Unsur Mistik Pada Pertunjukan Wayang Calonarang Bagian II

Oct 6, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Ketut Gina, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan

Unsur Mistik Pada Tembang

Pada tembang atau Gending Basur (Ginada Basur) yang dilantunkan oleh Twalen mengandung unsur mistik, karena mengungkap adanya ilmu hitam pada saat terjadinya perubahan wujud (ngelekas), hal itu dapat kita lihat pada babak III sebagai berikut:

”Liak destine mecanda

Ngawetuang wisia mandi

Ngelarang aji pangiwa

Siwa gni mwang siwa gandu

Durga sakti kearcana

Ngawe gering

Sasab grubug lan merana”. (pupuh ginada basur).

Arti bebasnya adalah :

Para pelaku mejik pada bersenang-senang

Mengeluarkan aura yang menakutkan

Bagi para yang melakukan ajaran mejik

Seperti siwa geni dan siwa gandu

Betari Durga yang dipuja

Yang menimbulkan wabah penyakit

Wabah penyakit dan perhara

Pupuh Ginada Basur di atas pada prinsipnya adalah pengundangan (pengaradan), artinya sang dalang mengundang para pelaku mistik (leak) agar datang ke tempat pementasan, guna mencoba kemampuan sang dalang itu sendiri, barang siapapun yang berani memasur (melantunkan pupuh Ginada Basur) di saat tengah malam, otomatis para pelaku mistik (leak) akan datang ke tempat di mana orang melantunkan tembang itu. Bagi orang-orang yang menganut ajaran mejik (pengeleakan) selalu mengharapkan kehancuran orang lain, dengan menghalalkan segala cara agar, orang lain kena musibah yang menyebabkan kematian.

Di bawah ini dilanjutkan pada kutipan pupuh ginada basur sebagai berikut:

”Dasaksara kaincepang

Panguripan panca geni

Manyumbah mider buana

Kaja Kelod Kangin Kauh

Pamurtyan Ongkara sungsang

Sinah ugig

Ngawe laliate nyungsang”. (pupuh ginada basur)

Arti bebasnya adalah :

Aksara yang jumlahnya sepuluh itu terus direnungkan

Yang mampu menghidupkan panca geni

Menyembah kepada empat penjuru

Utara Selatan Timur dan Barat

Yang akan melahirkan ongkara terbalik

Sudah jelas merusak

Yang membuat pengelihatan terbalik

Keterangan dari pupuh ginada di atas adalah yang dilakukan oleh orang yang belajar ilmu pengiwa, maka dia akan memeras aksara yang jumlahnya sepuluh butir itu sebagai dasar (sa, ba, ta, a, i, na, ma, si, wa, ya), kemudian menjadi Pancaksara. Pancaksara kemudian menjadi tri aksara, seterusnya menjadi dwi aksara, dan akhirnya menjadi ekaksara yakni Ongkara: ongkara ngadeg atau berdiri sebagai dasar panengen, dan ongkara sungsang atau terbalik sebagai dasar pengiwa. Karena keadaan menjadi terbalik maka terbalik pula persepsi orang melihat fisik pelaku ilmu hitam tersebut, seperti halnya mistik berasal dari bahasa Inggris Mistake yang artinya salah persepsi pandangan orang kepada benda hasil dari pelaku ilmu hitam tersebut. Nara sumber di atas mengindikasikan bahwa, terjadinya perubahan wujud bagi pelaku ilmu hitam akan dilihat berbeda bagi orang yang tingkatan kedyatmikannya lebih rendah dari pelaku ilmu hitam itu sendiri. Kalau kemampuan yang dimiliki lebih tinggi dari pelaku ilmu hitam itu sendiri, maka perubahan wujud itu tidak akan nampak atau orang tersebut tidak mampu dikelabui oleh pelaku ilmu hitam. Kardji dalam bukunya yang berjudul Ilmu Hitam dari Bali menyebutkan bahwa, Gegendu bisa berubah wujud menjadi sapi, kerbau, kuda, yang merupakan wujud pengeleakan tingkat lima (5), akan tetapi jika kita bisa mengamati secara cermat, akan kelihatan dengan jelas bahwa kaki sapi, kerbau, kuda jadi-jadian tersebut sesungguhnya hanya berkaki tiga (3), orang yang memiliki ilmu panengen kelas tinggi akan melihat hal yang sebenarnya, yakni seorang yang memakai tongkat, berkain kancut (wiron) putih, berselimut putih, memakai kerudung seperti suster.

Di bawah ini ada lagi pupuh ginada yang memngungkap keberadaan ajaran ilmu hitam sebagai berikut:

”Mamusti masuku tunggal

Nunggalang adnyana sandhi

Japa mantra kauncarang

Ngamijilang geni murub

Tuhu luih mawisesa

Iku yukti

Brahma Semeru ngaranya”. (pupuh ginada basur).

Arti bebasnya sebagai berikut :

Berdoa posisi berdiri dengan satu kaki bertumpu di tanah

Berkonsentrasi penuh terpusat di hati

Dengan membaca mantra

Mengeluarka api berkobar-kobar

Sangat menakjubkan dan sangat dahsyat

Itulah yang disebut brahma semeru.

Pupuh Ginada Basur di atas menjelaskan bahwa orang yang telah memiliki ilmu hitam tingkat tinggi hingga tingkat kesebelas yang disebut Aji Brahma Semeru, yang mampu mengeluarkan api dari ubun-ubunnya hingga menembus langit, akan sangat membahayakan bagi orang yang terkena serangannya dengan radius tertentu. Ilmu seperti itu menurut tingkatannya adalah tingkat kedelapan. Kalau dibandingkan dengan tingkatan ilmu yang dimiliki oleh Rarung yang mencapai tingkat kesembilan, berarti Aji Brahma Semeru setingkat berada di bawah Ajian Pudak Sategal.

Unsur Mistik Pada Pertunjukan Wayang Calonarang Bagian II selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...