Lecturer of Fashion Design Study Program Embellish Bhakti Widya Kahuripan Performance

Lecturer of Fashion Design Study Program Embellish Bhakti Widya Kahuripan Performance

Photo: Costumes worn by (from left to right) characters Galuh, Prabu, and Putri in the Bhakti Widya Kahuripan Performance “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” at Jaba Pura Pasar Agung, Batur Village, Kintamani District, Bangli Regency, Sunday, (3/3).

The remarkable work of faculty members of the Fashion Design Study Program, Faculty of Fine Arts and Design, Indonesian Institute of the Arts (ISI) Denpasar-Bali added beauty to the Bhakti Widya Kahuripan Performance “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” at Pura Pasar Agung, Batur Village, Kintamani District, Bangli Regency, on Sunday, March 3, 2024.

Photo: Costume worn by the character Gerantang in the Bhakti Widya Kahuripan Performance “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” at Jaba Pura Pasar Agung, Batur Village, Kintamani District, Bangli Regency, Sunday, (3/3).

All costumes worn by characters in the dance drama “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” are the work of one of the faculty members of the Fashion Design Study Program at ISI Denpasar, Dr. A.A.Ngr.Anom Mayun K.Tenaya, M.Si. The costumes, consisting of clothing and gelungan headpieces, were specially designed for the 11 characters of the dance drama. The characters include Cupak, Gerantang, Prabu, Putri, Galuh, Banasati, Tuadaya, Penasar, Wijil, Pan Bekung, and Men Bekung.

Dr. A.A.Ngr.Anom Mayun K.Tenaya, M.Si., explained that the costume making process began in January 2024 and was completed by the end of February 2024. These costumes are not only his own work but also involve collaboration with faculty members of the Visual Communication Design Study Program, namely Cokorda Alit Artawan, S.Sn., M.Sn. The collaboration between these two study programs has produced stunning costumes that enrich the visual aspect of the dance drama performance.

Dr. A.A.Ngr.Anom Mayun K.Tenaya, M.Si., explained that they started by conducting in-depth research on the characters and backgrounds of each character in the dance drama. After that, they designed costume concepts that reinforce the identity and personality of each character.

Next, the design team selected materials that matched the desired theme and aesthetics. They considered factors such as comfort for the dancers, durability, and the ability to express body movements freely.

Photo: Costumes worn by the characters Penasar and Wijil in the Bhakti Widya Kahuripan Performance “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” at Jaba Pura Pasar Agung, Batur Village, Kintamani District, Bangli Regency, Sunday, (3/3).

Once the design and materials were decided, the manufacturing process began meticulously. From fabric cutting, hand stitching, to small details such as embellishments and accessories, everything was done with dedication. Collaboration between faculty members of the Fashion Design and Visual Communication Design Programs ensures that each costume not only reflects visual beauty but also conveys a strong narrative.

“The creative process of making costumes for ‘Cupak Gerantang Anglanglang Dharma’ has been an inspiring journey for us. We strive to create costumes that not only enhance visual appearance but also depict the character and profound meaning of each character in the dance drama,” said the faculty member born on March 1, 1968. (ISIDps/Humas-RT)

Lecturer of Fashion Design Study Program Embellish Bhakti Widya Kahuripan Performance

Karya Dosen Prodi Desain Mode Hiasi Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan

Foto: Kostum yang dikenakan oleh (kiri ke kanan) tokoh Galuh, Prabu, dan Putri dalam Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” di Jaba Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu, (3/3).

Karya dosen Program Studi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar-Bali menambah keindahan Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” di Jaba Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu, 3 Maret 2024.

Foto: Kostum yang dikenakan oleh tokoh Gerantang dalam Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” di Jaba Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu, (3/3).

Kostum yang dipakai oleh tokoh-tokoh dalam sendratari “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” merupakan hasil karya salah satu dosen Prodi Desain Mode ISI Denpasar, yakni Dr. A.A.Ngr.Anom Mayun K.Tenaya, M.Si. Kostum berupa busana dan gelungan (mahkota) dirancang khusus untuk 11 tokoh drama tari tersebut. Tokoh dimaksud, yakni Cupak, Gerantang, Prabu, Putri, Galuh, Banasati, Tuadaya, Penasar, Wijil, Pan Bekung, dan Men Bekung.

