ANSEL ADAMS Sang Maestro Fotografi Hitam Putih

Jan 14, 2010 | Artikel, Berita, pengumuman

Ansel Adams (20 Februari 1902-22 April 1984).

Penulis : I Made Saryana

Ansel Adams

Ansel Adams

Sebuah lukisan yang terjual dengan harga ratusan juta bahkan milyaran rupiah itu sudah menjadi sesuatu yang biasa, akan tetapi ketika harga sebuah foto ada yang terjual mencapai ratusan juta, hal itu adalah sesuatu yang luar biasa. Salah satu fotografer  Amerika terkemuka yaitu Ansel Adams  rata-rata karyanya terjual 300 jt (Tetone and Snake River, Grand Teton National Park 1942). Harga termurah 80 jt (Duves, Oceano, CA 1963). Bahkan salah satu karyanya ada yang terjual 150.000 US atau sekarang setara Rp. 1.350.000.000;

Ansel Adams adalah seorang fotografer yang paling harum namanya di dunia fotografi dan karya-karyanya sangat diburu para kolektor. Karya seni foto yang paling banyak dibuat dan paling berkesan dipandang oleh setiap mata pengamat fotografi adalah karya-karya foto pemandangannya, bercitarasa tinggi, hingga dijuluki karya fotografi pemandangan yang termahal di dunia. Siapapun melihat karya Ansel Adams pasti sepakat dengan harga mahal, sangat luar biasa, indah, detail termasuk kontras dan pencahayaan tidak ada cacatnya ini adalah pencapaian tertinggi dalam sejarah perkembangan seni fotografi dunia.

Ansel Adams lahir di San Fransisco, ayahnya Hitchcock Adams adalah seorang pengusaha. Sedangkan ibunya Olive Bray seorang ibu rumah tangga. Adams kecil sudah menampakan kecerdasannya dan tergolong anak yang hiperaktif dan memiliki gangguan kesulitan membaca, sehingga pendidikannya hanya setara SLTP. Satu-satunya kegembiraan Adams kecil adalah menikmati alam, dekat jembatan The Golden Gate. Hampir setiap hari ia terlihat bermain-main di sana  seusai les piano yang dijalaninya. Sejak belasan tahun Adams sudah senang memotret dan dalam usia 17 tahun dia telah bergabung dengan sebuah klub pencinta alam, sierre club.

Tahun 1927 sangat menentukan karier Adams, karena ia menghasilkan serial foto ”Monolith, the Face of Half Dome” di Taman Nasional Yosemit. Tahun 1930 berjumpa fotografer Paul Strand juga Alfred Stieglietz  sejak itu Ansel Adams bertekad menciptakan karya foto tanpa manipulasi (straight photography) tidak ada dodging atau burning. Kemudian 1932 Adams bersama Edward Weston mendirikan grup f/64, kelompok fotografer yang memotret hanya dengan bukaan diafragma 64 untuk mendapatkan ketajaman gambar yang maksimal.

Popularitas Ansel Adams sebagai Fotografer terkemuka dari Amerika Serikat ini, didapat dari usahanya yang sangat keras di bidang fotografi hitam putih. Karya-karyanya dibuat dengan penuh pemikiran serta pengalamannya di laboratorium bertahun-tahun, kesabaran dan keuletan di lapangan (bekerja 18 jam sehari) dan tidak pernah libur, sehingga menghasilkan karya yang spektakuler dan memiliki citarasa yang tinggi. la sangat intens dalam mempelajari sifat-sifat film dan kertas hitam putih. Pendalamannya yang merupakan gabungan antara teori dasar fotografi dan pengalaman empiris itu akhirnya membuahkan teori sistem zone (zone system) yang banyak dianut para fotografer hitam putih di seluruh dunia. Ansel Adams memberikan seluruh penemuannya kepada kita semua tanpa sedikitpun dirahasiakannya. Dengan sistem zona ini Ansel Adams tidak pernah butuh koreksi pencetakan, mencetak karya Adams adalah mencetak durasi persis sama pada semua fotonya dan negatif film Adams adalah hasil final.

Sistem Zona adalah sebuah teori fotografi hitam putih, di mana dalam sistem ini tiap nada di alam punya korelasi dengan sebuah kepekatan dalam foto hitam putih. Maka setiap fotonya dapat dilihat warna putih dan hitam tampil menawan sejajar dengan aneka gradasi abu-abu pada lembar yang sama. Sistem zona dapat juga diartikan sebagai pengukuran pencahayaan suatu obyek foto hitam putih dalam beberapa zone atau nilai terang-gelap dalam ukuran “stop”, di mana satu stop sama dengan kelipatan dua dari ukuran sebelum dan sesudahnya. Perbedaan stop dapat dilakukan dengan diafragma maupun kecepatan rana (dalam detik).

