PTS Jangan Hanya Jualan Ijazah

Aug 19, 2010 | Berita

SEMARANG- Institusi pendidikan, dalam hal ini perguruan tinggi (PT) swasta di Indonesia, secara massal terus berkembang nyaris tanpa kendali.
Mereka memperlakukan murid sebagai bahan mentah yang diproses secara mekanistik untuk menghasilkan produk akhir yang bisa dijual. Selama ini aspek intelektualitas dan profesionalisme lebih ditekankan, ketimbang aspek moralitas dan etika.
Staf ahli Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) Prof Ir Eko Budihardjo MSc menilai, lembaga pendidikan lebih banyak berkutat tentang pemenuhan pasar dan industri daripada pengembangan karakter, kepribadian serta kearifan. Lebih disibukkan pula dengan urusan pencarian dana daripada mengembangkan ilmu yang autentik.
”Perguruan tinggi swasta menjamur luar biasa dalam empat tahun terakhir. Dari hanya 400 PT, kini sudah 3.000 lebih. Sementara PTN sekitar 84. Bayangkan berapa kali lipatnya. Belum lagi, masih banyak yang membuka PTS di ruko-ruko sederhana tanpa konsep jelas. Mereka sekadar jualan ijazah dan tidak ada bedanya dari proses yang berlangsung dalam pabrik,” jelas mantan rektor Undip tersebut, saat ditemui Suara Merdeka, kemarin.
Perubahan Paradigma Prof Eko mengungkapkan, perlu adanya perubahan paradigma pendidikan nasional yang pada hakikatnya adalah proses penemuan diri secara penuh. Sejak dua abad pertama dari revolusi industri, lanjut dia, pendidikan cenderung diarahkan pada peningkatan kemampuan baca-tulis dan berhitung untuk menghasilkan tenaga kerja terampil dalam menjalankan roda industri.
Ia mengungkapkan, pengembangan paradigma pendidikan nasional semestinya dikaitkan dengan falsafah pendidikan progresif yang ditekankan pada pentingnya peran serta aktif para pembelajar.
Dari lima aspek pengembangan pendidikan (sains, teknologi, ekonomi, etika, dan estetika) menurut Prof Eko, tiga aspek pertama lebih diutamakan. Padahal aspek etika yang menyangkut perilaku, kesantunan, dan keadaban sangat penting. Demikian pula estetika yang bertautan dengan keindahan sebagai produk dari aktivitas kreatif dan interaktif kurang memeroleh perhatian.
Akibatnya, lingkungan alam dan binaan yang semula selaras penuh keseimbangan menjadi rusak dan membahayakan kehidupan manusia. (J14,K3-75).

Sumber: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/08/18/120815/PTS-Jangan-Hanya-Jualan-Ijazah

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...