat dari bambu yang digunakan masyarakat dengan cara ditabuh (dipukul) menggunakan panggul (pemukul) yang terbuat dari bambu atau kayu.

Gamelan tektekan di daerah Tabanan pada umumnya dan di Desa Adat Bale Agung Kerambitan pada khususnya berfungsi untuk mengusir bhuta kala pada saat masyarakat merasakan desa sedang grubug, yang artinya desa sedang dilanda penyakit non medis dan juga pada hari Pengrupukan, yaitu sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Dalam menabuh gamelan tektekan ini siapapun boleh menyuarakannya, dalam arti tidak terikat oleh keanggotaan sekaa.

Namun seiring perkembangan jaman yang semakin menonjolkan kreativitas untuk berkesenian, perlahan gamelan tektekan itu sendiri menjadi berbeda fungsi atau kegunaannya bertambah. Tektekan yang awalnya berfungsi sebagai pengusir bhuta kala disaat masyarakat desa dilanda grubug, kemudian tektekan menjadi gamelan iringan sebuah drama seni teatrikal yang terkenal dengan sebutan Tektekan Calonarang.

Terciptanya sebuah drama seni teatrikal yang mengambil lakon calonarang ini, pada dasarnya pasti dilatarbelakangi dengan keberadaan sekaa. Menurut Suartaya (2007 : 3) Sekaa lahir dari bale banjar. Bale banjar adalah tempat seni dilestarikan, dikembangkan, didiskusikan, dan diapresiasikan. Kecintaan pada jagat seni dan keterampilan warga banjar dalam bidang seni banyak terasah dari aktivitas seni yang berpusat di area bangunan umum milik organisasi sosial terpenting tersebut. Sekaa yang terbentuk adalah sekaa sebunan. Maksudnya adalah sebuah grup kesenian yang seluruh anggotanya tinggal di desa itu, baik penari maupun penabuhnya (Setia, 2006 : 228).

Sekaa tektekan ini melakukan pelatihan di bale banjar, nantinya akan di panggil oleh utusan Puri Agung Kerambitan untuk mementaskan pagelaran tektekan calonarang. Dalam pementasan, atribut yang digunakan lebih dominan dengan kain saput poleng. Beberapa atribut yang menggunakan saput poleng, yaitu kendang, udeng dan saput penabuh, dan pakaian penari.

Mengenal Gamelan Tektekan Di Banjar Tengah Desa Kerambitan Selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...