Skala nada (tones) atau gradasi foto dalam sistem zona ini  dibagi menjadi 10 tingkatan zone, yaitu dari zone 0-zone 9. Yang disebut zone nol (0) adalah hitam total maksimal yang bisa dicapai kertas foto, sedangkan zone 9 adalah putih total pada kertas foto yang belum pernah tersinari sama sekali. Zone 0-3 biasa disebut zone bayangan, zone 4-6 adalah zone menengah yang biasanya menjadi “terjemahan” warna merah, biru atau hijau, sedangkan zone 7-9 adalah zone highlight atau zone terang untuk pantulan warna atau tekstur yang sangat tipis. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah pembagian masing-masing zone :

Dark Zone

Zone 0        : Hitam pekat tanpa tekstur.

Zone I         : Hitam pekat yang terdapat pada foto yang kita miliki.

Zone II       : Hitam dengan tekstur tipis mulai terlihat.

Texture Zone

Zone III     : Zone hitam dengan tekstur yang tersajikan dengan baik, misalnya rambut yang hitam, kain warna gelap, dan lain-­lain.

Zone IV     :   Abu-abu gelap dengan tekstur yang baik sekali, misalnya warna kulit orang Ambon dan Papua.

Zone V    :  Abu-abu netral (grey card 18%) merupakan patokan lightmeter kamera  dalam pengukuran cahaya (guide exposure).

Zone VI     : Abu-abu dengan tekstur penuh.

Zone VII  : Abu-abu muda dengan tekstur penuh dan merupakan nada terakhir dari abu-abu sebelum masuk dalam nada putih. Misalnya, highlight/bagian yang paling terang dari kain warna muda.

Light Zone

Zone VIII   : Putih dengan tekstur seperti kertas putih, cat putih atau salju.

Zone IX     :  Putih, tanpa tekstur.

Zone X       : Putih bersih dan merupakan putih yang terakhir dari skala nada.

Urutan dari setiap tingkat nada ke tingkat nada yang lain, dibedakan dengan perbedaan pencahayaan 1 stop, baik perbedaan dengan f-stop (diafragma) maupun dengan kecepatan rana (shutter speed) di kamera.

Selain menemukan  sistem zona Ansel Adams juga menghasilkan banyak buku  yang sangat terkenal dan dapat membantu masyarakat dalam mengapresiasi masalah fotografi. Adapun buku-buku tersebut antara lain: The John Muir Trail (1938), Michael and Anne in Yosemite Valley (1941), Born Free and Equal (1944), Illustrated Guide to Yo­semite Valley (1946), Camera and Lens (1948), The Negative .(1943), Yosemite and the High Sierra (1948), The. Print (1950), My Camera in Yosemite Valley (1950), My Camera in the Na­tional Parks (1950), The Land of Little Rain (1950), Natural Light Photography (1952), Death Val­ley (1954), Mission San Xavier dal Bac (1954), The Pageant of History in Northern California (1954), dan Artificial Light Pho­tography (1956). The Islands of Hawaii, (1958), Yosemite Valley (1959), Death Valley and the Creek Called Furnace (1962), These We Inherit: The Parklands of America (1962), Polaroid Land Photography Manual (1963), An Introduction to Ha­waii (1964), Fiat Lux: The Uni­versity of California (1967), The Tetons and the Yellowstone (1970), Ansel Adams (1972), Si­ngular Images (1974), Ansel Adams: Images 1923-1974, Photographs of the Southwest (1976), The Portfo­lios of Ansel Adams (1977), Po­laroid Land Photography (1978), Yosemite and the Range of Light (1979), The Camera (1980), The Negative (1981), den The Print (1983). Sedangkan buku otobiogra­finya tidak selesai dikerjakan karena ia keburu meninggal pa­da tahun 1984. Namun, buku­nya diselesaikan Mary Street Alinder dan, terbit tahun 1985.

Keberhasilan Adams dalam dunia fotografi yang tercermin melalui karya-karyanya juga tidak luput dari kritikan. Ada beberapa orang yang mengkritik karyanya dengan mengatakan bahwa karya Adams bagus karena objek yang difotonya memang indah. Namun sesungguhnya tidaklah demikian sebab kenyataannya banyak fotografer lain yang memotret objek yang sama dengan pencahayaan dan sudut pemotretan yang dirangcang semirip mungkin dengan karya Adams, tetapi hasilnya tidak sebagus karya-karya Adams. Kritikan lain adalah adalah dari Henri Cartier Bresson seorang fotografer kondang yang mengatakan ”Betapa miskinnya objek foto yang dipilih Adams, padahal dunia ini sangat beraneka ragam”, tapi yang dipotretnya hanyalah karang dan pohon.

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...