Tema-tema Pewayangan Dan Ceritera Rakyat Dalam Seni Lukis Pita Maha

Oct 29, 2010 | Artikel, Berita

Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika

a. Judul karya         : Ramayana

Bahan                    : kanvas dan cat tempra.

Tahun pembuatan  : 1953.

Seniman                : I Gusti Ketut Kobot.

Ringkasan ceritera:

Ceritera ini diambil dari  kisah Ramayana dalam peperangan antara raja Alengka  Putra Rahwana dengan Jatayu ketika memperebutkan Dewi Sita.

Obyek lukisan

Dewi Sita sedang  berada dalam genggaman burung Jatayu. Burung Jatayu dengan sayap  lebar dikibas menuju sudut atas bidang gambar, gerakan badan dan kaki menunjukkan sikap terbang dengan lincah, dinamis, dengan kekuatan, keberanian dan ketangguhan. Bentuk figur dibatasi oleh garis kontour yang tegas, kuat dan terarah. Bulu-bulu sayap yang dikibaskan dibentuk secara detail, pakaian dan ornamen distilisasi untuk tujuan keindahan. Sebagai latar belakang berupa awan- awanan, bulu-bulu lepas, diselingi bintang berbentuk ornamen distilisasi  dari bentuk bunga sebagai penyela antara obyek dengan latar belakang.  Sementara Putra Rahwana dan Wilmana terguling lemas dalam keadaan tidak berdaya terhempas dari cengkeraman burung Jatayu yang gagah perkasa.

Kesatuan (unity) atau keutuhan:

Lukisan dengan judul Ramayana, kesatuan dan keutuhan karya dapat dilihat dari garis, warna dan tekstur. Dari garis sebagai kontour yang membatasi bidang, dibuat dari goresan pena dengan tinta hitam yang sangat pekat menjadi tegas dan kuat, menyatukan semua bentuk, karena mempunyai unsur kegarisan yang sama kuatnya.

Kesatuan dari bentuk, terlihat dari persamaan bentuk dalam unsur rupa, seperti bentuk badan Jatayu, Dewi Sita, Rawana dan Wilmana berbentuk badan manusia, dengan pakaian dan ornamen, ada persamaan motif yang mempersatukan unsur tersebut. Walaupun ada perbedaan bentuk, merupakan perbedaan –perbedaan yang halus (smoot). Sayap burung Jatayu dan Wilmana memiliki kesamaan bentuk dan pola atau gerak  kibasan. yang sangat dinamis. Lekukan sayap dengan bulu-bulu yang mendetail, menunjukkan garis ritmis yang bervariasi, mendominasi bentuk lukisan tersebut. Busana pada figur wayang, dengan garis bengkokan yang berirama (rhytmic curve) digambar secara utuh, selengkkapnya tidak dikurangi dan ditambah, sesuai dengan jenis wayangnya.

Unsur pewarnaan secara keseluruhan, memiliki dasar yang sama yang ditimbulkan dari teknik pengerjaan yaitu teknik sigar mangsi agak pekat, yang merupakan dasar dari teknik tradisional. Dasar warna adalah hitam putih, yang memberikan efek gradasi warna yang bertingkat dan mengesankan kekelaman warna. Untuk memperoleh penegasan pada bagian-bagian tertentu dipergunakan campuran warna putih dan kuning, agar tampak lebih tegas antara gelap dan terang. Warna putih-kuning yang memberi penegasan gelap dan terang, juga membuat kesan  mempersatukan warna-warna yang  kontras dan berbeda huenya.

Tema-tema Pewayangan Dan Ceritera Rakyat Dalam Seni Lukis Pita Maha selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...