Penari Ternama Jepang Akan Tampil di ISI Denpasar

Penari Ternama Jepang Akan Tampil di ISI Denpasar

jepang KaijiKiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A.

Foto: Made Rai Kariasa, S.Sos.

Denpasar- Penari sekaligus koreografer asal Jepang Kaiji Moriyama akan tampil di ISI Denpasar pada Jumat 10 Januari 2014. Acara yang dibuka secara free tiket akan dimulai pukul 13.00 wita. Pementasan tari kali ini mengambil judul Live Bone, dimana Kaiji Moriyama akan berkolaborasi dengan panata kostum asal Jepang yang sudah tidak asing lagi dalam menggarap kostum untuk film serta program tv yaitu Kodue Hibino serta penata musik asal Jepang yang juga sebagai piñata musik pada beberapa program Tv, iklan, website balet kontemporer serta video musik yaitu Kohske Kawase.

Sebelum tampil, rombongan kesenian asal Jepang ini berkunjung ke ISI Denpasar kemarin Senin (6/01). Rombongan diterima langsung oleh Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum didampingi Pembantu Rektor IV ISI Denpasar I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn beserta Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri, Komang Artini,S.S. dan Staf Luar Negeri Agus Kamajaya,S.S. Dr. Arya menyambut baik kegiatan ini sebagai realisasi hubungan baik Indonesia dan Jepang yang sudah terjalin puluhan tahun. Kerjasama antara ISI Denpasar dengan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, akan mampu memperkuat jalinan siraturahmi antar kedua lembaga. Moment ini juga baik bagi para civitas akademika ISI Denpasar, terutama mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan untuk dapat mempelajari perkembangan seni kontemporer Jepang baik dari sisi tari, musik, kostum dengan menyaksikan garapan tari berjudul live bone ini.

jepang kaiji 1Kaiji Moriyama memulai karir sebagai penari kontemporer solo tahun 2005 dengan garapan berjudul Katana, yang mendapat apresiasi dari harian The New York Time dengan menobatkannya sebagai penari berbakat luar biasa. Garapan tari dan kostum Kaiji tetap berpijak pada seni tari dan kostum tradisional NOH. Berbagai penghargaan pernah diraih diantaranya dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan dan Olahraga Jepang. Kaiji memberikan pengaruh kuat dalam perkembangan seni tari kontemporer Jepang, dengan garapan tari unik yang menggabungkan berbagai aliran seni, seperti kostum, visual dan photography. Garapan tari yang dipentaskan di ISI Denpasar pernah tampil dalam Japan Cultural Envoy FY 2013.

Jay Shita, Tarian Kontemporer Tentang Kesetaraan Gender

Jay Shita, Tarian Kontemporer Tentang Kesetaraan Gender

jaysitaKiriman: Galih Seta Dananjati, I Gusti Komang Bagus Dharma Putra, Moch. Zulfiqar R.A., I Putu Kurniawan Adi Putra (Mahasiswa PS TV dan Film ISI Denpasar)

Denpasar- Dalam penyelenggaraan Art Summit Indonesia VII pada Selasa (8/10) kemarin, ISI Denpasar mementaskan sebuah tarian kontemporer yang berjudul “Jay Shita”. Jay sendiri diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti kesucian atau keagungan, sedangkan Shita merupakan nama dari istri Rama yang seorang tokoh pewayangan. Tarian yang menceritakan tentang sosok perempuan yang kuat dalam menghadapi berbagai macam diskrimansi oleh pihak laki-laki ini melibatkan sepuluh penari, yaitu lima penari laki-laki dan lima penari perempuan. Dari segi musik, tarian kontemporer ini diiringi oleh kolaborasi antara alunan gamelan Bali dengan alunan biola yang dikemas secara kontemporer. Tarian ini pun menjadi pementasan pamungkas yang sukses menutup acara pada malam itu

Pementasan kali ini pun dibuat lebih menawan dengan penggunaan teknologi video mapping, yaitu teknologi visualisasi grafis video pada sebuah obyek. Hal ini terbukti ketika beberapa bagian tarian yang menampilkan teknologi ini membuat para penonton yang menyaksikan selalu dibuat berdecak kagum. Seperti pada adegan ketika Shita berusaha dibakar dimana video mapping menampilkan visualisasi nyala api pada keseluruhan latar panggung yang bertempat di gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Tak heran apabila persiapan yang dilakukan kelompok ini terbilang cukup lama, yaitu selama sekitar satu bulan. Surya Oka, selaku pencipta tarian ini juga menuturkan tidak ada kendala yang berarti dalam persiapan pementasan kali ini, hanya kendala menyamakan waktu mengingat para penari tetap harus menjalani proses perkuliahan.

