Tradisi Pembuatan Kerajinan Katung di Br. Batan Buah, Kesiman Petilan

Oct 27, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman : IBG. Surya Peradantha SSn., M.Sn., Alumni ISI Denpasar

Desa Kesiman Petilan merupakan salah satu daerah di kecamatan Denpasar Timur yang juga disebut Kesiman Tengah. Desa ini berada tidak jauh dari pusat kota dan memiliki tradisi budaya dan kesenian yang cukup beragam. Di daerah ini terdapat sebuah tradisi yang khas, yatu pembuatan katung oleh I Ketut Kicak di Br. Batan Buah, Kesiman Petilan.

I Ketut Kicak adalah seorang warga pendatang yang aslinya berasal dari daerah Bukit Ungasan, kab. Badung. Oleh karena suatu hal, ia memutuskan hijrah ke Denpasar dan menetap sebagai warga Desa Kesiman Petilan. Ia bersama istri dan kedua anaknya kini tinggal di Jl. Sulatri, Gg. III no. 10. Disanalah aktivitasnya sebagai perajin barang kesenian katung ( sejenis anyaman bambu yang biasanya digunakan sebagai wadah pakaian atau gelungan tari ) dilakoni bersama anaknya yang bernama I Wayan Sukadana.

Tidak hanya katung, tetapi juga dungki ( sejenis tempat menampung ikan tangkapan bagi nelayan ), topi dan keranjang pun bisa dibuat oleh I Ketut Kicak. Dalam kesehariannya, pria berusia 62 tahun tersebut bekerja sebagai satpam di sebuah pusat perbelanjaan di Kuta.

            Menurut hasil wawancara penulis dengan I Wayan Sukadana ( 29 th ), kegiatan membuat katung itu diwarisi semenjak kakeknya yang tinggal di Bukit Ungasan. Kini, setelah ia menetap di Denpasar, ayahnyalah yang melakoni kegiatan ini. Nama ayahnya sebagai pembuat kerajinan katung telah dikenal oleh bayak kalangan terutama di wilayah Kota Denpasar. Bahkan, tempat-tempat seperti di Ubud dan Jimbaran sendiri pernah memesan katung buatan Kicak untuk keperluan ritual ( penyimpanan topeng Rangda ).

            Bahan baku pembuatan katung di tempat I Ketut Kicak adalah bambu tutul. Menurutnya, bahan baku ini memiliki kualitas kelenturan dan ketahanan yang baik. Bambu-bambu ini ia dapatkan dari usahanya mencari sendiri ataupun membeli. Setelah bahan-bahan ini dikumpulkan, lalu mulailah proses pengupasan dan penghalusan bambu. Bagian bambu yang digunakan hanyalah bagian daging (inti) bambu. Adapun bagian-bagian katung yang dibuat di rumah Kicak adalah : Tatakan (dasar), Tulang (rangka), Siwer (penguat rangka), badan katung dan tutup katung.  Untuk tatakan katung, bahan yang digunakan adalah bambu. Bambu untuk bagian ini, dibelah menjadi bagian yang tebal dan menyesuaikan dengan ukuran dasar katung yang berupa persegi. Khusus katung yang berukuran paling besar, tidak jarang pula ia menggunakan bahan kayu, karena mempertimbangkan kekuatan bahan dan beban yang dimuat dalam katung itu sendiri. Bambu untuk bahan anyaman badan katung dan tutup katung, dibelah sangat tipis dan halus, yang bertujuan mendapatkan kelenturan saat dianyam. Untuk membuat bagian Tulang katung, diperlukan bambu yang dibelah pipih, selebar kurang lebih 2-3 cm menyesuaikan dengan tinggi katung. Sedangkan untuk bagian Siwernya, Kicak lebih mempercayakan bahannya dari rotan. Hal ini dikarenakan rotan dirasa lebih kuat berfungsi sebagai tali penguat daripada bambu, yang jika dikupas terlalu tipis, akan mudah putus.

            Setelah katung ini terwujud secara utuh, dilanjutkan dengan proses pemolesan dengan bahan polyture. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan keawetan bahan bambu, sekaligus mengkilapkan sehingga tampak bersih. Setelah proses tersebut, lalu diakhiri dengan memasang tali pegangan yang dipasang dari bagian Tatakan, hingga penutupnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah membawa atau mengangkat katung bila hendak dibawa.

            Harga katung yang ditawarkan oleh Kicak bervariasi menurut ukuran katung yang diminati. Sebagai contoh, katung yang paling kecil yaitu ukuran 30 cm dengan tinggi 40 cm dihargai Rp. 100.000,00. berbeda lagi dengan ukuran menengah ( 40×60 cm ) dihargai Rp. 150.000,00. Sedangkan ukuran terbesar ( yang biasanya digunakan untuk menyimpan topeng Rangda ) dihargai cukup mahal, yaitu Rp. 800.000,00. Katung tersebut berukuran kurang lebih 100 x 120 cm. Katung-katung tersebut rata-rata mampu diselesaikan dalam waktu 2 hingga 4 minggu, tergantung dari ukurannya. Hal ini dikarenakan Kicak memiliki cukup waktu untuk mengerjakan katung tersebut dan dibantu pula oleh anaknya yang juga berkerja sebagai satpam di tempat ayahnya bekerja.

Tradisi Pembuatan Kerajinan Katung di Br. Batan Buah, Kesiman Petilan selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...