BALI SUMMER PROGRAM (International Studio for Art and Culture ISACFA)

BALI SUMMER PROGRAM (International Studio for Art and Culture ISACFA)

Chad Bensky (left) and Martin Nuguyen with Japanese Dance sensation Kaiji Moriyama

Chad Bensky (left) and Martin Nuguyen with Japanese Dance sensation Kaiji Moriyama

Sumber : The Jakarta Post, tersimpan di http://www.thejakartapost.com/bali-daily/2014-01-11/live-bone-kaiji-moriyama.html

In January 2014 ALVA ran the fourth ISACFA In-country Bali summer program in cooperation with Indonesian Seni Institute (ISI) Denpasar. 

The popular Category A ranked broadening unit offers students from across UWA the opportunity to study and experience Balinese Culture first hand at the ISI Denpasar Campus,  and in the village setting.

UWA (ISACFA) students study alongside ISI Denpasar counterparts, young Balinese siswa who assist them with their educational immersion into language and visual art classes which include painting, photography, drawing and graphic arts.

Along with the formal study program ISACFA student’s immersion into culture includes visits to the Museum Bali in Lapangan Puputan and the Kerta Gosa, the so called Sistine Chapel of Bali.  They reflect upon and study Kamasan painting in Klungkung and visit historic architectural sites such as Pura Panglipuran temple.  As a break from the rigor, students participate in an Ashram of Universal Culture to cleanse and purify their spirits.

ISI Denpasar is also a cultural hub for Bali. The winter program coincides with the Bali Arts Festival but in summer, there are always creative activities taking place on campus.

This year students were lucky enough to see Live Bone, a contemporary dance performance by Kaiji Moriyama supported by his team Kodue Hibing and Kohske Kawase.  The famous dancer wowed the audience with his fabulous interactive dance performance and costumes.  In a generous act of spontaneity he invited audience members onto the stage for informal photo sessions.   ISACFA students snapped up the opportunity to share in the afterglow with the superstar.

 

Program ISACFA Ditutup Dengan Pameran Internasional

Program ISACFA Ditutup Dengan Pameran Internasional

Pembukaan pameran ditandai pemotongan untaian bunga

Pembukaan pameran ditandai pemotongan untaian bunga

Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS Tv dan Film ISI Denpasar).

Foto: Ketut Hery Budiyana, A.Md.

Denpasar- Penyelenggaraan program pertukaran seni budaya yang dikenal dengan International Studio for Arts and Culture FSRD-ALVA (ISACFA) selama 3 minggu berlangsung sukses. Acara yang berlangsung dari tanggal 6 Januari 2014 diakhiri dengan pameran internasional pada 24 Januari 2014 yang merupakan hasil karya mahasiswa dari University of Western Australia (UWA) selama belajar seni dan budaya di ISI Denpasar. Sebanyak 119 karya mahasiswa dipamerkan yang terdiri dari karya lukisan, fotografi, kramik dan video. Pameran berlangsung dari tanggal 24 Januari 2014 hingga 31 Januari 2014 bertempat di Gedung Pameran Kriya Hasta Mandala ISI Denpasar yang pembukaannya ditandai dengan penggutingan untaian bunga oleh Pembantu Rektor IV ISI Denpasar, I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn bersama Winthrop Professor Simon Anderson, Dekan Fakultas Arsitektur, Landscape, dan Visual Arts (Faculty of Architecture, Landscape, and Visual Arts) UWA.

