The Meaning Of Water In Balinese Traditional Garden by Mugi Raharja

The Meaning Of Water In Balinese Traditional Garden by Mugi Raharja

The Meaning Of Water In Balinese Traditional Garden by Mugi Raharja, translated by Putu Agus Bharatayadnya.

Balinese Traditional Garden

Balinese Traditional Garden

This study is concern about the meaning of water in Balinese tradition garden by using Hermeneutic philosophy approach. Balinese Traditional Garden is a natural building area which is influenced by natural condition, civilization proccess and its culture development. Start from years ago, Balinese Kings had local genius aspect to organize natural building in  kind of garden with dominate of water element and  It was watched from its desain object which was various and special local superior in gardening sector.  In Balinese garden, water always needed because according to  Hindu beliaving, water is one of 5 nature elements , called Panca Mahabhuta in Balinese. They are: Apah (liquid element), Teja (ray element), Bayu (air element), Akasa (sky element), Pertiwi (land element). Water element in gardens design of Balinese kingdom inheritage, was based of  looking for inmortal water (amertha) philosophy . This philosophy resource was from Adi Parwa texts, one part of Mahabharata epic which contains god and godness stories. In ancient Hindu kingdom age, the stories was objected with relief form in Sangku Sudamala, Raja Asthasura Ratna Bumi Banten stone container  written in 1329 AD at Pusering Jagat temple in Pejeng village, Gianyar regency.  The another Philosophy is  from Circling Mandhala Giri in Ksirarnawa philosophy. It is storing about Gods and denawa (mythical gigantic demon) stir up Ksirarnawa sea together by using Mandhara mountain helped by Dragon Basuki as cicling string , a giant turtle reincarnation of Visnu called Kurma awatara hold up mountain ground and dewa indra (God of war) hold up the top of mountain to make it has not throw out. They are looking for inmortal water (amertha) in Ksirarnawa sea because it beliaving, who drink amertha, they have inmortal life.

Gardening in ancient Balinese age have a square form type structures of  Holy pool, Bathing pool, shower pool and it have fungtion as religion activity, for examples Tirta Empul Bathing Garden, builded by King Indra Jaya Singha Warmadewa (960 AD) and Goa Gajah bathing pool  garden, Bedulu village, subregency of Blahbatuh, Gianyar Regency.  It was calculated which builded during King Anak Wungsu government (1049-1077).

Middle Age Balinese Garden have Water pool or telaga Bale Kambang atau Meru building Land in centre of pool and it have  Design philosophy likes,Building is Mandhara Giri symbol and  Pool is Ksirarnawa symbol, for examples, first is Gili Puri Semarapura garden Was buided by King I Dewa Agung Jambe, when was buiding Semarapura palace in Klungkung, 1710, second is Taman Sari temple, Was builded in the same age with Gili Puri Semarapura garden and located in Banjar Sengguan, 500 metres north east of  Puri Semarapura in Klungkung regency. Taman Ayun temple. Inheritage of  Mengwi Kingdom and It was builded  in the same age  with Puri Mengwi in 627. It was legitimated  when inaugurating  the first Mengwi king, Ida Cokorda Sakti Blambangan (I Gusti Agung Ngurah Made Agung) . In this temple, Island/land is Mandhara Giri symbol and Pool/pond is Ksirarnawa symbol, third is Tirta Gangga garden, Inheritage of Karangasem Kingdom, It is located in Ababi village, Abang subregency, Karangasem regency and Builded by King Anak Agung Bagus Jelantik (Ida Anak Agung Anglurah Ktut Karangasem), in 1948. The Philosophy behind this place are Water tower Jalatunda is Mandhara Giri symbol and water pool is Ksirarnawa symbol. The last is Ujung Garden (Sukasada), It was builded by Raja Anak Agung Bagus Jelantik (Ida Anak Agung Anglurah Ktut Karangasem) in the same time with Agung Kanginan palace building in1909. This garden have Pavilion building as Mandhara Giri and water pool as Ksirarnawa, both are the philosophy symbols of Ujung garden.

So,  the meaning of water in Balinese traditional garden are for Religion fungtion to take the holy water  for religion ritual, ecology and konservation fungtions: preservation and protection of water spring sources (kelebutan)in Balinese, rivers, lakes, seas and natural environment, agrarian fungtion: for irrigating in rice field and social fungtion: for recreation place (interaction fungtion).

