Sejarah Gong Due Di Jero Kelodan Kerobokan

Nov 18, 2010 | Artikel, Berita

Kiriman I Gede Bayu Suyasa, mahasiswa PS Seni Karawitan

Berawal dari Perang pada tahun ±1860 antara Jero Wayahan Lanang Celuk di Jero Kerobokan dengan Desa Kelibul yang dulunya adalah wilayah kekuasaan Raja Mengwi, sebelum terjadi perang sakral yang dianggap memiliki kekuatan magis yang ada di Desa Kelibul tersebut seperti :

–      Gong + Bande

–      Tapel Barong (dipura Maspait Kelibul)

–      Kul-kul (Kentungan)

–      Belong

–      Arca

Tujuan daripada dicarinya benda-benda tersebut agar desa Tibubeneng tidak memiliki kesaktian, untuk menghadapi Jero kerobokan. Perang terjadi karena Jero Wayahan Lang Celuk di Kerobokan ingin memperluas daerah kekuasannya itu.

Sarana-sarana yang merupakan kesaktian daripada tibubeneng tersebut diambil hanya untuk taktik atau cara orang dulu dalam berperang. Setelah sekian lama perang bergejolak selama puluhan tahun dan pada akhirnya pada Tahun 1926 perang usai.

Bersamaan pada waktu itu seiring berkembangnya Gamelan Gong Kebyar, timbullah keinginan dari keturunan beliau untuk melengkapi yang mulanya hanya ada 1 Gong dan 1 bande yang dianggap sakti itu menjadi satu bangunan Gong Kebyar lengkap, namun Gong DAN Bande yang dianggap sakral tersebut tetap disimpan, hanya dibuatkan duplikatnya saja.

Keturunan Beliau bersaudara empat orang, masing-masing mendiami, Jero Gede, Jero Kelod, Jero Kajanan, dan Jero Anyar-Anyar dan yang mewarisi Gong tersebut adalah Jero Br. Anyar yaitu “A.A Ratu Pemecutan” dengan putranya yang bernama A.A Putu Regeg.

Karena A. Ratu Pemecutan tidak suka dengan sanaknya yang suka berjudi  maka A. Ratu Mecut minggat dan kembali ke Jero Kelodan sampai akhir keturunan beliau maka dikembalikanlah lagi Gong Kebyar tersebut ke Jero Kelodan sampai sekarang. Dari dulu sampai sekarang sudah bermacam-macam sekaa yang menabuh Gong tersebut namun yang dapat diketahui sekarang adalah ‘Sekaa Eka Satya Budaya”.

Konon katanya jika sekaa gong yang pada saat menabuh gamelan terkena racun dan muntah darah disana di mintakan air (tirta) dari Gong sakti tersebut setelah diminum langsung sembuh. Dan jika ada orang yang sampai dewasa tidak bisa bicara dimintakan juga air tirta dari gong tersebut.

Konon juga katanya jika gong tersebut dibunyikan akan terjadi hujan yang sangat lebat (dulu katanya pernah dibuktikan). Nama dari Gong Due tersebut karena kata “Due” berarti kepemilikan raja. Dulunya Gong kebyar yang ada di Jero Kerobokan hanya satu-satunya yang ada di Kerobokan.

Dulunya Gong tersebut hanya difungsikan pada saat ada upacara (odalan) di Jero dan di Pura adapun tabuh-tabuhannya merupakan tabuh-tabuh lelambatan, adapun pelatihannya yang dapat diketahui yaitu :

Nyoman Redit Br. Campuan

Wayan Rideg Br. Gede

Gong Due tersebut juga katanya pernah dipinjam oleh Pak Berata ke Belawan dan dipinjam juga oleh tamatan Asti dulu untuk ujian Sarjananya.

Sejarah Gong Due Di Jero Kelodan Kerobokan selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...