Pameran Fotografi Berkonsep Ala Mahasiswa Fotografi, FSRD ISI Denpasar

Jan 24, 2011 | Berita

Kiriman Arba Wirawan, Ketua Program Studi Fotografi

Denpasar -Pembukaan pameran akhir semester, mahasiswa Program Studi Fotografi, FSRD, ISI Denpasar Senin, (24/01) di gedung Green Room oleh Dekan FSRD, didampingi oleh PD II, PD III, dan ketua Program Studi Fotografi, serta dosen pembimbing. Saya mengucapkan syukur dan selamat atas kreativitas mahasiswa fotografi, walaupun kurang dari segi jumlah namun kualitas mahasiswanya memberi  warna positif kampus. Ini dibuktikan awal tahun ini menyerahkan piagam prestasi menjuarai lomba foto tingkat nasional Piala Kemenpora. Hadir pula pada pembukaan pameran Prof/A Paul Trinidad menyaksikan langsung pameran mahasiswa dan memberikan masukan dan salut atas karya-karya dan akan dipamerkan pada program kerjasama ISI-UWA di web sitenya.

Ujian akhir semester tidak melulu diwarnai ketegangan oleh mahasiswa yang ikut dalam suatu mata kuliah. Hal itu tampak jelas pada pameran karya fotografi ujian akhir semester program studi fotografi ISI Denpasar Senin, 24 Januari kemarin. 29 orang dari semester I hingga semester VII yang tergabung dalam himpunan  mahasiswa fotografi ISI Denpasar dengan antusias menggelar pameran bersama dalam rangka menampilkan karya terbaik mereka selama mengikuti proses perkuliahan. Ekspresi kegembiraan terlihat dari seluruh mahasiswa yang terlibat dalam pameran di Grandroom kampus setempat. Dalam pameran terlihat jelas variasi karya yang ditampilkan, karena memang setiap semester menampilkan genre fotografi yang berbeda. Karena memang setiap jenjang diberikan teknis yang berbeda, dan semakin tinggi jenjangnya, eksplorasi mereka tidak hanya teknis saja melainkan konsep foto.

Pada Karya foto mahasiswa semester I yang mengikuti maka kuliah Fotografi I, terlihat beragam teknis dasar fotografi seperti permainan tata cahaya, komposisi dan permainan kamera yang ditampilkan dalam karya-karya yang cukup variatif, mulai dari permainan kecepatan rana, pengkombinasian depth of field lensa hingga teknik multiple flash (strobe) yang memerlukan perhitungan cukup rumit. Senior mereka yang duduk di kelas Fotografi II tampak sudah lebih diarahkan kepada karya tematik yang sudah ditentukan temanya oleh pengajar, namun mereka mengolah dan mengkemas tema tersebut menjadi karya berciri khas pribadi. Tema-tema yang disajikan antara lain karat, bunga, binatang, landscape, batu, daun, air hingga nude photography.

Sedangkan untuk mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Fotografi V dan Fotografi VII, karya-karya mereka sudah tidak lagi terbatas pada tema yang ditawarkan pengajar karena dianggap sudah mampu menciptakan gaya fotografi pribadi, namun tetap dalam arahan dan bimbingan tim pengajar. Dari karya-karya yang disajikan tampak kenakalan berkonsep ala mahasiswa dalam mengkemas karyanya. Pada 6 karya yang ditampilkan Sri Wahyuni misalnya, fotografer wanita ini dengan berani menampilkan berbagai anatomi tubuh wanita yang dikemas dengan teknik overlapping  cahaya,tekstur dan warna lewat  piranti LCD Proyektor. Menurut Deyu, panggilan Sri Wahyuni, posisi perempuan sebagai fotografer dimanfaatkannya untuk mengkritisi masalah sosial mengenai wanita seperti kesetaraan gender, pelacuran, kekerasan dalam rumah tangga hingga woman trafficking dalam karya-karyanya. Deyu juga menyatakan bahwa fotografer perempuan tidak kalah kreatif dengan fotografer pria baik dari segi ide, konsep dan keseriusan penggarapan karya.