Dr. A.A.Ngr.Anom Mayun K.Tenaya, M.Si. menuturkan pembuatan kostum telah digarap sejak bulan Januari 2024 dan rampung akhir Februari 2024. Kostum-kostum ini tidak hanya hasil karyanya sendiri, tetapi juga berkerja sama dengan dosen Prodi Desain Komunikasi Visual, Cokorda Alit Artawan, S.Sn., M.Sn.

Dr. A.A.Ngr.Anom Mayun K.Tenaya, M.Si., menjelaskan bahwa mereka memulai dengan melakukan riset tentang karakter setiap tokoh dalam sendratari tersebut. Lanjut, mereka merancang konsep-konsep kostum yang memperkuat identitas dan kepribadian masing-masing tokoh. Bahan-bahan dipilih sesuai dengan tema dan estetika yang diinginkan. Mereka mempertimbangkan faktor-faktor seperti kenyamanan bagi para penari, daya tahan, dan kemampuan untuk mengekspresikan gerakan tubuh dengan leluasa.

Foto: Kostum yang dikenakan oleh tokoh Penasar dan Wijil dalam Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” di Jaba Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu, (3/3).

Setelah desain dan bahan diputuskan, proses pembuatan dimulai dengan teliti. Mulai dari pemotongan bahan, jahitan tangan, hingga detail-detail kecil seperti hiasan dan aksesoris, semuanya dikerjakan dengan penuh dedikasi. Kolaborasi antara dosen Prodi Desain Mode dan Desain Komunikasi Visual memastikan bahwa setiap kostum tidak hanya mencerminkan keindahan visual, tetapi juga menyampaikan narasi yang kuat.

“Proses kreatif pembuatan kostum untuk ‘Cupak Gerantang Anglanglang Dharma’ telah menjadi perjalanan yang penuh inspirasi bagi kami. Kami berusaha menciptakan kostum yang tidak hanya memperindah penampilan visual, tetapi juga menggambarkan karakter dan makna mendalam dari setiap tokoh dalam sendratari tersebut,” ujar dosen kelahiran 1 Maret 1968 ini. (ISIDps/Humas-RT)

Students of Karawitan Study Program ISI Denpasar Accompanies the Performance of Bhakti Widya Kahuripan

Students of Karawitan Study Program ISI Denpasar Accompanies the Performance of Bhakti Widya Kahuripan

Photo: The gamelan players from the Karawitan Study Program of ISI Denpasar in the Performance of Bhakti Widya Kahuripan at Pura Pasar Agung, Batur Village, Kintamani District, Bangli Regency, Sunday (3/3).

Indonesian Institute of the Arts (ISI) Denpasar-Bali held the Bhakti Widya Kahuripan “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” at Pura Pasar Agung, Batur Village, Kintamani District, Bangli Regency, Sunday, March 3, 2024, evening.

The composition of the Karawitan Study Program, Faculty of Performing Arts, ISI Denpasar, became the main accompaniment in the dance drama “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma”. Not only that, the Balinese gamelan also complemented the performance by accompanying the Kakuwung War Dance and Rejang Sadhyang Ulu Rani, and presenting Tabuh Kebyar Dang Citta Utsawa and Tabuh Gambang Suling as the opening acts.

This monumental and harmonious traditional Balinese music piece was composed by three prominent lecturers from the Faculty of Performing Arts, ISI Denpasar, namely Dean Dr. I Ketut Garwa, Coordinator of the Karawitan Arts Study Program I Nyoman Kariasa, M.Sn., and Head of the Performing Arts Education Study Program Laboratory, I Wayan Diana, S.Sn., M.Sn.

Photo: The gamelan players from the Karawitan Study Program of ISI Denpasar in the Performance of Bhakti Widya Kahuripan at Pura Pasar Agung, Batur Village, Kintamani District, Bangli Regency, Sunday (3/3).

According to the Coordinator of the Karawitan Arts Study Program I Nyoman Kariasa, M.Sn., the composition of the percussion for the Bhakti Widya Kahuripan performance has been prepared and practiced with students for 2 months, starting from January 2024. A total of 24 percussionists contributed to perfecting this work. They consisted of 4 lecturers, 3 educational staff, and 17 students of the Karawitan Arts Study Program.

“This composition is a form of realization of the learning outcomes that students of Karawitan Study Program have obtained and demonstrates their dedication to the rich values and beauty of traditional Balinese art,” he said.

