Penggunaan Bahasa Dalam Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa

Sep 5, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Ketut Gina, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan

Bahasa merupakan alat komunikasi. Pada pertunjukan wayang bahasa memegang peranan yang sangat penting, dapat dibayangkan betapa tidak mungkinnya sebuah pertunjukan wayang tanpa adanya bahasa sebagai medianya. Penggunaan bahasa sebagai bentuk bahasa dalam pertunjukan Wayang Kulit Bali adalah hal yang tidak asing lagi, karena bahasa sebagai mata rantai jalannya ceritera. Bahasa yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa adalah: Bahasa Kawi,  Bahasa Jawa Kuno, Bahasa Bali, Bahasa Indonesia dan sebagainya, yang sesuai dengan kebutuhan tokoh tertentu. Bahasa Kawi yang dipergunakan oleh tokoh (raja, dewa, ksatria) yang kemudian diterjemahkan oleh punakawan. Gaya bahasa dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa sangat variatif. Ada yang bersifat sindiran (ironi), ada yang bersifat perumpamaan (personifikasi), ada yang bersifat perbandingan (metafora) dan ada pula dialog yang mengagung-agungkan sesuatu secara berlebihan (hiperbolisme). Dari bahasa-bahasa yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Calonarang oleh dalang Ida Bagus Sudiksa ada yang berbahasa alus (singgih), ada yang biasa (pepadan), ada pula yang estetik sehingga membuat penonton menjadi teringat terus. Bahasa seperti itu biasanya berupa tutur, tidak terlepas dari kemampuan seorang dalang selaku orator yang ulung. Menurut Marajaya, pengelompokan bahasa tersebut antara lain ; (1) berbentuk prosa atau gancaran (bahasa Kawi dan bahasa Bali); (2) berbentuk tembang atau puisi (kekawin, tandak, bebaturan); dan (3) berbentuk prosa liris atau palawakya (penyacah dan pengelengkara).

1). Gaya Alternasi

Menurut Rota teknik penyampaian tutur secara berselang-seling disebut gaya alternasi. Gaya alternasi merupakan jenis gaya tutur yang paling banyak digunakan oleh dalang dalam pertunjukan wayang kulit Bali, baik dari bentuk tut tutur antara bahasa Bali dengan bahasa Kawi, maupun berbentuk tembang maupun gancaran.

a) Gaya Alternasi Bahasa Kawi dengan Bahasa Bali

Gaya bahasa seperti ini paling banyak ditemukan jenisnya dalam pertunjukan wayang kulit Bali. Pada Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung banyak sekali dipergunakan, adapun contoh-contoh gaya ini dapat dilihat dari kutipan-kutipan dialog sebagai berikut:

Twalen            : (dalam bahasa Bali)     

sawirira  cerakanira..! (tembang). Aratu.. sang  amurbeng

Jagat Kediri, sugra titiang  sugra, aksi sembah pangubak- tin  titiang  aratu,  sapunika   taler  gusti  patih  mamitang lugra, pinaka  pengabih linggih ida. Ring tepenganemangkin  presangga  purun   titiang   ngojah   maka  kawit  atur palungguh  gusti  ring  ida, Ida Dewa Agung. Inggih aratu sang  anyakra  werti  Jagat  Kediri  palungguh  iratu, aksi ratu sembah  pangu  baktin  titiang  pina ka pengabil linggih iratu, saha  tan keni  kecakra  bawa, presangga  puruntitiang ngeriinin  mapaungu atur, napi te awinan asapunika.., riantukan iratu sampun  malinggih iriki ring singasanane. Napi awinan nadak sara ngutus sikian titiang mangda tangkil iriki ring ajeng?, yan kapinih kangkat,durusangtelin  pawecana  mangda  galang  apadang  titiang nampanyuwun pakinkin, panglelaca druwene, asapunika  daging atur  dane  gusti patih.

Arti bebasnya adalah:

menjawablah  seorang  abdi,  wahai   paduka   Raja   Kediri, hamba mohon ampun, terimalah sembah hamba ini paduka,begitu  pula  sang  maha Patih sebagai abdi baginda raja. Di

saat  seperti  ini  hamba memberanikan diri menyampaikan, apa yang maha patih katakan kepada baginda raja. Maafkan hamba yang  mulia  sebagai  Raja Kediri, terimalah sembah

hambamu  sebagai  abdi,  agar  tidak  terkena  kutuk, karena hamba  terlalu  berani  mengawali  berbicara, apa  sebabnya demikian ?  Karena  paduka telah duduk di singgasana. Apa sebabnya  paduka  mendadak  menyuruh hamba agar menghadap, kalau ada sesuatu, silahkan katakan agar hamba jelas menerimanya, apa  tujuan  baginda  memerintahkan  hambaini. Demikian kata-kata maha patih.

Penggunaan Bahasa Dalam Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...