Perajin Tua Pembuat Gerabah Tojan

Feb 4, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman : Drs. I Wayan Mudra, MSn. Dosen Kriya Seni FSRD ISI Denpasar.

Gerabah Tojan adalah sebuah sebutan gerabah hasil perajin di Banjar Satra Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung Bali. Perajin di desa ini lokasinya mudah dijangkau, karena dekat perkotaan, berada diperumahan penduduk dengan kondisi desa yang sudah maju dilihat dari bangunan-bangunan fisik yang ada di desa tersebut. Namun sebaliknya, kondisi kerajinan gerabah di desa ini terlihat memprihatinkan dan masih bisa bertahan sampai saat ini, walaupun perajinnya terus berkurang dari jaman kejaman. Saat penelitian ini dilakukan perajin gerabah ini hanya tinggal dua keluarga yang masih ada hubungan kekeluargaan. Dua keluarga tersebut terdiri dari 4 orang wanita tua yang berumur di atas enampuluhan, dengan kondisi badan yang sudah renta masih mampu mengerjakan kerajinan gerabah dari awal pembuatan bahan sampai pembakaran. Semua pekerjaan tersebut mereka lakukan sendiri tanpa bantuan anak atau cucunya. Mereka menyebutkan anak dan cucunya saat ini tidak ada yang mau meneruskan usaha pembuatan gerabah, karena mereka menganggap kurang menguntungkan untuk kondisi saat ini.  Gerabah yang dikerjakan berawal dari kebutuhan masyarakat sebagai perlengkapan upacara agama, namun sekarang berkembang sesuai perekbangan jaman. Namun walaupun demikian seolah mereka mereka tidak bisa beranjak dari kemiskinan.

Lokasi pembuatan gerabah di tengah pemukiman penduduk kerapkali menimbulkan permasalahan pada warga sekitarnya. Betapa tidak, pada saat pembakaran gerabah, asap hasil pembakaran mengganggu pemukiman sekitarnya, asapnya yang dapat tebal dapat mengganggu pernapasan warga. Pembakaran yang menggunakan bahan bakar padat seperti  jerami, kayu bakar dan bahan-bahan lain seperti pelepah pisang, daun kelapa kering, dan sebagainya akan menghasilkan asap yang tebal serta dapat mengganggu pernapasan. Pembakaran gerabah perajin ini termasuk menggunakan tunggu ladang, karena proses pembakaran dilakukan di alam terbuka dengan cara menyusun benda-benda gerabah sesuai besarannya dan terakhir ditumpuk dengan bahan bakar. Berbeda dengan proses pembakaran gerabah pada perajin lain di Bali dilakukan pada ruang tertutup dengan tungku bak atau tungku yang lebih modern.  Jenis tungku ladang ini dibuat dengan tumpukan bahan seperti batu, bata, batako, genteng dan bahan-bahan sisa bangunan lainnya dengan perekat campuran pasir dan semen (PC). Pada bagian tengah tunggku dibuat lorong berfungsi sebagai aliran api. Gerabah yang sudah tersusun di atasnya ditutup dengan bahan bakar dan penyulutan api dilakukan pada mulut tungku pada bagian samping. Pengisian bahan bakar dilakukan berkali-kali sampai gerabah yang dibakar merah. Maka dari itu perajin tidak bisa meninggalkan tunggu selama proses pembakaran berlangsung. Proses pembakaran selesai setelah gerabah matang ditentukan oleh merahnya gerabah tersebut. Pembakaran tersebut berlangsung 1-1,5 jam. Hasil pembakaran yang baik dapat dilihat dari merahnya pada permukaan gerabah merata dan suara badan gerabah nyaring jika dipukul dengan benda keras.

Perajin membeli bahan baku dan mengolahnya sendiri menjadi bahan yang siap pakai. Teknik pembentukan dilakukan dengan teknik putar di atas sebuah bundaran kayu dalam istilah keramiknya bakaran tinggi disebut alat putar tangan (handwheel). Jenis-jenis produk yang dibuat antara lain benda-benda untuk keperluan upacara seperti coblong, payuk pere, senden dan sebagainya. Benda-benda tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar dengan harga relatif murah. Mereka juga mengerjakan alat peleburan perak yang dipesan oleh perajin perak yang berkembang di Kabupaten Klungkung. Penulis  melihat karena murahnya harga dan terbatasnya kemampuan perajin berproduksi maka hasil yang didapat dari hasil kerajinan menjadi rendah, sehingga mereka sulit beranjak dari kata ”kemiskinan”   Mereka memasarkan hasil produksinya di Pasar Klungkung dan belum bisa melayani jika ada pesanan dalam jumlah yang lebih besar. Kondisi perajin yang sudah tua merupakan kendala untuk berkembang lebih maju, walaupun peluang untuk berkembang masih terbuka.

Mereka berharap ada perhatian dari instansi terkait untuk membantu  paling tidak kerajinan gerabah ini terus bisa bertahan bahkan berkembang lagi dapat dipandang sebagai warisan budaya masa lalu. Jika tidak ada campur tangan pemerintah dalam mengatasi kerajinan ini lambat laun akan hilang. Karena mereka menuturkan keturunannya tidak ada yang mau meneruskan kegiatan membuat gerabah ini.

Beberapa hasil kerajinan gerabah Tojan antara lain:

1.      Alas peleburan perak.

2.      Coblong, senden dan pulu.

3.      Caratan kecil, dijemur setelah dibentuk.

4.      Perajin sedang melakukan proses pembentukan

5.      Perajin sedang mempersiapkan proses pembakaran gerabah di halaman rumah.

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...