Relasi Bolak-balik Antara Seni dan Daya Hidup

Jun 9, 2010 | Artikel, Berita

Oleh M. Dwi Marianto

Kritik seni adalah serangkaian aktivitas pikiran seseorang yang diarahkan untuk mengamati suatu objek seni secara mendalam – apakah karya seni, konsep kreatif seni, atau gejala kesenian – agar ia dapat melihat objek seni itu sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, mengidentifikasi detil-detilnya, mengaitkan objek seni bersangkutan dengan suatu konteks yang secara objektif terlihat, untuk selanjutnya memaknai dan menilainya. Orang yang secara berkesinambungan melakukan aktivitas ini dan kerap memublikasi hasil-hasil pembacaan kritisnya atas karya-karya atau fenomena seni biasanya disebut kritikus seni. Kritik seni dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan istilah art criticism, sedang orang yang melakukannya disebut art critic.

Apa yang diamati, dikomentari dan dinilai oleh seorang kritikus bisa karya seni apa saja, dengan tingkatan kualitas yang beragam, dari yang tadinya nampak biasa-biasa saja, sampai yang luar-biasa. Kritikus dapat saja memilih satu subjek yang dipandangnya penting dan menarik untuk diamati dan diekspose, apakah yang sudah dikenal masyarakat, ataupun yang berada di luar bingkai perhatian orang banyak. Disini tindakan mengamati dan mengekspos sangatlah penting, sebab realita itu baru ada dan bermakna ketika ia diamati dan diekspos. Demikian pula, makna suatu karya seni baru ada ketika ia diamati, dan diekspos. Sebelum diamati realitas itu seakan-akan tidak ada, padahal ia ada.

Sebagai contoh, di Kabupaten Bantul, tepatnya di daerah Jodog ada seorang pande-besi yang sangat piawai dalam membuat berbagai peralatan pertanian dan pertukangan, namanya Jawadi, kelahiran 1952. Telah lebih dari 35 tahun Pak Jawadi berkarya nyata melayani masyarakat  Bantul dan sekitarnya, sembari meneruskan tradisi kepandebesian keluarga. Banyak hal dan aspek menarik kalau kita bertandang di bengkelnya. Sebagai contoh, ubub – pompa tradisional dari kayu yang dipakai untuk menghembuskan udara guna memanaskan besi untuk ditempa – yang dipakai di sana sudah dipergunakan selama empat generasi. Bentuk, bahan yang dipakai, dan mekanisme kerjanya saja sudah menarik. Tanpa pengamatan dan ekspose, eksistensi Pak Jawadi dan sumbangsihnya bagi dunia pertanian dan pertukangan, serta nilai sejarah dan kultural Jawa dari tradisi panjang yang dipertahankan oleh Jawadi dan kawan-kawan seakan-akan tidak ada, padahal mereka ada dan besar kontribusinya bagi masyarakat.

Relasi Bolak-balik Antara Seni dan Daya Hidup selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...