Menguak Dan Mempropokasi Persoalan Penciptaan Seni Lukis Dengan Pendekatan Interpretasi Semantik

Jul 8, 2010 | Artikel, Berita

Oleh: I Wayan Setem Dosen PS Seni Rupa Murni

Pengertian Semantik

Semantik yang semula berasal dari bahasa Yunani, mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari linguistik. Seperti halnya bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam hal ini juga menduduki tingkat tertentu. Apabila komponen bunyi umumnya menduduki tingkat pertama, tata bahasa pada tingkat kedua, maka komponen makna menduduki tingkatan paling akhir. Hubungan ketiga kompenen itu sesuai dengan kenyataan bahwa, a) bahasa pada awalnya merupakan bunyi-bunyi abstrak yang mengacu pada adanya lambang-lambang tertentu, b) lambang-lambang merupakan seperangkat sistem yang memiliki tataan dan hubungan tertentu, dan c) seperangkat lambang yang memiliki bentuk dan hubungan itu mengasosiasikan adanya makna tertentu (Palmer, 1981 : 5).

Sejarah Semantik

Aristoteles, sebagai pemikir Yunani yang hidup pada masa 384-322 SM, adalah pemikir pertama yang menggunakan intilah “makna” lewat batasan    pengertian kata yang menurut Aristoteles adalah “satuan terkecil yang mengandung makna”. Dalam hal ini, Aristoteles juga telah mengungkapkan bahwa makna kata itu dapat dibedakan antara makna yang hadir dari kata itu sendirisecara otonom, serta makna yang hadir akibat terjadinya hubungan gramatikal (Ullman, 1977: 3). Bahkan Plato (429-347 SM) dalam Cratylus mengungkapkan bahwa bunyi-bunyi bahasa itu secara implicit mengandung makna-makna tertentu. Hanya saja memang, pada masa itu batas antara etemologi, studi makna, maupun studi makna kata, belum jelas.

Pada tahun 1825, seorang berkebangsaan Jerman, C. Chr. Reisig, mengemukakan konsep baru tentang grammer yang menurut Reisig meliputi tiga unsur utama, yakni 1) semasiologi: ilmu tentang tanda, 2) sintaksis: studi tentang kalimat, serta 3) etimologi: studi tentang asul-usul kata se-hubungan perubahan bentuk maupun makna. Pada masa ini, istilah semantik itu sendiri belum digunakan meskipun studi tentangnya sudah dilaksanakan. Sebab itulah, masa tersebut oleh Ullman disebut sebagai masa pertama pertumbuhan yang diistilahkan underground period (Aminuddin, 1988: 16).

Masa kedua pertumbuhan simantik telah ditandai oleh kehadiran karya Michel Breal (1883), seorang berkebangaan Prancis, lewat artikelnya berjudul “Les Lois Intellectuelles du Langage”. Pada masa itu, meskipun Breal telah jelas menyebut-kan semantic sebagai bidang baru dalam keilmuan, dia seperti halnya Reisig, masih menyebut semantuk sebagai limu yang murni – histories. Dengan kata lain, studi semantic pada masa itu lebih banyak berkaitan dengan unsur-unsur di luar bahasa itu sendiri, misalnya bentuk perubahan makna, latar belakang perubahan makna, hubungan perubahan makna dengan logika, psikologi maupun sejumlah kreteria lainnya. Karya klasik Breal dalam bidang semantic pada akhir abad XIX itu adalah Essai de semantic period (Aminuddin, 1988: 16).

Menguak Dan Mempropokasi Persoalan Penciptaan Seni Lukis Dengan  Pendekatan Interpretasi Semantik Selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...