Koreografer Surya Oka saat diwawancara

Koreografer Surya Oka saat diwawancara

Ketika ditanya mengenai makna yang terkandung dalam tarian ini, Surya Oka menuturkan sengaja mengangkat isu kesetaraan gender dalam pementasan tarian Jay Shita kali ini. Beliau merasa bahwa kaum perempuan sampai saat ini masih sering mendapatkan diskriminasi dalam berbagai hal. “Yang ingin saya sampaikan kepada penonton pada pementasan kali ini adalah bagaimana pun juga wanita harus tetap menjaga kesucian dan keagungannya” ungkap pria yang juga mengajar sebagai dosen di ISI Denpasar ini.

Pascasarjana ISI Denpasar Gelar Seminar Internasional “Musik Baru untuk Gamelan”

Pascasarjana ISI Denpasar Gelar Seminar Internasional “Musik Baru untuk Gamelan”

Rektor ISI Denpasar (emapat dari kiri) foto bersama usai acara seminar internasional bersama Direktur Pasca (lima dari kanan), para pembicara, notulen dan beberapa undangan

Rektor ISI Denpasar (emapat dari kiri) foto bersama usai acara seminar internasional bersama Direktur Pasca (lima dari kanan), para pembicara, moderator dan beberapa undangan

Kiriman : Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS Pedalangan).

Denpasar- Sebagai salah implementasi program kerja tahun anggaran 2013, Pascasarjana ISI Denpasar pada 15 Juli 2013 menggelar seminar internasional yang diikuti 190 peserta dengan tema “Musik Baru untuk Gamelan”, bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Seminar sehari menghadirkan dua pembicara dari University of British Colombia (UBC) Vancouver yaitu Prof. Dr. Michael Tenzer dan Dr. I Wayan Sudirana. Menurut Direktur Pascasarana ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A  seminar ini adalah sebagai media untuk tukar pikiran, berdiskusi dengan kedua pembicara. Prof. Rai menambahkan Michael Tenzer adalah seorang komposer handal, cendikiawan dan juga sebagai pernulis buku, yang mana dua buku sudah disumbangkan ke Pascasarjana ISI Denpasar. Sementara pembicara kedua adalah seorang alumnus dari ISI Denpasar tamatan tahun 2002, yang kemudian sukses dan telah mendapat gelar master dan doktor di Amerika. “Besar harapan, apa yang dilakukan alumnus Sudirana dapat menjadi panutan dan diikuti oleh alumni ISI lainnya” ungkap Prof. Rai. Disela-sela sambutannya Prof. Rai menambahkan bahwa per Juni 2013 dari 46 mahasiswa pasca sudah terdapat 40 orang lulus proposal tugas akhir, dan 22 orang sudah menyelesaikna tugas akhir untuk siap diwisuda bulan Juli 2013. Ditambahkan pula bahwa calon alumni Pasca ISI Denpasar sudah diminta oleh STSI bandung dan Universitas Brawijaya-Malang.

Sementara Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum menyambut baik kegiatan ini sebagai langkah kerjasama, untuk meningkkatkan bidang ilmu. “Melalui kerjasama kita bisa meningkatkan ilmu-ilmu dan mengambangkan ilmu-ilmu untuk melahirkan ilmu baru” uangkap Dr. Arya. Mananggapi tentang Prof. Michael Tanzer, Dr. Arya mengungkapkan bahwa telah mengenal Prof. Michael sejak menjadi mahasiswa, dan Dr. Arya menganal Prof. Michael sebagai tokoh pembaharu dalam bidang karawitan Bali karena telah memperkenalkan beberapa pola-pola barat masuk ke dalam musik Bali. Sementara menurut Dr. Arya, Dr. Wayan Sudirana sebagai alumni ISI Denpasar dapat menjadi contoh bagi mahasiswa di ISI Denpasar karena diusia yang cukup muda yaitu 33 tahun, Wayan Sudirana sudah bergelar doktor. Pada kesempatan tersebut Dr Arya yang juga sebagai komposer Bali memberikan masukan pemikiran untuk kegiatan seminar. Dr. Arya berpendapat bahwa Musik Bali selama 30 tahun telah mengalami perubahan mendasar. Perubahan tidak hanya terjadi pada bantuk tapi juga pada isi atau kontennya. Musik Bali yang lahir belakangan ini tidak hanya untuk kesenangan tapi juga sebagai sikap. Sikap yang dimaksud adalah sebagai media kritik yang juga memiliki ideologi. Saat ini musik Bali tidak hanya sekedar melahirkan suara saja, tapi juga mulai menggarap waktu dan tempat.