Beberapa foto karya Novian Wahyu Firmansyah yang mengkemas permainan asap dalam karyanya juga sangat menarik perhatian pengunjung. Dia berhasil menyajikan penumpukan-penumpukan asap menjadi sesosok figur wayang. Dalam karyanya yang berjudul Bisma berkaca misalnya, pemuda asal Malang ini menyajikan  pesan pentingnya pelestarian wayang pada generasi muda dan kebijakan Bisma yang selalu berkaca alias introspeksi diri, bukannya memaksakan kehendak pribadi untuk berkuasa seperti pemimpin pemimpin di masa sekarang sindirnya. Selain karya-karya fotografi yang spesifik mengulas tentang isu-isu dan makna tertentu, masih banyak pula yang menyajikan human interest, landscape serta model ke dalam karya mereka.

Menurut Ngurah Sutawan yang merupakan ketua himpunan mahasiswa fotografi ISI Denpasar, pameran ini selain menjadi ajang untuk menampilkan karya – karya terbaik mahasiswa, juga sebagai media apresiasi kepada mahasiswa sendiri. Jadi setiap orang yang berkunjung ke pameran dapat menyampaikan kritik dan saran mereka untuk membangun kualitas kekaryaan dari mahasiswa bersangkutan. Selain itu Sutawan menjelaskan bahwa pameran yang rutin digelar setiap akhir semester ini juga sebagai media komunikasi antar mahasiswa yang berbeda semester untuk saling mengenal dan mengakrabkan diri.

Dosen muda  PS  Fotografi ISI Denpasar I Made Bayu Pramana, S.Sn. M.Sn. menyatakan bahwa pameran ujian akhir semester yang digelar secara rutin oleh mahasiswa ini merupakan ajang yang sangat penting bagi perkembangan kualitas kekaryaan mahasiswa secara akademik, karena dalam pameran mereka dituntut untuk dapat menjelaskan serta mempertahankan konsep yang melandasi karya mereka. Menurut Bayu karya fotografi akademis tidak saja indah secara visual, tetapi mengandung berbagai unsur seperti ide, teknis yang baik, serta keunikan yang spesifik sebagai gaya pribadi seorang fotografer, sehingga secara keseluruhan karya mahasiswa harus mengandung sebuah maksud tersembunyi yang ingin disampaikannya kepada apresiator, baik berupa pesan, isu, dan bisa saja berupa kritik. Bahkan, Bayu menyampaikan fotografi saat ini sudah tidak terbatas sebagai media rekam semata-mata, kemajuan teknologi telah membawa fotografi dapat disejajarkan dengan karya seni rupa lainnya seperti lukis karena kini karya fotografi dapat dicetak pada media apapun dan dapat menyampaikan pesan apapun.

Anis Raharjo, S.Sn. M.Sn.  Seorang dosen fotografi senior  menambahkan bahwa keberanian  dan kepekaan seorang fotografer dalam mengkemas objek-objek tertentu sangat dituntut dalam berkarya. Misalnya saja dalam beberapa karya milik Sri Wahyuni, Budi Wijaya, Rai Raharja, Dicky setiawan dan Petra Yosi yag menampilkan erotisme tubuh wanita namun tidak ditampilkan secara vulgar dan melawan koridor undang-undang pornografi yang diterapkan pemerintah. Dengan kata lain fotografer tetap menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan namun dalam balutan simbol-simbol dan tanda-tanda tertentu yang dikemas secara kreatif dan estetis .

Sejalan dengan paparan Anis di atas, Komang Arba Wirawan, S.Sn. M.Si selaku ketua PS Fotografi ISI Denpasar menegaskan bahwa pameran ujian akhir semester ini bertujuan  untuk menggali jati diri dan potensi masing-masing mahasiswa, sesuai  dengan gayanya masing-masing serta memacu mahasiswa agar mengerjakan tugas-tugasnya secara optimal dan tepat waktu. Jadi dalam menghadapi dunia kerja nantinya, mereka diharapkan mampu mengolah ide menjadi karya yang bernilai tinggi, selain juga dapat bekerja sama secara koperatif dan mutualis dengan pasar, baik ke arah fotografi seni, jurnalistik maupun mereka yang nantinya terjun total ke arah fotografi komersial. Arba juga menyampaikan bahwa pencapaian mahasiswa Fotografi ISI Denpasar sudah meningkat signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Beberapa mahasiswa telah berhasil menjuarai berbagai kompetisi fotografi tingkat local maupun nasional, ke depan diharapkan prestasi tersebut dapat diikuti oleh prestasi mahasiswa lainnya.

CP:     Ketua Program Studi Fotografi, FSRD, ISI Denpasar

Hp. 081338738806

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...