Unsur Mistik Pada Pertunjukan Wayang Calonarang, Bagian I

Sep 24, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Ketut Gina, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan

Kata unsur artinya; bagian, elemen. Mistik yang dapat diartikan; kandungan sebagai penyebab olah rasa secara spontanitas mengalami perubahan. Jadi unsur-unsur mistik adalah bagian-bagian atau elemen-elemen yang mengandung sebagai penyebab olah rasa pada seseorang secara spontanitas mengalami perubahan disaat menyaksikan pertunjukan. Perubahan perasaan tersebut terdapat pada bagian-bagian tertentu di dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung yang meliputi :

a). Unsur Mistik Melalui Tabuh Iringan

Gamelan Semarandana sebagai musik pengiring pertunjukan Wayang Calonarang merupakan barungan gamelan, yang mengandung unsur magis ditinjau dari warna tabuh atau gending yang digunakan ajtuh pada nada deng. Menurut keterangan Alit Pustaka, hal seperti itu dapat kita lihat pada tabuh bebarongan, tabuh tunjang atau pengelinangkara Rangda, karena suara gamelan banyak jatuh pada nada E (deng), seperti halnya tabuh bebarongan yang digunakan disaat barong keluar menari-nari, begitu pula tabuh tunjang atau pengelinangkara digunakan saat Rangda keluar menari-nari. Kedua tabuh itu digolongkan sakral (gending tenget dalam Bahasa Bali), maksudnya gending tersebut tidak bisa digunakan pada sembarang tempat dan waktu, maka dari itu disebut gending pengaradan. Pada gending pategak sekar wangi yang diciptakan oleh I Wayan Pustaka Alit dibentuk dan tersusun sedemikian rupa, dengan diselipkan gending bebarongan bertujuan untuk membangkitkan aura magis pada pertunjukan.

Gending tunjang ini sering digunakan pada waktu ngereh Barong (Ratu Bagus) Rangda (Ratu Ayu) dan Rarung (Ratu Mas), yang diadakan di Kuburan (Pemuwunan Setra) disaat Kajeng Kliwon bulan mati (semalam bulan tidak tampak). Gending tunjang mampu mengundang (ngarad) para Bebutan (pengikut Betari Durga), maka gending tunjang akan dapat mempercepat prosesi ngereh. Di dalam pertunjukan Wayang Calonarang juga terdapat gending tunjang, yaitu disaat ngereh yang dilakukan di kuburan oleh Diah Padma Yoni (Walu Nata) dan Diah Ratna Menggali, dengan tujuan agar dapat mempercepat proses perubahan wujud yang diinginkan seperti Walu Nata menjadi Rangda, dan Diah Ratna Menggali menjadi Rarung. Ngereh pada pertunjukan Wayang Calonarang sering juga disebut ngelinting.

Tabuh bebarongan, tunjang, ngereh, dan saat klimak yaitu pertarungan antara barong dengan rangda. Itulah sebabnya setiap pelaksanaan ngereh diusahakan menggunakan musik iringan barungan Gong Semarandahana, juga bisa dipakai barungan gong semar pegulingan (sapta nada), setidak-tidaknya gong kebyar (panca nada), karena suaranya mengandung aura magis, yang akan dapat memperlancar proses ngereh.

b). Unsur Mistik Pada Penyacah

Pada penyacah kanda Calonarang juga disebut pangelengkara. Pangelengkara itu diucapkan oleh sang dalang setelah selesai Alas Arum (setelah wayang keluar dan duduk sesuai tempat tokoh masing-masing), disertai dengan meng-ayunkan blencong. Penyacah kanda Calonarang di atas, yang disusun oleh sang dalang dengan rangkaian kata-kata, sehingga membentuk suatu pola untuk mendatangkan aura mistis itu sendiri. Dengan keberanian sang dalang seperti itu sangat jelas, sang dalang telah memiliki kemampuan yang sangat mendalam tentang konsep Rwa-Bhineda, sehingga bisa menempatkan di dalam badan wadag (Bhuana Alit), mampu menyatukan isi buana agung di dalam buana alit sang dalang, itulah sebabnya sang dalang berani mengungkapkan keberadaan ilmu hitam dalam Ajian Calonarang. Menurut tingkatan ilmu yang dimiliki oleh Calonarang  sudah mencapai tingkat sangat tinggi yaitu tingkat sebelas (tumpang solas).

c). Unsur Mistik Pada Antawacana

Antawecana juga disebut dengan percakapan atau dialog Twalen dengan mredah, tokoh Twalen yang mewakili dalang itu sendiri secara langsung menantang orang yang memiliki ilmu hitam agar datang mencoba kemampuan dalang. Pada antawecana kedua punakawan, yang membicarakan tentang keadaan Kerajaan Kediri sedang dilanda wabah penyakit (grubug) karena ulah para pelaku pengiwa atau orang yang menganut ilmu hitam. Hal itu terlihat jelas ada unsur mistis yang terkandung, apalagi dengan melantunkan gending basur yang juga disebut gending pengaradan.

            Kutipan antawecana atau dialog Twalen dan Mredah seperti telah dijelaskan di atas, bahwa dengan menampilkan tokoh Twalen sebagai sosok dalang menantang orang-orang atau para pelaku pengiwa untuk mengadu kemampuan. Sang dalang berani melakukan hal tersebut, karena dia sudah mampu mengendalikan unsur negatif (magis) yang akan mengganggu.

Unsur Mistik Pada Pertunjukan Wayang Calonarang Bagian I, selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...