SENI MURAL SEBAGAI PEMBENTUK FOCAL POINT PADA PERANCANGAN INTERIOR

Kiriman : Ni Luh Kadek Resi Kerdiati (Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar)

ABSTRAK

Mural merupakan seni lukis atau gambar pada media yang luas dan permanen. Digunakan sebagai sebuah alat komunikasi visual yang awalnya berfungsi sebagai media untuk menyuarakan berbagai kritik atau pesan politik, sosial, simbol solidaritas, atau berbagai isu yang tengah ada di masyarakat. Oleh karena fungsinya tersebut, seni mural umumnya dibuat pada fasilitas-fasilitas publik yang mudah dilihat publik. Keberadaaan mural diketahui telah ada sejak zaman prasejarah dan terus mengalami perkembangan seiring kemajuan zaman. Saat ini, seni mural tak hanya digunakan sebagai media penyampai pesan yang dibuat pada ruang publik, tetapi seni ini juga dapat digunakan untuk membentuk sebuah focal point pada perancangan interior. Dalam dunia perancangan interior sendiri, penggunaan prinsip focal point ini dimaksudkan untuk menghidupkan suasana ruang agar tidak terkesan hambar, statis, kurang menarik, dan membosankan. Melalui kajian beberapa sumber pustaka akan dibahas mengenai penerapan mural dalam bangunan publik maupun private, sehingga nantinya mampu menambah wawasan serta informasi mengenai seni mural dalam perancangan interior.

Kata Kunci : mural, focal point, interior

Selengkapnya dapat unduh disini

Seni Pertunjukan di Tengah Peluncuran Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2022

Kiriman : I Wayan Budiarsa (Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan, FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Menyikapi perkembangan zaman yang semakin kompleks, pemerintah tingkat I Bali mengeluarkan kebijakan berkerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi dan perguruan tinggi seni ISI Denpasar. Salah satu agenda yang telah terlaksana dengan program kerjasama kedua unsur lembaga tersebut adalah peluncuran Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 4 tahun 2022. Peluncurannya pada hari Selasa, 4 Januari 2022 yang bertempat di Wantilan Pura Samuan Tiga, Bedulu Gianyar dengan menyertakan penyajian tarian Panyembrama, tari topeng Dalem Arsa Wijaya dan diiringi dengan gamelan Gong Kebyar. Inti dari Surat Edaran tersebut merupakan Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru, bertujuan untuk mengatur tentang tata kelola melestarikan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi yang merupakan warisan yang adi luhung leluhur Bali dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam, manusia atau krama, dan kebudayaan Bali secara sekala-niskala yang orisinal dan genuine Bali.

Kata kunci: Seni, Surat Edaran, Gubernur Bali, Disbud-ISI Denpasar.

Abstract

Responding to the increasingly complex development of the era, the Bali Government level I issued a policy in collaboration with the Provincial Culture Service and the ISI Denpasar arts college. One of the agendas that have been implemented with the cooperation program of the two elements of the institution is the launch of the Governor of Bali Circular Letter Number 4 of 2022. The launch will be on Tuesday, January 4-2022, which takes place at the wantilan Temple of Samuan Tiga, Bedulu Gianyar by including the presentation of the Panyembrama dance, the mask dance of Dalem Arsa Wijaya and accompanied by the gamelan Gong Kebyar. The essence of the Circular is the Life Order of the Balinese Community Based on the Values ​​of Local Wisdom of Sad Kerthi in the New Bali Era, which aims to regulate governance to preserve the values ​​of local wisdom of Sad Kerthi which is a noble heritage of Balinese ancestors in maintaining balance. and the harmony of nature, humans or manners, and Balinese culture on an original and genuine Balinese scale.Keywords: Art, Circular, Governor of Bali, Disbud-ISI Denpasar.