Suasana Pameran ISACFA

Suasana Pameran ISACFA

Setelah membuka pameran acara dilanjutkan di Gedung Citta Kelangen ISI Denpasar guna mennyimak beberapa sambutan sekaligus menutup acara program ISACFA 2014. Dalam sambutannya Winthrop Professor Simon Anderson tidak dapat menyembunyikan rasa bangga atas kinerja para panitia dari ISI Denpasar. Perbedaan budaya tidak menjadi batasan bagi ISI Denpasar dan UWA, justru ini menjadi cambuk bagi kedua belah pihak untuk mengenal dan mempelajari budaya bangsa lain. Kedatangannya juga untuk melihat perkembangan dari program ISACFA yang sudah berjalan keempat kalinya serta menindaklanjuti kerjasama mengingat MoA (Memorandum of Agreement) akan berakhir bulan Juli ini dan MoU (Memorandum of Understanding) pada tahun depan. Prof. Simon menilai kegiatan ini sangat positif sehingga program kedepan perlu dirancang lebih baik lagi serta mempersiapkan program kegiatan lainnya untuk kemajuan kedua belah pihak.

Hal senada juga disampaikan Dekan FSRD ISI Denpasar, Dra. Ni Made Rinu, M.Si. Dalam sambutan singkatnya Ni Made Rinu menghaturkan terimaksih yang tak terhingga kepada semua pihak yang mendukung pelaksanaan program ini, khususnya panitia, sehingga program ini dapat berlangsung setiap tahun dan dicanangkan setahun dua kali, mengingat meningkatnya minat mahasiswa untuk mengikuti program ini.

Sementara PR IV ISI Denpasar I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn mewakili Rektor ISI Denpasar sangat menyambut positif kegiatan ini dan berharap kegiatan ini mampu memperluas jaringan persahabatan dengan pertukaran kebudayaan dari masing-masing negara. Kegiatan ini adalah implementasi dari MoU antara ISI Denpasar dan UWA. Kedepan akan ada banyak kegiatan lagi yang bisa diimplementasikan sebagai  tantangan untuk meningkatkan diri serta bersaing di kancah internasional.

Kesan dan pesan positif juga disampaikan oleh salah satu peserta program ISACFA Susan Mc Dougall. Sementara raut bangga pun tak dapat disembunyikan olehnya koordinator ISACFA dari UWA, Prof. Paul Trinidad saat melihat hasil karya mahasiswa dalam pameran dan penampilan mahasiswa UWA saat menyanyikan lagu berbahasa Indonesia sebagai implementasi dari kelas bahasa Indonesia. Prof. Paul sangat optimis jika program ini sangat bermanfaat untuk mahasiswa UWA dan lembaga ISI Denpasar.

Acara diakhiri dengan makan malam bersama yang diwarnai dengan pemutaran film hasil karya peserta UWA sebagai hasil dari kelas Film dan Tv.

Kembali 17 Mahasiswa UWA belajar di ISI Denpasar

Kembali 17 Mahasiswa UWA belajar di ISI Denpasar

isacfaKiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS TV dan Film ISI Denpasar)

Foto: I Made Rai Kariasa, S.Sos

Denpasar- Kesuksesan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar dalam penyelenggaraan program pertukaran kebudayaan yang dikenal dengan International Studio for Arts and Culture FSRD-ALVA (ISACFA) berbuah manis. Kini kegiatan ini menjadi agenda rutin bahkan diselenggarakan setahun dua kali yaitu bulan Januari dan Juni. Kegiatan ini sebagai realisasi dari Memorandum of Understanding (MoU) antara University of Western Australia (UWA) dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar berupa pertukaran kebudayaan kali ini berlangsung untuk yang keempat kalinya.

 isacfa 2

Pembukaan ISACFA berlangsung kemarin Senin (6/01) bertempat di gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Sebanyak 17 Mahasiswa UWA akan belajar selama 3 minggu di ISI Denpasar, yang dimulai dari 6 Januari hingga 24 Januari 2014. Menurut panitia ISACFA Ni Kadek Dwiyani, S.S., M.Hum dari 17 mahasiswa terdapat 1 mahasiswa yang berasal dari luar UWA yaitu dari Curtin University. “Ini berarti minat mahasiswa asing untuk belajar di ISI Denpasar cukup tinggi, apalagi seleksi untuk bisa lolos dalam program ini terbilang sangat ketat, sehingga mahasiswa yang datang ke ISI Denpasar merupakan orang-orang pilihan” ungkap Dwiyani.