Puluhan Dosen ISI Denpasar Mengikuti Penataran Terapan AA

Puluhan Dosen ISI Denpasar Mengikuti Penataran Terapan AA

Foto-Bersama-Rektor-ISI-dng-Ketua-BPM-UnudDenpasar– Sebanyak 25 dosen yang terdiri dari 12 dosen dari Fakultas Seni Pertunjukan dan 13 dosen dari Fakultas Seni Rupa dan Desain), mengikuti penataran program pendekatan terapan (Applied Approach) atau biasa dikenal dengan AA. Menurut ketua Badan Penjaminan Mutu (BPM) ISI Denpasar, Drs. I Wayan Gulendra,  M.Sn., pelatihan Program Pelatihan Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI) dan AA adalah salah satu usaha lembaga untuk meningkatkan mutu dosen yang profesional dalam melakukan proses pembelajaran, selain melalui peningkatan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi dosen dalam memahami berbagai teori pembelajaran yang seharusnya dipahami dan dilaksanakan secara baik dan benar dalam pembelajaran. Paradigma pendidikan telah mengalami perubahan yang sangat pesat, dengan adanya rekonstruksi kurikulum yang berbasis kompetensi. Cara pembelajaran yang terencana baik metode maupun pemilihan media pembelajaran dengan penggunaan teknologi informasi. Pemahaman metode dan media pembelajaran sangat penting bagi para dosen, karena pembelajaran merupakan satu proses interaksi yang sistematis untuk mencapai proses perubahan peningkatan intelektual dan pola tindak bagi peserta didik.

Sementara Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A saat membuka acara Pelatihan AA menyampaikan, pengertian kompetensi sebagaimana dijabarkan dalam Kepmendiknas adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Elemen-elemen kompetensi itu sendiri meliputi: (1) kompetensi dalam artian memiliki kepribadian yang terpuji; (2) kompetensi dalam penguasaan ilmu dan ketrampilan; (3) kompetensi dalam arti kemampuan berkarya atau bekerja jika kelak setelah mereka menamatkan perkuliahan; (4) kemampuan untuk bersikap dan berprilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai; dan, (5) kemampuan untuk memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Kompetensi juga berarti kecakapan hidup (life skill) yaitu kompetensi riil yang diharapkan oleh mahasiswa kelak kalau mereka menjadi sarjana, baik dalam pola kompetensi dasar maupun instrumental.

Program Pendekatan Terapan (Applied Approach) berlangsung dari tanggal 25 – 27 Agustus 2009 yang bekerjasama dengan Badan Penjaminan Mutu (BPM) Universitas Udayana, diantaranya Prof. Dr. Windia, Prof. Aron Mbete, Prof. Nyoman Norken, Dr. Nyoman Rai, Dr. Gd. Wijana, Prof. Ketut Sudibya, Dr. M. Alit Karyawan, Prof. Sayang Yupardi, Dr. W. Simpen serta Dr. I Nengah Sujaya.

Kegiatan Pembelajaran Gamelan Bali Di KBRI Paris Oleh I Nyoman Kariasa

Kegiatan Pembelajaran Gamelan Bali Di KBRI Paris Oleh I Nyoman Kariasa

Dalam kesempatan  kali ini, dapat saya kabarkan  kegiatan pembelajaran gamelan Bali di KBRI Paris.

kariasa (600 x 399)Sebagai tindak lanjut dari pembelajaran gamelan Bali di KBRI Paris, seminggu yang lalu tepatnya pada tanggal 21 juni 2009 kami mengadakan pertunjukan sebagai partisipan dalam rangka “fete de la musique”(hari musik sedunia)

Fete de la Musique merupakan festival music tahunan yang dicetuskan oleh mentri kebudayaan Prancis Jack Lang (1982) dan digelar setiap tanggal 21 Juni. Sejak awal pelaksanaannya, festival ini sukses sebagai sarana efektif bagi semua orang untuk mengekpresikan diri dalam berbagai jenis music.

Pertunjukan tersebut digelar atas kerja sama antara KBRI Paris dengan Restaurant Indonesia di kawasan Jardang du Lexerburg ( taman kota Luxerburg). Tempat ini sengaja dipilih karena berdekatan dengan salah satu pusat acara di konsentrasi masa Fete de la musique.

Materi yang ditampilkan adalah tabuh gilak baris, tabuh tari pendet, dan tabuh gilak sasak. Selain menampilkan gamelan Bali, juga menampilkan  angklung (kocok) yang membawakan lagu  kopi dangdut, my heart dan Besame mucho. Pergelaran ini didukung oleh PPI(Perhimpunan pelajar Indonesia) setempat.

Pada umumnya warga prancis  terpikat dan sangat mengapresiasi pertunjukan yang bernuansa tradisional Indonesia yang sangat unik jika dibandingkan dengan pertunjukan pertunjukan yang lainnya. Diharapakan partisipasi Indonesia semakin menggugah keingin tahuan masyarakat Prancis tentang seni budaya dan wisata Indonesia. Kata Gustav Sirait, sekretaris III Pensosbud KBRI Paris.

Selain pertunjukan, kami juga mengadakan  sesi interaktif. Pada sesi ini warga Prancis bahkan antri ingin mencoba memainkan gamelan dan angkung bersama sama dengan penabuh dari Indonesia.

Setelah Fete de la music berakhir, dalam minggu ini  kantor KBRI Paris kembali disibukan dengan persiapan mengikuti Cranaval Tropical de Paris tanggal 4 Juli 2009 yang akan datang. Dalam keikut sertaannya yang ke dua kali ini, KBRI Paris akan menampilkan mobil hias bernuansa Bali, dan pragmen prosesi dengan menggunakan gamelan Bleganjur,angklung kocok  dan Tari kecak.  Kontingen Indonesia akan melibatkan lebih dari 70 orang yang didukung oleh masyarakat Indonesia di paris dan beberapa masyarakat Prancis.

