Organisasi Gambuh di Desa Kedisan

Jun 25, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Wayan Sucipta, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Masyarakat pelestari Kesenian Gambuh di Desa Kedisan terkumpul dalam sebuah organisasi (sekaa) yang bernama Sekaa Gambuh Kaga Wana Giri. Kaga Wana Giri merupakan sebuah nama yang diambil dari sejarah dan letak geografis Desa Kedisan. Nama tersebut memiliki sebuah arti sebagai brikut; Kaga = Kedis (nama burung yang  merupakan nama dari Desa Kedisan), Wana =  alas (hutan), dan Giri = gunung. Jadi Kaga Wana Giri memiliki arti burung yang terdapat di sebuah gunung yang berhutan. Gambuh ini merupakan organisasi atau sekaa yang keberadaanya tidak dimiliki oleh Desa Adat Kedisan. Melainkan sebuah organisasi independen yang terbentuk atas orang-orang yang suka dan menggemari kesenian Gambuh. Akan tetapi kesenian ini berada dan bernaung dibawah Desa Adat Kedisan.

Kehidupan kesenian ini pada waktu dahulu sangat bertolak belakang dengan yang sekarang. Penggenerasian kesenian Gambuh di Desa Kedisan telah dilakukan semenjak dulu. Sekaa Gambuh Kedisan yang sekarang merupakan organisasi dari generasi yang ke tiga. Ketika tahun 1950-an Gambuh ini masih memiliki anggota yang cukup lengkap, baik dari penari maupun penabuh. Ketika itu masih terdapat penari-penari putri yang memerankan tokoh kakan-kakan, condong dan sebagainya dalam pertunjukan Gambuh di Desa Kedisan.

Menurut I Gusti Ngurah Widiantara, ketika itu penari Gambuh keseluruhan berjumlah 30 orang, belum pemain gamelan yang mengiringi tarian tersebut. Jadi menurutnya anggota dari Sekaa Gambuh Kedisan ketika itu sekitar 50-an, yang anggotanya masih dari Desa Kedisan. Sejalan dengan perkembangan jaman banyak anggota sekaa yang mulai tidak aktif karena faktor usia dan transmigarasi. Banyaknya angota Gambuh yang sudah tua dan tidak memungkinkan untuk menari mengakibatkan berkurangnya penari Gambuh Kedisan. Ditambah dengan sulitnya mencari penggati (generasi muda) untuk penari dan penabuh ketika itu, mengakibatkan sulit untuk mengembangan Gambuh tersebut. Faktor yang paling banyak mempengaruhi organisasi ini adalah transmigrasi. Pada tahun 1970-an banyak anggota sekaa Gambuh ini yang ikut program pemerataan penduduk oleh pemerintah yaitu transmigrasi, yang mengakibatkan banyaknya anggota yang berkurang. Banyak yang ketika itu para anggota sekaa Gambuh yang meninggalakan Kedisan dan bertransmigrasi ke Sulawesi dan ke Lampung, dengan tujuan mencari lahan pertanian dan kehidupan yang lebih baik.

Organisasi Gambuh ini memiliki sebuah sistem yang berdasarkan atas kepengurusan atau yang dikenal dengan kelihan (ketua kampung atau organisasi) dan anggota. Kelihan mempunyai wewenang di dalam pengorganisasian dan melaksanakan keputusan sekaa yang diambil dari sangkep ( rapat anggota baik banjar maupun organisasi adat). Untuk melakukan rapat, organisasi Gambuh di Desa Kedisan masih  menggunakan sistem tradisional, yaitu kelihan atau pengurus sekaa tersebut mengutus salah satu anggota yang telah ditentukan untuk memberi tahu masing-masing anggota tentang rapat yang akan dilaksanakan. Utusan tersebut disebut dengan istilah juru arah atau kesinoma (petugas yang membantu kelihan). Kesinoman ditentukan oleh pengurus berdasarkan urutan yang telah disepakati oleh anggota. Baik berdasarkan urutan rumah maupun yang lainnya. Tugas seorang kesinoman biasanya berlangsung dalam kurun waktu satu bulan Bali (35 hari). Kemudian dilanjutkan dengan giliran anggota lain yang telah ditentukan urutannya. Berakhirnya giliran sebagai juru arah atau kesinoman, juru arah biasanya membawa sesajen (banten penyangkepan) yang disebut dengan cane (sirih yang digunakan pada rapat desa). Banten tersebut memiliki makna dan permohonan kepada Tuhan, agar sebuah rapat yang dilaksanakan bisa berjalan baik dan lancar.

Penggenerasian Gambuh di Desa Kedisan diambil berdasarkan keturunan, seperti anak dan cucu dari anggota sekaa. Apa bila keturunan tersebut tidak memungkinkan dijadikan anggota sekaa Gambuh, maka masing-masing anggota berhak menjadikan salah satu keluarga atau orang lain untuk menggantikannya, dengan catatan  generasi pengganti tersebut menjadi anggota sekaa berdasarkan rekomendasi dari anggota yang akan diganti.

Organisasi Gambuh di Desa Kedisan, selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...