Prof. Michael Tenzer (kanan) bersama notulen Dr. Nyoman Astita (kiri) saat menyampaikan presentasinya

Prof. Michael Tenzer (kanan) bersama moderator Dr. Nyoman Astita (kiri) saat menyampaikan presentasinya

Dalam seminar Prof. Michael Tanzer menyampaikan bahwa kemurnian dalam berkarya sangat diperlukan walaupun masih terdapat diskriminasi dalam melihat musik baru, tapi hal itu dialami pada perkembangan musik di seluruh dunia. Prof. Michael juga memberi masukan kepada lembaga ISI Denpasar agar mencetak alumni yang juga memiliki kemampuan sebagai kritiskus pada media yang ada di Bali, untuk merivew fenomena sosial yang terjadi pada seni dan budaya Bali.

Alumnus ISI Denpasar, Dr. Sudirana (kanan) saat presentasi didampingi moderator I Ketut Garwa (kiri)

Alumnus ISI Denpasar, Dr. Sudirana (kanan) saat presentasi didampingi moderator I Ketut Garwa (kiri)

Sementara Dr. I Wayan Sudirana menyampaikan materi tentang “Miminjam, Mencuri dan Mentransforamsi: Pengaruh lintas budaya di Komposisi Neo-Tradisional Bali”.  Dalam presentasinya disampaikan bahwa pekembangan genre kreasi baru dalam musik Bali sekarang ini, dan penggunaan elemen-elemen eksternal dari musik Bali telah menajdi komponen utama dari pemandangan komposisi kontemporer Indonesia.

Sebanyak 190 peserta hadir dalam seminar international

Sebanyak 190 peserta hadir dalam seminar international

Antusias peserta dalam berdialog pada seminar sangat positif, sehingga seminar pascasarjana dihujani dengan banyak pertanyaan hingga acara harus diperpanjang dari waktu yang ditentukan. Rektor ISI Denpasar pun tak beranjak dari tempat duduknya. Pada sesi akhir Dr. Arya pun turut menyampaikan tanggapannya. Dr. Arya menambahkan bahwa tipe masyarakat Bali dalam menerima perubahan adalah bertahap tidak radikal. Mereka memerlukan proses untuk menyerap kebaruan, sehingga lama-kelamaan musik kontemporer pasti diterima publik. Sifat masyarakat Bali pun sesungguhnya menerima paham keberagaman, karena keberagaman jika dirajut akan melahirkan harmoni yang luar biasa. Dr. Arya juga mengajungi dua jempol untuk para maestro musik Bali yang sesungguhnya sejak dulu sudah terpengaruh barat. Tapi kehebatan mereka adalah mampu mengadopsi pengaruh barat tersebut menjadi mahakarya yang luar biasa.

Selain seminar rangkaian dari kegiatan Pascasarjana ISI Denpasar adalah pada tanggal 16 Juli 2013 diadakan workshop tari modern bersama Justin Chamber pada pagi hari dan pentas seni mebarung antara FSP ISI Denpasar dengan Sanggar Gita Asmara pada malam harinya.

Dari Ujian Perdana Pasca ISI Denpasar: Lewat Musik Gus Teja Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan

Dari Ujian Perdana Pasca ISI Denpasar: Lewat Musik Gus Teja Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan

Gus Teja memainkan suling, terbuat dari bambu yang masih hidup.

Gus Teja memainkan suling, terbuat dari bambu yang masih hidup.

Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A (Dosen PS Pedalangan).

Gianyar- Kerusakan hutan yang membabi buta menjadi ispirasi Gus Teja yang berstatus sebagai mahasiswa Pascasarjana ISI Denpasar untuk menciptakan karya tugas akhir S2 berjudul Mualas Mangke, yang dipentaskan pada 9 Juni 2013 bertempat di hutan bambu, Desa Junjungan, Ubud -Gianyar. Mualas Mangke adalah sebuah garapan musik kontemporer yang dilatarbelakangi oleh kasus kerusakan hutan yang sangat memprihatinkan. Mualas Mangke berasal dari kata “mue” yang berarti “muka”, “alas” berarti “hutan” dan “mangke” berarti sekarang atau saat ini”. Garapan yang berdurasi sekitar 45 menit ini menggabungkan alat-alat musik dengan sound scape (alat non musical instruments) serta Gus Teja menciptakan karya original yaitu suling yang terbuat dari batang bambu yang masih hidup. Mualas Mangke disajikan secara audio dan visual.