Carnaval kali ini  akan  dimulai dari Place de la Nation dan berprosesi menelusuri jalanan kota sejauh 7 kilometer dan berakhir di Port de Pantin.  Prosesi ini juga display di satu titik dan dilakukan penilaian oleh tim juri yang nantinya akan ditentukan juara dalam berbagai katagori.  Carnaval Tropical de Paris diikuti oleh lebih dari 30 peserta yang kebanyakan dari Negara Negara bekas jajahan Prancis yang berada di Benua Aprica. Dan Indonesia di undang sebagai peserta tamu.

Dalam latihan tadi malam, Kuasa Usaha Bapak Maruli Tua Sagala, Pejabat dan para Diplomat di lingkungan KBRI Paris, turut hadir dalam latihan dan memberikan semangat kepada  kontingen Indonesia. Kita harus dapat berbuat maksimal demi Bangsa dan Negara. Karena Carnaval de Paris merupakan ajang promosi Indonesia untuk lebih dikenal  di mata internasional dibidang seni dan budaya. Sehingga nantinya bisa meningkatkan kunjungan wisata ke Indonesia. “ kata Bapak Maruli, menyemangati.”

Demikian kegiatan yang dapat saya kabarkan, mohon doa restu, semoga keikutsertaan Indonesia dalam Carnaval ini dapat menuai hasil yang maksimal.

Paris, 30 Juni 2009

Salam,

I Nyoman Kariasa

Hasil Karya Fotografi Dosen ISI Denpasar dengan Judul ”Imbue” di Pamerkan Oleh The University of Western Australia

Hasil Karya Fotografi Dosen ISI Denpasar dengan Judul ”Imbue” di Pamerkan Oleh The University of Western Australia

Imbue Karya Arba Wirawan 2008

Imbue Karya Arba Wirawan 2008

Peningkatan akuntabilitas dosen dan Internasionalisasi kampus ISI Denpasar kembali bergeliat dengan diselenggarakannya pameran karya-karya dosen Ps. Fotografi FSRD ISI Denpasar I Komang Arba Wirawan,S.Sn.,M.Si di Cullity Gallery, Faculty of Architecture, Landscape and Visual Art, The University Of Western Australia.

Pameran yang bertajuk Bagus Hati Brige Culture project dapat diakses dalam situs bagus hati exhibition The University Of Western Australia, Arba Wirawan mengusung tema “Dynamic Balinese culture are my source of inspiration  of art photography creation. Budaya Bali yang dinamis dan kreatif membawa inspirasi dan kreasi yang tidak pernah tidur sebagai sumber ide penciptaan fotografi seni.

Keunggulan budaya Bali Hindu sebagai nafasnya, merupakan sumber eksplorasi yang tidak pernah habis dapat menjadi keunggulan dan kekhasan dari Ps. Fotografi FSRD ISI Denpasar dibanding dengan pendidikan akademis fotografi lainnya di Indonesia, yang dapat menjadi ciri dan karakter yang berbeda. Sehingga fotografi seni nantinya dapat tumbuh menjadi industri kreativ mewarnai jagat seni rupa di Indonesia bahkan dunia.

Eksplorasi fotografi seni tidak terbatas pada budaya saja ia memiliki media yang sangat luas dan tidak terbatas apalagi era digitalisasi dan komputerisasi yang mempermudah dan mempercepat seorang seniman fotografi dalam berkarya, tanpa mengurangi kwalitas karya tentunya dan malah menambah nilai dari karya yang diciptakan.

Perlu kerajinan, ketekunan, dan kesabaran dalam menciptakan sebuah karya fotografi seni. Tentunya didukung oleh faktor teknis fotografi digital, dan tataran idesional yang segar secara terus menerus. Fotografi seni sekarang ini berkembang melalui dua sumber. Sumber yang pertama membuat foto /setting fotografi (made photography) dan sumber yang kedua menemukan obyek foto (make photography).

Baik membuat dan menemukan foto diperlukan tiga syarat (teori 3C) teori utama dalam penciptaan sebuah karya fotografi seni yaitu content, context dan compotition. Content yang dimaksud adalah isi dari sebuah karya fotografi seni, kaya isi atau miskin isi karya yang dihasilkan oleh seorang fotografer seni. Context yang dimaksud adalah konsep yang dipresentasikan dalam visual karya tersebut. Compotition yang dimaksud adalah keindahan secara menyeluruh dari karya tersebut, berupa komposisi, pencahayaan, sudut pandang, fokus of interest, garis, bidang, dan warna,.

Penguasaan teori yang lengkap dan teknis yang akurat didukung oleh penguasaan peralatan yang cekatan semestinya akan menghasilkan karya yang berkarakter. Sehingga akan lahir master piece oleh maestro-maestro fotografi seni, selamat berkarya.

Berikut karya yang dipamerkan I Komang Arba Wirawan.S.Sn.,M.Si di THE UNIVERSITY OF WESTERN AUSTRALIA “IMBUE’ Karya I Komang Arba Wirawan-2008.

Loading...