Selengkapnya dapat unduh disini

KAJIAN ESTETIKA BENTUK DAN FUNGSI  SENI INSTALASI “MENANAM AIR”  KARYA I WAYAN SUDARNA 

Kiriman : Made Tiartini Mudarahayu (Program Studi Desain Mode, FSRD Institut Seni Indonesia Denpasar)

ABSTRAK

I Wayan Sudarna merumuskan sebuah konsep berkesenian yang tidak hanya dapat memuaskan dirinya sebagai seniman, namun juga dapat membantu lingkungan dan masyarakat sekitar. Berdasarkan kesadaran tersebut, maka lahirlah sebuah gagasan untuk menciptakan proses berkesenian “Menanam Air”. Merupakan analogi dari sebuah proses penanaman tunas pohon. Akar pohon diharapkan mampu menjaga tanah dari bahaya longsor, menyimpan dan menahan air, sehingga tanah tetap subur dan terhindar dari bencana kekeringan. Namun dalam praktiknya, beberapa dari tunas pohon yang ditanam melalui konsep berkesenian ini layu dan mati, berbagai faktor seperti cuaca, tingkat kesuburan tanah, jumlah air dan anyaman bambu yang menghambat pertumbuhan tunas tersebut.

Materi yang diuraikan dalam artikel ilmiah ini adalah estetika bentuk dan fungsi dari seni instalasi “Menanam Air” karya I Wayan Sudarna. Materi tersebut akan dianalisis menggunakan teori estetika dari Edmun Burke Feldman dan A.A. M. Djelantik. Metode yang digunakan untuk melakukan kajian adalah dengan metode kualitatif.

Secara umum, seni instalasi “Menanam Air” merupakan sebuah karya eco art yang memiliki nilai estetika bentuk dengan dominasi garis lengkung yang memberi kesan dinamis, serta garis vertikal yang memberi kesan kuat dan kokoh. Bidang organis, tekstur nyata kasar dengan warna alami bambu menjadi ciri khas dari karya seni instalasi ini. Namun jika dilihat pada aspek fungsinya, anyaman bambu ini justru menjadi salah satu faktor penyebab matinya tanaman yang ada di dalamnya. Sehingga dibutuhkan penyempurnaan untuk mecapai tujuan awal dari terciptanya karya seni ini.

Kata kunci: seni instalasi “menanam air”, estetika bentuk, fungsi, anyaman bambu

 Selengkapnya dapat unduh disini

KAIN TRADISIONAL BALI DAN CARA PENYIMPANAN YANG TEPAT

Kiriman : Ni Kadek Yuni Diantari (Program Studi Desain Mode) dan Putu Ari Darmastuti (Program Studi Desain Interior)

Tekstil berasal dari kata “textere” yang berarti menenun. Tekstil sebagai kebutuhan pokok manusia merupakan hasil budaya yang mengalami perkembangan dari masa ke masa dari bentuk sederhana berupa serat kemudian berkembang menjadi benang dan kain. Tekstil diartikan pula sebagai kain yang diperoleh dengan cara memintal, menenun, merajut, menganyam atau membuat jala benang yang diperoleh dari berbagai serat. Hingga saat ini masih banyak tekstil yang dibuat dengan cara menenun, meskipun banyak kain bisa dihasilkan dengan cara lain seperti menganyam, merenda dan merajut. Di samping itu peralatan yang digunakan juga semakin berkembang sesuai teknologi dan tuntutan pada masanya.

Tekstil tradisional merefleksikan keanekaragaman suku bangsa berbagai daerah di Indonesia. Kain tenun tradisional Indonesia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu kain batik, tenun ikat, tenun songket, dan seni sulaman (Marah, 1982/1983:4). Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki keragaman kain tenun tradisional. Kain tenun Bali memiliki makna, nilai sejarah yang dipakai untuk keperluan upacara, baik untuk dikenakan oleh perseorangan yang akan melakukan atau yang akan diupacarakan sesuai dengan adat kepercayaan di Bali maupun sebagai pelengkap upacara. Di daerah Bali yang memiliki 8 kabupaten dan 1 kota dengan mayoritas penduduk beragama Hindu terdapat adat budaya serta tradisi yang memengaruhi keanekaragaman corak tenun yang khusus di setiap daerah. Menurut lontar Purana Bali, menenun merupakan wujud aktivitas berkesenian dalam kehidupan masyarakat Bali yang berawal dari turunnya Dewi Ratih ke bumi untuk mengajarkan masyarakat Bali menanam kapas dan mengolahnya menjadi kain atau wastra (Brigitta, dkk, 1997: 7).

