Wujud Garapan Pustaka Tarka

Sep 30, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Made Darma, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan ISI Denpasar.

Kelir

Kelir merupakan media untuk menampilkan bayangan dalam pertunjukan wayang kulit. Dalam garapan ini penulis menggunakan sebuah kelir yang berukuran :

–            Panjang  : 2,5 meter

–            Lebar     : 1,5 meter

Pemakaian kelir dengan panjang 2,5 meter dan lebar 1,5 meter tersebut bertujuan untuk memudahkan untuk memainkan wayang melalui pencahayaan lampu listrik dan LCD.

Wayang

Wayang di bali  pada umumnya terbuat dari bahan kulit sapi yang ditatah, kemudian diberi warna dan atribut sesuai dengan karakternya masing-masing. Wayang yang dipakai dalam pakeliran yang berjudul Pustaka Tarka ini kurang lebih sebanyak 25 buah diantaranya:

–            Satu buah kayonan adalah wayang yang keluar pertama yang melambangkan dunia dalam pewayangan

–            Gana kumara adalah wayang berwujud gana, putra dari Dewa Siwa.

–            Dewa Brahma adalah wayang berwujud Dewa Brahma.

–            Dewa Siwa adalah wayang yang berwujud Dewa Siwa.

–            Dewa Wisnu adalah wayang yang berwujud Dewa Wisnu.

–            Begawan Asmaranata adalah Wayang berwujud Begawan sebagai pemimpin pesraman kasurgwarena.

–            Twalen adalah wayang panakawan dari pihak kanan dalam pewayangan.

–            Merdah adalah wayang panakawan dari pihak kanan dalam pewayangan

–            Delem adalah wayang panakawan dari pihak kiri dalam pewayangan.

–            Sangut adalah wayang panakawan dari pihak kiri dalam pewayangan

–            Empat buah tokoh raksasa adalah wayang yang berbentuk wujud raksasa.

–            Lima buah bala-bala adalah wayang sebagai rakyat atau prajurit.

–            Lima tokoh dewata (panca dewata) adalah wayang yang berbentuk dewa-dewa.

Iringan

Iringan merupakan bagian yang sangat penting di dalam suatu pementasan, begitu juga pada garapan pakeliran. Karena iringan tersebut berfungsi memberikan aksen-aksen pada setiap adegan yang akan digunakan dalam suatu pementasan.

Di dalam garapan ini, penulis menggunakan iringan Gamelan Semaradana, karena dengan menggunakan gamelan Semaradana akan bisa dibuat aksen yang lebih mantap maupun gending-gnding wayang agar sesuai dengan cerita yang penulis garap. Garapan ini diharapkan nantinya dapat memberikan kesan sesuai dengan yang saya inginkan melalui suasana yang ditampilkan didalam pementasan. Adapun barungan gamelan Semarandhana yang dipakai adalah sebagai berikut :

–            Dua buah gender rambat,

–            Dua buah gangsa,

–            Dua buah kantil,

–            Dua buah jublag,

–            Dua buah kendang,

–            Satu buah tawa-tawa,

–            Satu buah cengceng ricik,

–            Satu buah klentong,

–            Satu buah klenang,

–            Satu buah kempur,

–            Satu buah kajar,

–            Satu buah gong,

–            Dua buah suling, dan

–            Satu buah rebab.

Susunan Pepeson

Babak I

–            Kayonan,

–            Prolog dengan vocal dan iringan,

–            Dialog gana Kumara dengan begawan Asmaranata.

–            Di artikan oleh Twalen dan Merdah.

–            Gana Kumara memimpin pesraman Kasurgwarene.

–            Twalen menjadi peramal gadungan yang di bantu oleh Merdah.

Babak II

–            Kayonan

–            Narasi dalang dengan iringan.

–            Dewa Wisnu datang kepada Gana Kumara dengan tujuan untuk diramal

–            Adegan ini memakai peran orang.

Babak III

–            Di alog Delem dan Sangut.

–            Dewa Brahma datang kepada Gana Kumara dengantujuan untuk di ramal.

–            Di alog Gana Kumara dengan Dewa Brahma yang di artikan Twalen, Merdah dan Delwm Sangut.

–            Konplik terjadi antara Gana Kumara dengan Dewa Brahma.

–            Gana Kumara di bantu oleh Dewa Siwa.

–            Perang antara kekuatan Dewa Brahma dengan kekuatan Dewa Siwa.

–            Dewa Brahma mengeluarkan seratus delapan raksasa dari dalam tubuhnya.

–            Dewa Siwa mengeluarkan panca dewata dari dalam tubuhnya.

–     Para raksasa dapat di taklukan oleh Panca Dewata

Tata Cahaya

Di dalam penataan cahaya garapan ini memakai pencahayaan lampu listrik. Dalam garapan ini dipakai satu buah LCD,selain itu garapan ini akan memakai lampu efek seperti lampu warna-warni (torbo ) dengan harapan untuk dapat memberikan aksen-aksen tertentu dalam garapan ini.

Pembabakan Lakon

–      Babak I

Gana kumara menghadap Begawan Asmaranata, berbincang-bincang mengenai keberadaan pesraman Kasurgwarena.Karena Gana kumara sudah mendapat panugrahan Pustaka Tarka oleh Dewa Siwa, maka Gana kumara di serahkan untuk memimpin pesraman Kasurgwarena. Yang di bantu oleh Twalen dan Merdah. Dalam kesempatan ini Twalen menjadi peramal gadungan yang di bantu oleh Merdah.

–      Babak II

Di ceritakan dewa Wisnu dan dewa Brahma cemburu sosial melihat Gana kumara di beri penugrahan Pustaka Tarka oleh Dewa Siwa. Dewa Wisnu datang kepada Gana kumara dengan tujuan untuk meramal dirinya. Dalam adegan ini memakai peran orang. Waktu Gana keluar klir gelap.

–      Babak III

 Menyusul kedatangan Dewa Brahma dengan tujuan akan memuji kemampuan Gana Kumara. Dewa Brahma meminta kepada Gana Kumara supaya di ramal. Berapa sebenarnya Dewa Brahma mempunyai kepala. Sedangkan satu kepalanya sudah disembunyikan di dalam perutnya.Hal itu di ketahui oleh Dewa Siwa, kepala Dewa Brahma yang di simpan dalam perutnya, di ambil oleh Dewa Siwa dengan tangan ajaibnya. Setelah diramal oleh Gana Kumara Dewa Brahma di katakana mempunyai empat kepala dan akan menjadi catur muka. Dewa Brahma sangat marah terhadap Gana Kumara. Dewa Brahma mengeluarkan seratus delapan raksasa dari dalam tubuhnya, yang akan menyerang Gana Kumara. Gana Kumera di bantu oleh Dewa Siwa. Dewa Siwa mengeluarkan Panca Dewata dari dalam tubuhnya. Terjadilah perang antara Panca Dewata dengan para raksasa. Yang di menangkan oleh Panca Dewata.

Wujud Garapan Pustaka Tarka selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...