Tari selat Segara sebagai tari pembukaan dalam acara ISACFA

Tari selat Segara sebagai tari pembukaan dalam acara ISACFA

Pembukaan ISACFA yang ke-4 ini dibuka secara resmi oleh Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar.,M.Hum. Dalam sambutannya beliau mengucapkan selamat datang kepada rombongan UWA yang akan mengikuti program di ISI Denpasar, beliau juga berharap usai mengikuti kegiatan ini, mahasiswa dari UWA mampu memahami mengenai budaya Bali tidak saja dipermukaan tapi lebih mendalami.

Pada kesempatan tersebut Dekan FSRD Dra. Ni Made Rinu, M.Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa selama 3 minggu di Bali mereka akan mempelajari Bahasa Indonesia, Bali Art and Culture, Photography, Drawing/Painting, Graphic Art, religi, serta site visit. Kunjungan atau site visit terpilih beberapa objek yang terkait dengan budaya dan seni, kemudian dalam waktu 3 hari mereka akan menyelami kehidupan masyaratkat asli Bali sekaligus mempelajari kesenian daerah Penglipuran Bangli dan mempelajari lukisan Kamasan di Klungkung, dibawah instruktur seniman asli daerah Klungkung.

Rombongan mahasiswa ini dipimpin oleh Prof. Paul Trinidad selaku koordinator ISACFA dari UWA. “Kegiatan pertukaran kebudayaan ini telah berlangsung untuk yang keempatkalinya, minat mahasiswa dari UWA untuk mengikuti program ini sangat besar’ ungkap Paul. Paul juga menambahkan bahwa kerjasama ini berlangsung secara kontinyu dan telah berkembang setiap tahunnya ke arah yang lebih positif.

Foto bersama usai acara pembukaan

Foto bersama usai acara pembukaan

Program ini juga melibatkan mahasiswa ISI Denpasar dalam seluruh kegiatan, sehingga mampu memperluas jaringan persahabatan bersamaan dengan pertukaran kebudayaan dari masing-masing daerahnya. Usai program berlangsung selama 3 minggu ini akan diselenggarakan pameran hasil karya pada 24 Januari 2014 yang juga akan mengundang dosen-dosen untuk turut serta dalam pameran.

Penutupan dan Pameran “Diversity” Program ISACFA

Penutupan dan Pameran “Diversity” Program ISACFA

PR IV ISI Denpasar membuka pameran didampingi Mrs. Gina dari UWA beserta Dekan FSRD dan pejabat struktural ISI Denpasar.

PR IV ISI Denpasar membuka pameran didampingi Mrs. Gina dari UWA beserta Dekan FSRD dan pejabat struktural ISI Denpasar.

Kiriman: Nyoman Lia Susanthi,S.S., M.A. (Dosen PS. Pedalangan).

Denpasar- Program ISACFA (International Studio Arts and Culture between FSRD-ALVA), yang merupakan program tahunan, kerjasama antara kampus ISI Denpasar dan University of Western Australia (UWA) ditutup pada Kamis 11 Juli 2013, bertempat di Gedung Kriya Hasta Mandala Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Penutupan program ISACFA ditandai dengan pameran internasional karya hasil mahasiswa UWA selama mengikuti kegiatan  di Bali.

Acara diawali dengan sambutan koordinator kegiatan ISACFA, A/Prof. Paul Trinidad. Paul yang merupakan dosen di UWA tidak dapat menyembunyikan rasa bangga atas kinerja para panitia dari ISI Denpasar. Perbedaan budaya tidak menjadi batasan bagi ISI Denpasar dan UWA, justru ini menjadi cambuk bagi kedua belah pihak untuk mengenal dan mempelajari budaya bangsa lain. Paul menambahkan peluang ini tentunya akan menjadi celah untuk melaksanakan kegiatan ini secara rutin setiap tahunnya, bahkan melaksanakannya dua kali setahun.