Diawali dengan alunan suling yang mengisahkan trentang keindahan hutan nan asri, sejuk dan rindang. Kemudian disusul dengan kisah pengerusakan hutan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan besi, palu, gergaji listrik sebagai nada keras yang mempu menggambarkan kendisi rusaknya hutan oleh manusia.

gus teja 4 2013Klimaks dari garapan ini memunculkan lom-loman (alat peledak terbuat dari bambu) yang mempu mencerminkan suasana mencekam, serta ketakutan, hingga berbagai binatang yang salah satunya burung beterbangan pergi meninggalkan hutan. Sebagai intropeksi, Gus Teja muncul kembali diakhir cerita dengan mengalunkan suling sebagai tanda keprihatinan terhadap alam. Garapan ini merupakan ekspresi keprihatinan Agus Teja Sentosa terhadap kerusakan hutan yang semakin menggila. “Semoa melalui garapan ini semakin menyadarkan manusia betapa pentingnya lingkungan bagi kehidupan” ungkap Gus Teja.

gus teja 1 2013Sebelumnya pada hari yang sama Gus Teja menampilkan garapan musik sebagai iringan tari yang berjudul Nara Dewi bertempat di Pura Desa Adat Junjungan. Karya musik yang diciptakan tahun 2005 ini juga bagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar magister seni. Menurut Direktur Pascasarjana ISI Denpasar. Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., apapun karya ciptanya agar mahasiswa pasca tidak lari dari identitas tradisi. Untuk mahasiswa dari seni pertunjukkan akan menampikan 2 karya yaitu 1 hasil karya cipta baik tari, tabuh ataupun seni pertunjukkan bersifat tradisi, sebelum menampilkan karya kontemporernya yang tetap memunculkan local genius.

Transformasi Nilai-Nilai Tradisi Bali Dalam Penciptaan Seni Lukis Kontemporer

Oleh: Ni Made Purnami Utami (Dosen PS. Seni Rupa Murni)

Proses trasnformasi nilai-nilai tradisi Bali dalam penciptaan seni lukis kontemporer bisa dilakukan secara sederhana, lewat isi dan tema, dekorasi dan ekspresi. Tema tradisi seperti cerita rakyat , Ramayana dan Mahabrata, unsur-unsurseni rupa tradisi Bali yang kaya bisa diolah,ditransformasikan ke dalam seni lukis kontemporer yang punya misi dan tujuan tertentu. Hasilnya tergantung pada beberapa faktor dari proses karya seperti : identitas seniman pencipta seni, lingkungan, alat dan ketrampilan, originalitas karya dan apresiasi masyarakat pencipta seni. Karakter garis, bidang, bentuk, warna dan tektur, tujuh kaedah komposisi serta berbagai keunikan tradisi Bali bisa diolah untuk seni lukis kontemporer. Wayang Kamasan, topeng Singapadu, songket Karangasem, kerajinan kriya, sesajen dan berbagai sarana upakara merupakan contoh karya tradisi yang mengandung nilai tinggi.

Proses transformasi perlu ketekunan, ulet, teliti, sabar, optimis, percaya diri dan antosiasme yang tinggi. Penciptaan berhasil baik lewat penguasaan teknik yang sempurna serta sarana dan peralatan yang memadai. Bahan dan media yang baik harus diolah secara kreatif dan inovatif. Hasil dan mutu tinggi bisa dicapai dengan proses tahapan kerja yang sistematis. Adapun hasil-hasil karya yang dirancang dalam transformasi ukurannya relatif besar, berkisar 240 cm x 120 cm, 240 cm x 60 cm, 100 cm x 100 cm, 120 cm x 100 cm dan 120 cm x 120 cm. Bahan campuran dari kanvas, triplek, cat minyak, acrylic dan lem. Temanya sebagian besar sesajen dengan gaya kontemporer. Teknik penyelesaian dominan dengan polet, kuas, untuk membuat komposisi dan teknik jiprat untuk finising. Corak dan karakter karya lukis kontemporer memang sangat beragam, sesuai dengan konsep dan cara pandang senimannya. Identitas dan kepekaan pencipta seni berpengaruh pada hasil transformasi nilai-nilai tradisi yang mengaggumkan.

Secara ergonomis perlu pula diperhatikan stasiun kerja seniman yang nyaman, aman, sehat, bersih, agar efisiensi dan produktivitas bisa ditingkatkan.

Loading...