Selengkapnya dapat unduh disini

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM PERANCANGAN RUANG TIDUR YANG BAIK

Kiriman : I Putu Udiyana Wasista (Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar)

ABSTRAK

Tidur merupakan salah satu kebutuhan vital dalam kehidupan manusia. Kurang tidur dapat memengaruhi produktivitas hingga menyebabkan munculnya berbagai penyakit. Kualitas tidur yang baik ditandai dengan indikator terhadap lamanya tidur, kondisi saat terbangun, serta fase-fase tidur yang tepat. Untuk menjaga kualitas tidur ini, salah satunya diperlukan strategi untuk membangun ruang tidur yang sesuai. Penelitian ini menggunakan sistem review literatur Dengan memerhatikan suhu, aliran udara, penggunaan warna, dan penempatan fasilitas, kualitas tidur yang baik dapat dibentuk. Namun tentunya dibutuhkan penelitian lain lagi, untuk menggali hubungan konkret perancangan ruang terhadap kualitas tidur penggunanya.

Kata kunci: tidur, desain, interior, ruang, tidur.

Selengkapnya dapat unduh disini

BatuArt Festival #3 Perlombaan Tari Topeng Berpasangan “Penangkilan” Se-Bali 2021

Kiriman : I Wayan Budiarsa (Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan, FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Pada tahun 2021 Batu Art Festival telah memasuki pelaksanaannya yang ke-3, dengan materi perlombaan topeng berpasangan “panangkilan”, lomba melukis gaya Batuan, pameran seni rupa, kerajinan, workshop lukisan gaya Batuan, workshop topeng gaya Batuan, dan pemeran tanaman bonsai. Di pengujung tahun 2021, walau dalam suasana pandemi Covid-19, dan wacana teror virus varian baru omicron tidak menyurutkan semangat Sekaa Truna Desa Adat Batuan Gianyar untuk melaksanakan perlombaan, yang sekaligus persiapan menuju Sahasra Warsa Baturan di tahun 2022 yang akan datang. Kegiatan tersebut didukung penuh oleh Desa Adat, dan beberapa sponsor, serta diikuti oleh 18 pasang peserta dari seluruh Bali dengan mengusung lakon-cerita Maha Sirikan, serta mengangkat tema “Angemit Taksuning Baturan Nuju Sahasra Warsa Baturan 2022”.

Kata kunci: BatuArt#3, lomba topeng, berpasangan, pameran, workshop, Sahasra.

Abstract

In 2021 the BatuArt Festival has entered its 3rd implementation, with material for a paired “panangkilan” mask competition, a Batuan-style painting competition, an exhibition of fine arts, crafts, a Batuan-style painting workshop, a Batuan-style mask workshop, and a bonsai plant actor. At the end of 2021, even in the atmosphere of the COVID-19 pandemic, and the discourse of the new variant of Omicron virus terror did not dampen the enthusiasm of Sekaa Truna in the Batuan Gianyar Traditional Village to carry out the competition, which is also preparation for the upcoming Sahasra Warsa Baturan in 2022. The activity was fully supported by the Traditional Village, and several sponsors, and was attended by 18 pairs of participants from all over Bali by bring the Maha Sirikan story play, and with the theme “Angemit Taksuning Baturan Nuju Sahasra Warsa Baturan 2022″.Keywords: BatuArt#3, mask competition, pairs, exhibition, workshop, Sahasra.

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...