Keberadaan Gamelan Gong Gede di Pura Ulun Danu Batur (2)

Jan 13, 2010 | Artikel, Berita, pengumuman

Oleh: Pande Mustika

Gamelan Gong Gede ISI DenpasarMenyimak kata keberadaan semestinya kita mengingat kembali sejarah-sejarah yang pernah dialami di Pura Ulun Danu Batur Desa Batur. Sejarah adalah suatu proses penciptaan dan pemuasan serta penciptaan ulang dari kebutuhan-kebutuhan manusia yang terus-menerus. (Marx,  1986 : 27)

Timbulnya gamelan Gong Gede di Pura Ulun Danu Batur, belum dapat diketahui secara pasti. Hal mana disebabkan oleh kurangnya data-data yang memuat tentang gamelan tersebut, baik yang berupa lontar, prasasti maupun tulisan-tulisan lainnya. Sebagai corak kebudayaan yang sifatnya oral tradisi, mereka berikan hanya bersifat perkiraan informasi dari mulut ke mulut orang-orang tertua terdahulu. Mereka mengatakan bahwa gamelan itu sudah di embannya sejak dahulu atau mereka mengatakan gamelan warisan dari leluhurnya (tetamian).

Menurut informasi Jero Gede Duuran dan Jero Gede Alitan, bahwa gamelan Gong Gede tersebut diperkirakan ada pada tahun 1204 masehi. Di samping itu juga informasi mengatakan bahwa, kondisi gamelan yang ada dulunya tidaklah selengkap seperti apa yang dapat kita lihat sekarang. Gamelan ini diperkirakan berkembang sesudah abad ke XII (Jero Gede Duuran, Jero Gede Alitan wawancara 19 April 2006).

Informasi dari Jero Nyoman Tekek, pada tahun 1835 Raja Majapahit memberikan dua pasang instrumen gong, satu buah kempul, dan satu buah bende kepada pengempon pura yang ada di Desa Sinarata (Pura Batur). Setibanya di Bali, gong yang suara dan ukurannya lebih besar disimpan di Pura Ulun Danu Batur, dan gong yang ukuran serta suaranya lebih kecil diambil oleh Raja Bangli. Lama-kelamaan gong tersebut disumbangkan kepada Desa Sulahan. Sedangkan kempul dan bende tetap disimpan di pura Batur di bawah kaki gunung Batur. (Jero Tekek, wawancara 18 Nopember 2004)

Instrumen yang ada pada waktu berada di pura Batur Desa Batur di kaki gunung Batur adalah instrumen Trompong Ageng (Gede), Trompong Alit, empat buah gangsa Jongkok Penunggal, empat buah gangsa Jongkok Pengangkep Ageng, empat buah gangsa Jongkok Pengangkep Alit (Curing), empat buah Penyacah, empat buah Jublag, satu buah Riyong Ponggang, satu buah kempul, satu pasang gong, dan beberapa pasang Cengceng Kopyak. Instrumen-instrumen tersebut dibuat oleh pande gamelan Desa Sawan Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, pelawahnya dibuat/diukir oleh undagi dari Desa Banyuning Kabupaten Buleleng. Sedangkan proses pembuatannya dilaksanakan di Pura Batur (Jero Tekek, wawancara 18 Nopember 2004).

Melihat dan memperhatikan sering terjadinya aktivitas letusan gunung Batur sampai tanggal 21 April 1926, atas perintah dari pemerintahan Bangli pada tanggal 3 Agustus 1926 masyarakat Batur dipindahkan ke desa Kalanganyar. Sedangkan gamelan Gong Gede dipindahkan ke Pura Desa Bayung Gede. Adapun proses perpindahannya dilaksanakan oleh narapidana/bogolan yang ada di kota Bangli.

Dari jumlah instrumen yang disebutkan di atas, ada beberapa tambahan instrumen seperti ; satu tungguh instrumen Riyong yang bermoncol 13 buah, empat buah gangsa Jongkok Penunggal, dan sepasang instrumen Jegogan. Instrumen-instrumen tersebut dibuat pada tahun 1930, dimana bilah dan panconnya dibuat di Pura Batur oleh pande gamelan dari desa Tiyingan Klungkung. Sedangkan pelawahnya dibuat oleh Jero Nyarikan, Nang Sweca, Nang Sedana, dan Nang Kirim atas dasar ngayah yang kesemunya itu sudah tiada (almarhum).

Gamelan Gong Gede yang ada di Pura Ulun Danu Batur, dibuatkan tempat penyimpanan secara permanen seperti apa yang kita dapat saksikan sampai sekarang. Barungan gamelan Gong Gede tersebut sangat disakralkan atau dikramatkan oleh masyarakatnya dan juga disebut dengan istilah duwe lingsir. Maka pada tahun 1998 dibuatkan suatu duplikat beberapa instrumen yang namanya gamelan Bebonangan, di pande gamelan Sidha Karya Banjar Babakan Desa Blahbatuh Gianyar (Wayan Pager) sehingga di Pura Ulun Danu Batur ada istilah tedun Bebonangan yang artinya gamelan Bebonangan. Tedun Trompong artinya gamelan Gong Gede yang komplit.

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...