Nyoman Kariasa hopes that this performance will not only enrich the local community’s artistic insight but also serve as tangible evidence of the sustainability of Bali’s cultural heritage that needs to be preserved and appreciated by younger generations. “With the spirit of Bhakti Widya Kahuripan, ISI Denpasar continues to play an active role in preserving and developing traditional arts as an integral part of Indonesia’s cultural identity,” he said. (ISIDps/Humas-RT)

Students of Karawitan Study Program ISI Denpasar Accompanies the Performance of Bhakti Widya Kahuripan

Garapan Tabuh Prodi Karawitan ISI Denpasar Iringi Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan

Foto: Para penabuh dari Prodi Seni Karawitan ISI Denpasar dalam Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan di Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu (3/3).

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar-Bali menggelar Bhakti Widya Kahuripan “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” di Jaba Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu, 3 Maret 2024, malam.

Karya tabuh garapan Program Studi Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar menjadi pengiring utama dalam sendratari “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma”. Tidak hanya itu, penabuh juga melengkapi pertunjukan dengan mengiringi Tari Baris Kakuwung dan Rejang Sadhyang Ulu Rani, serta menyuguhkan Tabuh Kebyar Dang Citta Utsawa dan Tabuh Gambang Suling sebagai pembuka acara.

Karya musik tradisional Bali yang monumental nan harmonis ini disusun oleh tiga dosen terkemuka dari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, yaitu Dekan Dr. I Ketut Garwa, Koordinator Program Studi (Prodi) Seni Karawitan I Nyoman Kariasa, M.Sn., dan Kepala Laboratorium Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan, I Wayan Diana, S.Sn., M.Sn.

Foto: Para penabuh dari Prodi Seni Karawitan ISI Denpasar dalam Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan di Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu (3/3).

Menurut Koordinator Prodi Seni Karawitan I Nyoman Kariasa, M.Sn., garapan tabuh untuk pergelaran Bhakti Widya Kahuripan telah dipersipakan dan dilatih bersama mahasiswa selama 2 bulan, dimulai sejak Januari 2024. Sebanyak 24 penabuh turut berkontribusi dalam menyempurnakan karya ini. Mereka terdiri dari 4 dosen, 3 tenaga kependidikan, dan 17 mahasiswa Prodi Seni Karawitan.

 “Garapan ini sebagai bentuk aktualiasai hasil pembelajaran yang telah diperoleh mahasiswa Prodi Seni Karawitan serta menunjukkan dedikasi mereka terhadap seni tradisional Bali yang kaya akan nilai dan keindahan” ujarnya.

Nyoman Kariasa berharap pergelaran ini tidak hanya memperkaya wawasan seni masyarakat lokal, tetapi juga menjadi bukti nyata akan keberlanjutan warisan budaya Bali yang perlu dilestarikan dan diapresiasi oleh generasi muda. “Dengan semangat Bhakti Widya Kahuripan, ISI Denpasar terus berperan aktif dalam memelihara dan mengembangkan seni tradisional sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Indonesia” tuturnya. (ISIDps/Humas-RT)

Photo: The gamelan players from the Karawitan Study Program of ISI Denpasar in the Performance of Bhakti Widya Kahuripan at Pura Pasar Agung, Batur Village, Kintamani District, Bangli Regency, Sunday (3/3).

Photo: The gamelan players from the Karawitan Study Program of ISI Denpasar in the Performance of Bhakti Widya Kahuripan at Pura Pasar Agung, Batur Village, Kintamani District, Bangli Regency, Sunday (3/3).

According to the Coordinator of the Karawitan Arts Study Program I Nyoman Kariasa, M.Sn., the composition of the percussion for the Bhakti Widya Kahuripan performance has been prepared and practiced with students for 2 months, starting from January 2024. A total of 24 percussionists contributed to perfecting this work. They consisted of 4 lecturers, 3 educational staff, and 17 students of the Karawitan Arts Study Program.

“This composition is a form of realization of the learning outcomes that students of Karawitan Study Program have obtained and demonstrates their dedication to the rich values and beauty of traditional Balinese art,” he said.

Nyoman Kariasa hopes that this performance will not only enrich the local community’s artistic insight but also serve as tangible evidence of the sustainability of Bali’s cultural heritage that needs to be preserved and appreciated by younger generations. “With the spirit of Bhakti Widya Kahuripan, ISI Denpasar continues to play an active role in preserving and developing traditional arts as an integral part of Indonesia’s cultural identity,” he said. (ISIDps/Humas-RT)

Loading...