Menjadi Koreografer yang Baik

Nov 17, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman: Ida Bagus Surya Peredantha, SSn., MSn, Alumni ISI Denpasar

Suatu ketika di Surakarta, ketika pertama kali kuliah saya mendapat tugas untuk menyatakan pendapat lewat tulisan tentang koreografer yang baik. Pendapat melalui tulisan tersebut diupayakan agar singkat, tepat dan padat. Tugas yang sangat sederhana namun memiliki interpretasi pemikiran yang luar biasa luas dan sangat subjektif. Wajar, pengajar mata kuliah saya saat itu member tenggat waktu satu minggu untuk mengumpulkan tugas tersebut.

Sebelum terjun menjadi koreografer, menurut saya yang paling penting adalah seorang koreografer seyogyanya memiliki dasar kepenarian yang baik. Memang tidaklah mutlak demikian, namun alangkah lebih baiknya bila seorang koreografer mengenal kemampuan tubuhnya terlebih dahulu dan mengujinya dalam setiap kesempatan pentas sebagai sorang penari. Dengan demikian, ia pun akan mudah mengarahkan dan memaksimalkan potensi ketubuhan yang dimiliki oleh orang lain.

            Penari yang baik, dituntut untuk memiliki beragam syarat agar dirinya benar-benar mampu dan siap dalam hal perjalanan menjadi seorang koreografer. Syarat-syarat tersebut antara lain : Kreatif, disiplin, terbuka, peka, dan bertanggung jawab. Sebagai catatan, sukses tidaknya seorang koreografer ditentukan dari proses dan keteguhan seseorang dalam menjalankan kelima syarat tersebut.

            Kreatif, merupakan kemampuan pokok yang harus dimiliki oleh seorang koreografer. Kreativitas dalam hal ini adalah kemampuan seorang koreografer untuk menemukan konsep pemikiran, teori, teknik dan atau metode “baru” dalam proses penciptaan karya tari. Daya kreativitas yang tampak dalam proses berkarya menunjukkan sejauh mana seorang koreografer berhasil melakukan riset, pendalaman akan ide dalam merespon sesuatu, sehingga mampu memberikan inovasi dalam karya tarinya. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap nilai orisinalitas yang terkandung di dalam karya tari itu sendiri.

            Kedisiplinan, merupakan “modal” selanjutnya yang dibutuhkan oleh seseorang untuk menjadi penari yang baik sekaligus koreografer nantinya. Sebagai penjabaran disiplin itu sendiri, penari yang baik akan menerapkan disiplin waktu, pantang menyerah dalam berusaha, teguh menjalankan proses, dan “keras” terhadap dirinya sendiri. Termasuk pula ketika hendak dan sedang tampil di panggung, seorang penari haruslah selalu berkonsentrasi untuk menyajikan sebuah pertunjukan yang baik.

            Sikap terbuka menunjukkan bahwa ia tidak memiliki sebuah ”hambatan” atau “hal yang menutup matanya” terhadap perkembangan zaman dimana ia tumbuh. Seperti yang telah diungkap diatas, kreativitas merupakan sesuatu yang timbul akibat proses imajinasi seorang. Imajinasi ini datangnya dari berbagai stimulant, termasuk pula dari hal-hal yang tengah berkembang di masanya. Untuk dapat menyerap berbagai informasi baru, hal-hal yang sedang trend, atau bahkan isu-isu yang sedang mengemuka, seorang penari aatau koreografer harus mau bersikap terbuka, dalam artian tidak terkungkung oleh doktrin sesuatu. Kebudayaan itu sifatnya selalu berkembang, begitu juga kesenian. Perkebangan tidak akan merusak nilai-nilai yang sudah ada bila dimaknai secara selektif. Justru, melalui keterbukaan ini, seorang koreografer yang baik akan mendapat sebuah pengayaan yang belum pernah didapat sebelumnya.

            Memiliki kepekaan yang kuat, juga merupakan modal yang saya utarakan sebagai seorang koreografer.  Kepekaan bisa terkait dengan banyak aspek, karena tari sebagai cabang kesenian memiliki banyak keterkaitan dengan aspek-aspek lainnya misalnya ruang, musik, warna, cahaya dan beberapa lainnya. Walau bukan berarti kita harus menekuni semuanya, namun setidaknya seseorang mengetahui esensi daripada aspek-aspek terkait tersebutyangmampu menunjang keberhasilan penampilan di atas panggung. Bagai ungkapan seniman besar Bali I Nyoman Pugra (alm.) dari Denpasar, bahwa penari yang baik itu harus mengetahui sastra. Pernyataan beliau tersebut tentu saja sangat dalam maknanya, di mana bila diartikan secara mudah seorang penari (atau bahkan koreografer) haruslah memahami teks sebagai sumber-sumber bacaan untuk memperkaya wawasannya serta konteks dimana, kapan dan dengan siapa karya tari akan dipertunjukkan.

            Hal selanjutnya yang sebaiknya dimiliki oleh seorang koreografer yang baik adalah bersikap akademis. Maksudnya adalah bisa dan mampu mempertanggungjawabkan karyanya secara utuh dan professional. Seorang koreografer yang baik tidak cukup hanya mampu menciptakan karya saja tanpa mampu menjelaskan latar belakang penggarapan, sumber inspirasi, makna yang ingin disampaikan, hal baru apa yang ia miliki dan seterusnya. Ada banyak aspek di balik sebuah karya tari yang harus bisa ia jelaskan kepada para penikmat maupun pengamat, untuk menghindari kesan penjiplakan, “pembelian” karya dan pencatutan nama koreografer yang menciptakan tari itu sendiri. Hal ini sekaligus menghindarkan kita dari kemungkinan tindakan plagiatisme yang belakangan mulai marak terungkap. Plagiatisme tidak hanya “menjangkiti” akademisi melalui tulisan, namun “wabah” tesebut telah menjalar pada sisi karya seni khususnya seni pertunjukan meskipun jarang dan sulit untuk diamati. Tiada salahnya mencegah daripada membela diri pada saat sudah terlilit masalah.

            Sekali lagi, hal-hal di atas merupakan sumbangsih pemikiran saya yang bercita-cita tinggi sebagai seorang seniman. Tanpa bermaksud menggurui, pendapat tersebut lebih pada “suluh” atau tuntunan terhadap diri saya sendiri, agar saya memiliki pegangan dalam meniti karir di jagat seni. Bilamana pembaca memiliki pandangan lain yang dapat memperkaya wawasan kita para seniman sangat terbuka tangan saya dalam menyambut masukan tersebut karena ini merupakan “yadnya” seseorang kepada khalayak melalui pemikiran. Salam kesenian!

Menjadi Koreografer yang Baik Selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...