Tusuk Konde Dua dari Trilogi Opera Jawa Sebuah Teater Musikal Karya Garin Nugroho

Feb 20, 2011 | Artikel, Berita

IlustrasiOleh Nyoman Kariasa, SSn., Dosen PS Seni Karawitan

1. Pendahuluan

Seni Teater sebagai salah satu seni pertunjukan, memiliki peran yang sangat penting dalam perjalanan dan kehidupan seni di Indonesia. Dunia Teater banyak melahirkan seniman-seniman berbakat dan sutradara terkenal. Diantaranya adalah Garin Nugroho. Seorang sutradara terkenal yang banyak menghasilkan karya-karya besar  seperti; film feature, dokumenter, film pendek, iklan, video musik dan pertunjukan teater.  Salah satu karya terbaik dalam pertunjukan teater adalah Tusuk Konde, dua dari tri logi Opera Jawa yang berbentuk Teater musical. Teater ini telah menunjukan keberhasilannya dengan mengadakan pentas keliling di beberapa negara Eropa dan Indonesia. Mendapat sambutan yang luar biasa dari penonton maupun dari para pengamat seni. Kami berhasil menonton pertunjukan Opera Jawa di Teater Besar ISI Surakarta pada tanggal 25 Oktober 2010. Jiwa jaman dan semangat jaman kekinian seperti, cinta, perselingkuhan, amarah, kekuasaan dan perlawanan, sekiranya sangat relevan dan dijadikan isu utama yang diembuskan oleh seorang sutradara Garin Nugroho dalam  Opera Jawa dengan Tusuk Kondenya.

Opera jawa telah mengalami transpormasi medium ekspresi sejak tahun 2005 hingga 2010. Dari film, teater rakyat, instalasi, dan yang terakhir dengan opera (teater musikal). Perubahan medium ini, bagi seorang Garin merupakan kelahiran kembali, yang menjadi perjalanan baru sekaligus perjalanan pulang ke masa remaja atau anak-anak. Tusuk Konde  adalah bagian dua dari trilogy yang merupakan tafsir bebas dari Ramayana. Trilogi pertama bertajuk “ Ranjang Wesi”, sebuah teater rakyat. Sedangkan Tusuk Konde adalah sebuah teater musikal yang berupaya menghidupkan kembali tradisi penari-penari yang sekaligus menembang, karena tembang adalah filosofi dalam sebuah gerak tubuh. Tusuk Konde adalah sebuah kerja seni menggabungkan bentuk-bentuk ekspresi seni pertunjukan : wayang, ketoprak, teater modern, hingga upacara-upacara. Sehingga seni ini merupakan seni Jawa multikultural (Solo, Banyumas, Klaten).  Jawa yang bertemu Sunda, Minang, Nias, Seni rupa modern hingga teater modern.

2. Sinopsis

Rama, Sinta dan Rahwana dilahirkan kembali di sebuah desa kecil di Jawa. Cinta segitiga pun berkembang diantara mereka bertiga. Kisah berawal ketika Sinta memilih Rama sebagai pendamping hidupnya. Sinta memberi Rama sebuah jepitan rambut dan Rama memberikan Sinta sehelai rambutnya sebagai sumpah setia pernikahan. Rahwana memiliki sebuah bakul-bakul padi yang terbuat dari bambu sebagai simbul pegunungan dan dominasi kehidupan. Rama harus pergi jauh untuk bekerja. Sinta tidak boleh pergi keluar rumah selama Rama pergi  bekerja. Rama menggambarkan lingkaran ajaib di sekeliling Sinta untuk menjaga Sinta dari mara bahaya. Rahwana menghujani Sinta dengan cinta dan kasih sayang selama Rama pergi. Sinta yang kesepianpun mulai tergoda. Sinta bingung dan mulai mengalami dilema; Ia ingin setia terhadap Rama Ia juga tak kuasa menahan rayuan Rahwana. Sinta sempat mengindahkan Rahwana namun kemudian Sinta menuruti kehendak hatinya untuk bermain api dengan Rahwana. Rama yang mengetahui kejadian itu sangat marah dan menginginkan sinta kembali menjadi miliknya. Rama yang biasanya bijak dan tenang tidak dapat menahan amarahnya. Dikuasai oleh angkara murka, Rama membunuh Rahwana. Rama pun membunuh Sinta dengan menggunakan jepit rambut pemberian Sinta.

Tusuk Konde Dua dari Trilogi Opera Jawa Sebuah Teater Musikal Karya  Garin Nugroho selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...