Perbedaan Tokoh Arya pada Dramatari Gambuh Gaya Batuan dengan Pedungan

May 20, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman: Ida Bagus Surya Peredantha, SSn., MSn.

Sebagaimana diketahui, di Bali, khususnya di Bali Selatan terdapat dua daerah yang memiliki tingkat konservasi seni Dramatari Gambuh yang tinggi yaitu Desa Batuan di Kab. Gianyar dan Desa Pedungan di Kota Madya Denpasar. Kedua daerah ini memiliki gaya tersendiri yang membedakannya dengan yang lain, sehingga kesenian ini memiliki pengembangan variasai yang beragam semenjak kedatangannya pertama kali di Bali yang diperkirakan sekitar abad ke-14 Masehi. Pada tulisan ini, secara khusus kita akan mengupas lebih jauh tentang penampilan tokoh Arya dalam Dramatari Gambuh gaya Batuan dan Arya dalam Dramatari Gambuh gaya Pedungan. Adapun berbagai aspek yang dimaksud antara lain :

A. Karakter

Dalam pementasan dramatari, yang dipentingkan adalah pemahaman setiap pelaku terhadap alur cerita yang dibawakan yang akan berdampak pada pengenalan karakter tokoh yang ditarikan oleh pelaku pementasan. Bila tidak demikian, dapat dipastikan pementasan yang dibawakan kurang memiliki penjiwaan dan bahkan mungkin pesan ataupun amanat yang terkandung dalam cerita tersebut tidak sampai pada penonton yang menunjukkan pementasan tersebut boleh jadi dikatakan gagal.

Dalam Dramatari Gambuh, tokoh Arya mempunyai peran yang cukup vital, mengingat ia merupakan tokoh yang menjadi kepercayaan tokoh Panji ataupun Prabangsa. Namun dalam hal ini, Arya termasuk ke dalam kategori protagonist yaitu mendampingi Panji. Arya merupakan tokoh putra keras yang memiliki watak tegas, gagah dan energik. Dalam melantunkan wawankata, tokoh Arya melakukannya dengan penuh tenaga, tegas dan bernada rendah.

Perbedaan yang cukup mencolok antara Arya Gambuh Pedungan dan Batuan dapat dilihat pada adanya penggunaan tembang. Dalam tokoh Arya Batuan, terdapat sebuah tembang/tandak pepeson pendek yang diucapkan oleh penarinya. Sedangkan sebaliknya,  pada Arya Pedungan tidak ditemukan penggunaan tembang.

B. Rias dan Busana

Rias dan busana dalam sebuah tarian merupakan hal yang sangat penting dan segera menarik perhatian karena dari sanalah penonton dapat menafsirkan apa dan bagaimana karakter seorang tokoh pementasan di atas panggung. Sebagai tokoh yang memiliki karakter tegas, gagah dan energik, maka tata rias yang ditampilkan haruslah sesuai. Dimulai dari rias wajah, Arya memiliki alis yang tebal dan pada bagian ujung dibentuk agak sedikit naik untuk tetap memperlihatkan sisi maskulinnya. Arya dalam rias wajahnya memakai kumis dan cambang buatan dari pensil. Dalam hal ini, tidak ditemukan adanya perbedaan tat arias antara Arya Batuan dengan Arya Pedungan.

Sementara busana tariannya memakai jenis sesaputan, dengan lelancingan yang dibuat agak panjang dibiarkan menyentuh tanah. Tokoh Arya menggunakan baju lengan panjang yang biasanya berwarna merah atau hitam, badong tumpuk yang tebal, stewel, celana panjang putih dan saput berwarna dominan ungu. Warna ungu di sini dimaksudkan untuk memberi kesan keras dan tegas sehingga dapat menunjuang karakter yang diinginkan. Lanjut pada hiasan kepala atau yang bisa disebut gelungan, Arya menggunakan hiasan kepala berbentuk keklopingan yang di kedua sisi gelungannya diletakkan daun pandan serta susunan bungan merak. Pada sisi kiri dan kanan gelungan tepat berada di atas telinga, terdapat bunga merah yang sudah dipadukan dengan daun gegirang berwarna hijau.

C. Ragam Gerak

Tokoh Arya Batuan dengan Arya Pedungan dalam pementasannya memiliki sedikit perbedaan dalam hal abah (pembawaan yang tampak dari sikap tubuh) dan ragam gerak. Abah dalam Arya Batuan, misalnya dalam posisi agem kanan, memiliki sikap tubuh kedua kaki menghadap keluar, kaki kiri sedikit berada di depan kaki kanan, jari kaki kiri dinaikkan, berat badan dipusatkan di kaki kanan, tangan merentang ke luar hampir menyentuh angka 180 derajat, telapak tangan menghadap ke bawah. Sepintas, sikap ini mirip dengan sikap tangan dalam tari topeng, namun lebih lebar. Sedangkan pada Arya Pedungan, hampir sama namun yang membedakannya hanyalah pada bukaan rentang tangan yang menyentuh angka 180 derajat alias direntangkan sempurna dengan telapak tangan masing-masing menghadap ke arah kanan dan kiri.

Adapun ragam gerak nyaris sama, hanya saja pola penempatannya yang berbeda.  Semisal dalam Arya Batuan terdapat gerak nayog, ngelies, kirig udang, nimpah, ngrajeg, nglangsut, ngeger, nyambir, bhuta ngawa sari, matetanganan, gelatik nuut papah, kaya dan angsel kado. Sedangkan pada Arya Pedungan, terdapat tambahan ragam gerak ngotes rambut dan gerakan tayungan dengkleng. Perlu diketahui juga, perbedaan paling mendasar antara tokoh Arya Batuan dengan Arya Pedungan adalah pada adanya gerakan seledet mata pada Arya Batuan dan tiadanya gerakan mata ini pada Arya Pedungan. Oleh para pengajar dahulu, ketiadaan gerakan seledet mata ini pada Arya Pedungan dikarenakan bilamana penari Arya Pedungan melakukan gerakan ini, maka akan dianggap seolah tidak fokus pada tarian oleh penonton (ledat, dalam bahasa Bali).

Perbedaan Tokoh Arya pada Dramatari Gambuh Gaya Batuan dengan Pedungan, selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...