Sebagai bukti dari hasil penyerapan studi selama 3 minggu di Bali, mereka tidak hanya menampilkan karya seni rupa, tapi mereka juga menunjukkan kebolehan dalam berbahasa Indonesia lewat nyanyian berjudul “Hanya Cinta”, sebagai hasil studi kelas bahasa Indonesia. Nyanyian dilanjutkan dengan menyanyi lagu berjudul “I am Australia”. Antusias mahasiswa bernyanyi membuat suasana semakin bersemangat, terlebih lagi lagu yang mereka nyanyikan diiringi oleh iringan musik dari kolaborasi mahasiswa FSP dan FSRD ISI Denpasar. “Tiga minggu di Bali merupakan pengalaman berharga dan tak terlupakan” ungkap Georgia Blackburn saat tampil memberikan kesan dan pesan, yang disambut applaus seluruh hadirin.

Dekan FSRD ISI Denpasar, Dra. Ni Made Rinu, M.Si dalam sambutannya menyampaikan terimaksih yang tak terhingga kepada semua pihak yang mendukung pelaksanaan program ini. “Kerjasama yang berlangsung secara kontinyu setiap tahunnya telah berkembang ke arah yang lebih positif, minat mahasiswa yang mengikuti program ini pun meningkat setiap tahun” ungkapnya.

Pada acara penutupan juga diselipi penyerahan penghargaan kepada para peserta program yang memiliki prestasi pada masing-masing bidang yaitu acknowledge dari ISI yaitu Best Prasi oleh Lingxiao Xu, Best Photography oleh Coralie Rose Durham, Best Bahasa diraih Frances Mae Rubzen, Best Graphic Art oleh Kate Crawford, Best Painting oleh Hla Myat Thu, Best Bali Culture & art oleh Georgia Blackburn. Sementara acknowledge dari  UWA diberikan kepada Sophie Watson sebagai Best Recording  dan Rosie Davidson sebagai Best Visualization.

Sementara Rektor ISI Denpasar dalam sambutannya yang dibacakan oleh Pembantu Rektor IV, I Wayan Sweca, S.SKar., M.Mus menyampaikan terimakasih kepada seluruh peserta program ISACFA, pihaknya berharap kegiatan ini mampu memperluas jaringan persahabatan dengan pertukaran kebudayaan dari masing-masing daerah. Kegiatan ini adalah implementasi dari MoU antara ISI Denpasar dan UWA. Kedepan akan ada banyak kegiatan lagi yang bisa diimplementasikan sebagai  tantangan untuk meningkatkan diri serta bersaing di kancah internasional.

Pameran bertema “diversity” selanjutnya dibuka oleh PR IV ISI Denpasar yang ditandai dengan penandatanganan di kanvas serta pemotongan untaian bunga. Karya yang ditampilkan pameran kali ini adalah kolaborasi hasil karya mahasiswa UWA yang mengikuti program ISACFA dan karya dosen ISI Denpasar yang terdiri dari, photo hasil karya hunting di beberapa area, lukisan dan Graphic Art. Acara pembukaan pameran juga dihadiri oleh Mrs. Gina sebagai Administrator UWA, yang datang ke Bali khusus untuk menyaksikan program ISACFA ini. Raut bangga pun tak dapat disembunyikan olehnya saat melihat hasil karya dan penampilan mahasiswa UWA.

ISACFA 1Acara diakhiri dengan makan malam bersama di Green room yang diwarnai dengan alunan musik oleh mahasiswa sendratasik yang membawa alat musik gabungan berupa biola, cello, saxophone, keyboard, dan gitar.

Seperti diberitakan sebelummya sebanyak 17 mahasiswa dari UWA mengikuti program ISACFA yang dibuka pada 24 Juni 2013. Pelakasanaan program ini merupakan yang ketiga kalinya, sejak tahun 2011.

Loading...